"Kamu berubah banyak, Joanne..."
⚠️👑👑👑⚠️
Joanne dan Pangeran Max sedang menikmati makan malam mereka di dalam kamar Pangeran Max sambil ditemani sebotol champagne. Pangeran Max terlihat menundukkan kepalanya sedari tadi dan sesekali menyesap minumannya. Joanne sudah tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh Pangeran Max saat ini dan ia bingung harus memberi saran apa pada laki-laki itu. Masalahnya terlalu complex dan Joanne sebenarnya tidak yakin apa yang dilakukan oleh tetua kerajaan saat ini benar atau salah.
Walaupun tetua kerajaan memang membantu mereka, namun kebenaran harus tetap diungkap bukan? Joanne hanya merasa kasihan pada mendiang Pangeran Harold karena pelaku sebenarnya tidak ditangkap dan menerima hukuman yang pantas.
Untuk masalah Pangeran Max, sebenarnya ia juga kasihan pada laki-laki itu karena ia tidak bisa bertindak semaunya seumur hidupnya. Ia hanya akan menjadi puppet untuk keluarga kerajaan dan Joanne sangat bersimpati pada keadaan Pangeran Max. Laki-laki itu butuh kebebasan!
"Bagaimana kalau kita fokus dulu dengan masalah Bangsawan Eleanor lalu setelah itu baru kita pikirkan kembali masalah Pangeran Harold?" tanya Joanne. Pangeran Max mendongakkan kepalanya sejenak lalu mengangguk pelan. Sepertinya hanya jalan itu saja yang bisa mereka tempuh untuk saat ini.
"Sejujurnya aku sudah hampir menyerah dengan masalah Bangsawan Eleanor. Nggak banyak bukti yang mengarah padanya. Ia menggunakan korbannya dengan sangat baik untuk melindungi dirinya," sahut Pangeran Max sambil menghela nafas panjang. "...kecuali kita bertanya pada orang tuaku. Mereka pasti sudah nemuin banyak bukti dan masih menyimpannya supaya aku tetap tunduk pada mereka."
"Bisa! Kita pasti bisa mendapatkannya dengan usaha kita sendiri. Kita hanya perlu bergerak lebih jauh lagi." Joanne mengepalkan kedua tangannya dengan penuh semangat. Kedua matanya tampak berapi-api.
Pangeran Max tertawa kecil melihat kelakuan Joanne itu. Entah kenapa tindakan Joanne terlihat sangat lucu. "Hahaha...iya deh. Kita pasti bisa dapetin buktinya dengan usaha kita sendiri. Kita harus buktiin ke mereka kalau kita bukan anak kecil lagi."
"Absolutely!" Joanne mengangkat gelas minumannya kembali dan menyesap isinya hingga habis. Wajahnya sudah sedikit memerah karena ini pertama kalinya ia minum minuman berakohol.
Joanne tersenyum kecil melihat Pangeran Max yang menertawai tingkahnya tadi. Wajahnya sudah tidak sekusut tadi. Ia terlihat sedikit lebih santai sekarang – mungkin berkat ucapannya tadi. Walaupun mungkin ucapannya tidak akan terwujud, setidaknya ucapannya itu berhasil menaikkan mood Pangeran Max untuk saat ini.
Pangeran Max tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya setelah menaruh gelas kosongnya ke atas meja lalu menarik Joanne untuk ikut bangkit berdiri. Ia memeluk Joanne dengan erat sambil menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher milik Joanne. Joanne tidak menghindar sama sekali dan malah membalas pelukan laki-laki itu.
"Thanks udah dateng ke dalam kehidupanku. Kamu mungkin udah bosen denger aku ngomong terima kasih terus, tapi aku bener-bener berterima kasih sama kamu," gumam Pangeran Max di sela-sela pelukannya. "Kalau nggak ada kamu, mungkin aku cuman bisa duduk di pinggir danau sambil merenungi nasibku. Nggak ada hal lain yang bisa aku lakuin."
"Thanks sekali lagi, Joanne.." Joanne tidak menjawab ucapan Pangeran Max itu. Efek champagne terhadap tubuhnya mulai bisa ia rasakan. Kepalanya pusing dan tubuhnya sedikit memanas.
Pangeran Max yang tadinya hanya diam saja, kini mulai menciumi leher Joanne. Ciuman itu semakin lama semakin agresif dan terus naik hingga bertemu dengan bibir milik Joanne. Kedua bibir mereka langsung berpangutan satu sama lain. Joanne memejamkan matanya, menikmati ciuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal 21st Century✔
FanfictionSeorang murid biasa sepertiku dijodohkan dengan Putra Mahkota? Yang benar saja! Memangnya masih ada hal konyol seperti itu di abad ke 21 ini? Start : 30 Maret 2021 Finish : 25 Desember 2021 #1 hwangshin (03/06/21) #1 shinryujin (26/06/21) #1 kingd...