51 : Perhatian Kecil

382 64 13
                                    

"Ngurus anak."

👑👑👑






"Max...mau sampai kapan kamu gitu terus? Aku laper..."

Saat ini, Pangeran Max sedang mencicipi satu persatu makanan rumah sakit yang disajikan untuk Joanne. Laki-laki itu ingin memastikan bahwa semua makanan itu aman dan bebas dari racun.

"Bentar. Ini yang terakhir." Pangeran Max menyumpit sebutir nasi, memperhatikan butiran nasi itu sebentar, sebelum memakannya. Setelah diam cukup lama, Pangeran Max menganggukkan kepalanya.

"Oke. Aman semua. Waktunya kamu makan sekarang." Pangeran Max duduk di kursi samping tempat tidur Joanne lalu menyuapi perempuan itu dengan sabar.

"Kamu berlebihan banget deh. Ini kan di rumah sakit istana. Mana mungkin ada yang mau ngeracunin aku lagi?" dengus Joanne sambil mengunyah makanannya.

"Kamu lupa keracunan di mana? Semua tempat itu bahaya. Nggak ada yang aman, sekalipun itu istana yang penjagaannya udah ketat banget," ucap Pangeran Max, kembali menyuapi Joanne.

"Terus kalau tadi beneran ada racunnya, kamu yang kena dong?"

"Nggak apa-apa. Yang penting kamu nggak kena lagi. Kalau kamu udah sakit gini terus kena racun lagi, lebih bahaya tau." Joanne hanya diam saja, sedang malas berdebat dengan Pangeran Max.

"Aku makan sendiri aja deh. Kayak anak kecil aja disuapin gini." Joanne hendak merebut mangkuk yang ada di tangan Pangeran Max, namun laki-laki itu segera berkelit.

"Eh – eh. Nggak, nggak boleh. Kamu masih sakit." Pangeran Max menjauhkan mangkuk itu dari jangkauan Joanne agar perempuan itu tidak bisa merebutnya. "Kalau misalnya ototmu tiba-tiba lemes lagi gimana? Nanti tumpah semua malah repot."

"Ish –" dengus sebal Joanne. Ia benci dengan kondisinya yang lemah seperti ini. Terlalu mudah buat dikendalikan.

"Udah kamu diem aja sekarang. Dulu juga waktu aku sakit kamu yang suapin. Sekarang giliran aku." Pangeran Max kembali menyuapi Joanne dengan penuh kehati-hatian.

"Iya iya," jawab Joanne, pasrah. "Omong-omong, udah nemu siapa pelakunya?"

Pangeran Max menggeleng lemah. "Belum. Orang kepolisian masih menelusuri pelakunya," jelas Pangeran Max.

"Tapi aku curiga sama Bangsawan Eleanor."

"Kenapa?" Joanne mengernyit bingung. Sebenarnya ia tidak terlalu terkejut dengan hal itu. Hanya saja, ia ingin mengetahui alasannya mengapa Pangeran Max mencurigai Bangsawan Eleanor.

"Aku kan udah pernah cerita kalau Caspian sama keluarganya nggak pernah suka sama keluargaku. Mereka punya dendam." Pangeran Max menghela nafas sebentar. "Aku rasa dia mau coba jatuhin aku lewat kamu."

Joanne terdiam. Perasaannya begitu campur aduk. Rasanya sangat tidak enak saat mengetahui dirimu selama ini dijadikan sebuah umpan, tumbal – atau apapun itu istilahnya – untuk kepentingan orang jahat.

Joanne kembali teringat pertemuan terakhirnya dengan Pangeran Caspian. Setelah menghubung-hubungkan semuanya, Joanne merasa semuanya menjadi jelas. Pangeran Caspian bukan berubah. Memang sejak awal laki-laki itu sudah berniat untuk memanfaatkan Joanne demi kepentingan keluarganya. Joanne saja yang bodoh selama ini mengira bahwa Pangeran Caspian adalah orang yang baik.

Padahal sejak awal Pangeran Max sudah memperingatkannya, tapi Joanne mengabaikan peringatan itu.

"Maaf..." Hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulut Joanne. Ia menunduk dalam sambil memainkan ujung bajunya.

Royal 21st Century✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang