"Lucy...tolong...lepasin Joanne...Aku mohon..."
👑👑👑
"Akh..."
Pangeran Max merintih kesakitan saat Putri Margarette menancapkan sebuah pisau tepat di perutnya. Ia langsung ambruk ke tanah. Darah terus mengucur dan mengotori kemeja putih yang ia kenakan. Pangeran Max menatap Putri Margarette dengan tatapan tidak percaya sambil menahan rasa sakit akibat tusukan itu.
"K-ke-kenapa...kamu..melakukannya?" tanya Pangeran Max terbata-bata. Ia mencabut pisau yang ada di perutnya lalu membuangnya jauh-jauh dari sana.
"Supaya aku bisa dapat takhta Ratu," balas Putri Margarette dengan wajah datar. Ia tidak terlihat bersalah sama sekali.
"Stop Lucy! Stop percaya sama semua kata-kata Caspian! Kamu nggak akan dapat apapun meskipun kamu melakukan hal ini!" Dengan sisa-sisa tenaganya, ia berteriak ke arah Putri Margarette.
"Nggak! Kak Jack nggak akan ingkar janji. Dia bilang akan bantu aku buat jadi Ratu kalau aku berhasil bunuh kamu!" bantah Putri Margarette.
Sebuah air mata lolos dari pelupuk mata Pangeran Max. Bukan saja fisiknya yang sakit tetapi juga hatinya. Ia selalu menahannya selama ini tapi kali ini ia tidak bisa melakukannya lagi. Ia menangis di hadapan Putri Margarette dan itu membuat sang putri sedikit tertegun. Ia belum pernah melihat Pangeran Max menangis sekalipun.
"Maafin aku selama ini, Lucy. Aku bersalah karena udah nelantarin kamu selama ini. Tolong...maafin aku..." ucap Pangeran Max di sela-sela isak tangisnya.
Flashback
"Kak..main yuk." Putri Margarette kecil terus mengguncang lengan Pangeran Max kecil yang sedang belajar didampingi oleh Kasim Kim.
"Aku sibuk..." Pangeran Max menepis tangan Putri Margarette dengan sedikit kasar dan kembali fokus dengan pekerjaannya.
Putri Margarette langsung memasang wajah cemberutnya. Semenjak kematian Pangeran Harold, sikap Pangeran Max berubah kepadanya. Laki-laki itu menjadi dingin dan tidak lagi perhatian kepadanya. Putri Margarette tidak tahu apa alasannya. Yang ia tahu, saat ini Pangeran Max secara resmi telah menjadi putra mahkota dan akan lebih banyak belajar daripada bermain seperti dulu.
Dan Putri Margarette sangat kesepian saat ini.
"Main aja sama para dayang," ucap Pangeran Max tanpa melirik ke arah Putri Margarette sedikitpun.
"Aku maunya main sama kakak. Kita kan bisa main bersama."
"Sekarang sudah nggak bisa lagi. Kamu nggak denger kata-kata Yang Mulia Ratu? Aku calon raja sekarang. Aku harus banyak belajar supaya bisa jadi Raja yang baik kelak," jelas Pangeran Max.
"Putri..." Kasim Kim yang berdiri tak jauh dari sana segera menghampiri Putri Margarette dan berlutut tepat di depan perempuan itu. "Main sama Dayang Gu saja ya? Pangeran Max benar-benar sibuk sekarang,"
"Kak Sam jahat!" teriak lantang Putri Margarette. Perempuan itu membuang boneka kelinci yang ada di tangannya dan segera berlari keluar dari ruang belajar itu.
Saat berada di luar, Putri Margarette bertabrakan dengan ibunya yang hendak mengecek keadaan Pangeran Max. Sang putri langsung jatuh ke tanah dan menangis sekencang-kencangnya.
"Ya ampun putri..." Ratu Carolina langsung membantu Putri Margarette untuk berdiri dan memeluknya dengan erat. "Kenapa kamu menangis?"
"K-ka-k...Sam..ud-dah..ng-gak..ma-u..ma.in...lagi..sama aku..." ucap Putri Margarette sambil terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal 21st Century✔
FanfictionSeorang murid biasa sepertiku dijodohkan dengan Putra Mahkota? Yang benar saja! Memangnya masih ada hal konyol seperti itu di abad ke 21 ini? Start : 30 Maret 2021 Finish : 25 Desember 2021 #1 hwangshin (03/06/21) #1 shinryujin (26/06/21) #1 kingd...