26 : Pertama Vs Terakhir

315 70 5
                                    

"Walaupun aku bukan orang yang pertama kali mengucapkannya, tapi orang terakhir juga nggak kalah istimewah kan dari orang pertama?"

👑👑👑






Malam ini, Joanne menghabiskan waktunya di ruang belajar dengan ditemani oleh Kepala Dayang Hong dan dua dayang lainnya. Walaupun malam telah larut, namun Joanne sama sekali tidak ingin menghentikan kegiatannya saat ini. Joanne yang biasanya malas-malasan untuk belajar, hari ini tampak begitu rajin.

Salah satu alasan kenapa Joanne memilih untuk belajar adalah karena perempuan itu merasa canggung berada di kamar Pangeran Max. Ia tidak ingin berkeliaran di tempat itu selagi sang pemilik masih belum berada di dalam kamarnya. Karena itu, Joanne memutuskan untuk menghabiskan waktunya di ruang belajar.

"Putri, apa Putri tidak mengantuk? Sekarang sudah hampir jam 12 malam," ujar Kepala Dayang Hong yang memperingatkan Joanne. Wanita itu mengangkat kepala dan melirik ke arah jam dinding. Kepala Dayang Hong benar. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 12 malam.

"Baiklah. Aku kembali sekarang," balas Joanne sambil menutup bukunya. Dayang Min dan Dayang Choi segera meringkas buku-buku yang digunakan oleh Joanne itu dan mengembalikannya ke salah satu rak yang ada di sana.

"Semoga saja dia sudah kembali..." batin Joanne.

Joanne telah sampai di kediamannya dan berjalan perlahan menuju kamar Pangeran Max. Ia mengetuk pintu kamar itu dan menunggu jawaban dari dalam. Karena Joanne tidak mendengar jawaban apapun, ia kembali mengetuk pintu itu. Walaupun sudah mengetuk beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari dalam sana.

Apa mungkin Pangeran Max belum kembali dari kediaman Ratu? Sampai semalam ini?

Akhirnya dengan keberanian penuh, Joanne membuka langsung pintu kamar Pangeran Max itu dan mengintip ke dalam. Rupanya Pangeran Max telah kembali dari kediaman Ratu dan kini tengah duduk di pinggir tempat tidur. Laki-laki itu tampak menunduk sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Perlahan-lahan, Joanne masuk ke dalam kamar itu dan berjalan menghampiri Pangeran Max.

"Hei..." sapa Joanne pelan. Pangeran Max mengangkat kepalanya dan menatap Joanne yang telah duduk di sampingnya.

"Dari mana aja?" tanya Pangeran Max.

"Habis dari gedung belajar."

"Malam-malam gini?"

"Um...iya. Aku perlu menyelesaikan pelajaranku supaya aku bisa sedikit bebas," jelas Joanne. Pangeran Max sudah tidak membalas lagi dan kembali pada posisi awalnya. Laki-laki itu terlihat begitu kusut dan tampak berbeban berat. Baru kali ini sepertinya Joanne merasa kasihan pada laki-laki itu.

Pasti tidak mudah menjadi seorang putra mahkota. Di usianya yang sangat muda, ia harus memikul sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Belum lagi laki-laki itu juga mendapat tekanan dari keluarganya. Ia tidak bisa bertindak sesukanya karena semua orang memperhatikannya. Akan selalu ada orang yang mengkoreksinya atau mungkin menghajarnya jika ia bertindak semau hatinya.

Sungguh berat kehidupan seorang Pangeran Max.

Dulunya Joanne pikir, anggota keluarga kerajaan pasti hidup dengan bahagia karena mereka hidup dengan bergelimang harta. Mereka tidak perlu repot-repot bekerja untuk mencari uang karena semuanya serba ada dan tersedia. Mereka bisa mengenakan pakaian bagus, menggunakan ponsel keluaran terbaru, dan makan enak setiap harinya. Joanne begitu iri dengan kehidupan keluarga kerajaan dulunya.

Sekarang, Joanne sadar bahwa kehidupan anggota keluarga kerajaan tidak sebahagia yang ia bayangkan. Kehidupannya jauh lebih berat dari masyarakat biasa. Ada sebuah tanggung jawab besar yang harus ia pikul. Semua orang menaruh harapan yang begitu besar pada kerajaan dan ia tidak bisa mengabaikan hal itu begitu saja.

Royal 21st Century✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang