55 : Kota Terpencil

354 79 8
                                    

"Mau couple-an?"

👑👑👑








"Aku serius sekarang. Kita mau kemana? Kenapa jauh banget?" Joanne memperhatikan sisi kiri dan kanan jalan dengan seksama. Jalan yang mereka lalui berkelok-kelok dan sedikit menanjak. Sisi kanan jalan terbentang pemandangan laut yang tampak begitu indah, sedangkan sisi kiri jalan hanyalah sebuah tebing yang tergerus dengan rapi.

"Kita ke Kota Amaris.."

Mendengar jawaban Pangeran Max itu, Joanne segera membulatkan netranya. Kota Amaris? Ia tidak salah dengar, kan? Kota itu letaknya sangat jauh dari pusat kota, bahkan lebih jauh dari Kota Scarlet yang pernah mereka datangi.

"Kamu udah gila ya? Itu kan jauh banget! Kamu mau kabur berapa lama?" Pangeran Max hanya tertawa kecil menanggapi kekhawatiran Joanne itu.

"Hmm..beberapa hari mungkin? Satu minggu juga nggak masalah."

"Kalau dicariin sama kerajaan gimana?"

"Ya udah tinggal balik aja." Joanne menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Pangeran Max yang terlihat begitu santai.

Joanne sebenarnya tidak masalah mereka mau pergi kemanapun dan selama apapun. Hanya saja sekarang situasinya sedang kacau. Joanne tidak ingin membuat situasinya semakin buruk karena sikap mereka yang kurang dewasa ini.

"Udah, jangan khawatir. Kalau kamu dihukum, nanti biar aku yang tanggung jawab," ujar Pangeran Max, seakan-akan bisa membaca isi pikiran Joanne saat ini. Akhirnya lagi-lagi Joanne hanya bisa menghela nafas panjang dan mengikuti kemauan Pangeran Max itu.

Mereka telah tiba di Kota Amaris. Tidak banyak orang yang tinggal di kota ini karena lokasinya yang begitu jauh dari pusat kota. Selain itu, perkembangan teknologi di sini juga tidak sepesat di pusat kota ataupun daerah yang lainnya.

Pangeran Max mulai memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Joanne terlihat kebingungan karena mobil tiba-tiba saja berhenti. Ia mengarahkan tatapannya pada Pangeran Max untuk meminta penjelasan.

"Kita tunggu seseorang di sini," ucap Pangeran Max. Setelah itu, ia mulai mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Lama ia menunggu, akhirnya suara orang yang ingin ia dengar muncul di seberang telepon.

Walaupun Joanne berada tepat di sebelah Pangeran Max dan mendengarkan semua pembicaraan itu, namun Joanne sama sekali tidak bisa menangkap maksud dari percakapan itu. Selain itu, Joanne juga tidak tahu Pangeran Max sedang berbicara pada siapa karena laki-laki itu tidak menyebut nama orang itu sama sekali.

"Hmm..kayaknya kita nunggu agak lama. Istirahat bentar yuk!" Pangeran Max mulai menurunkan sandaran kursinya hingga lurus sempurna. Ia juga melakukan hal yang sama pada kursi milik Joanne. Setelah kursi mereka sama-sama lurus, Pangeran Max langsung merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

Joanne masih belum bergerak sama sekali. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia bingung. Kalau ia ikut membaringkan tubuhnya, pasti rasanya akan sangat canggung. Bisa dipastikan juga jantungnya akan mulai menggila.

Pangeran Max sudah tidak bergerak sama sekali. Sepertinya ia tidur karena kelelahan menyetir jauh dari kerajaan ke Kota Amaris yang terpencil ini. Atau mungkin ia kehabisan energi karena baru bertengkar dengan Raja Harrison.

Akhirnya perlahan-lahan Joanne merebahkan tubuhnya dan menghadapkannya ke arah Pangeran Max. Tangannya mulai terulur untuk menyentuh luka memar di pipi Pangeran Max. Ia mengelusnya pelan – tidak ingin membuat Pangeran Max terbangun.

"Cepet sembuh..." gumam Joanne pelan. Setelah itu, Joanne menarik tangannya kembali karena tidak ingin menganggu tidur Pangeran Max.

Menatap wajah Pangeran Max yang sedang tidur, membuat Joanne sedikit mengantuk. Berkali-kali ia menguap kecil ketika rasa kantuk mulai menyerangnya. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Joanne memutuskan untuk memejamkan matanya dan tidur sebentar sampai orang yang ditelepon oleh Pangeran Max tadi datang.

Royal 21st Century✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang