30 : Membuat Masalah Lagi

304 61 2
                                    

"Heish...bodo amat sama acara prom night! Aku nggak tahan lagi!"

👑👑👑











"Ouchhh....shhhh..." Joanne merintih kesakitan saat sebuah handuk basah mengenai kulit betisnya itu. Kepala Dayang Hong dibantu dengan dua dayang juniornya sedang mengobati luka pada kedua betis Joanne itu. Lukanya tidak terlalu parah tapi cukup membuat Joanne meringis kesakitan.

"Pelanh..pelanhh..." pinta Joanne. Ketiga dayangnya itu telah melakukannya dengan selembut mungkin namun tetap saja Joanne masih bisa merasakan rasa perih yang amat sangat terasa. Joanne bahkan mulai mengigiti ujung bajunya untuk melampiaskan rasa sakitnya itu.

Setelah membersihkan luka itu, Kepala Dayang Hong mulai memberikan sebuah salep lalu menutup kedua betis Joanne tersebut dengan perban luka. Setelah selesai, Joanne mulai membaringkan dirinya di sofa yang ada di ruang belajarnya itu. Malam ini, Joanne sudah memantapkan hatinya untuk tidur di sana. Ia tidak sudi kembali ke kediamannya dan bertemu dengan Pangeran Max.

"Putri yakin mau tidur di sini? Kalau Ibu Suri dan Ratu tahu, beliau pasti akan marah..." tanya Kepala Dayang Hong pada Joanne.

"Tidak apa-apa. Bilang saja kalau aku perlu begadang untuk belajar dan tiba-tiba ketiduran di sini. Ibu Suri dan Ratu tidak akan marah..." balas Joanne. Kepala Dayang Hong hanya bisa mengangguk pasrah dan menuruti kemauan Joanne itu.

Kepala Dayang Hong dan kedua dayang juniornya telah keluar dari ruang belajar Joanne itu dan meninggalkan Joanne sendiri di dalam ruangan itu. Joanne mulai menarik selimutnya hingga sebatas dada dan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun tak berlangsung lama, Joanne kembali membuka matanya. Ia cukup kesulitan untuk tidur malam ini. Rasa sakit pada betisnya benar-benar mengganggu.

Apalagi pikirannya sedang penuh sekarang. Banyak sekali hal yang terjadi hari ini, mulai dari kejadian di kamar mandi hingga ia mendapat hukuman dari Ibu Suri. Sebenarnya ia tidak salah sama sekali atas kejadian yang terjadi di kamar mandi tadi pagi. Kedua perempuan itu yang bersalah. Mereka tidak seharusnya membicarakan seseorang di belakang apalagi sampai menghinanya. Bahkan kedua perempuan itu menghina kerja keras kelompoknya! Joanne tidak terima akan hal itu.

Namun sayangnya orang-orang hanya men-judge-nya dari luar dan menimbulkan kesalahpahaman hingga Joanne tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyelesaikannya. Dari sini Joanne mulai belajar kalau ia tidak bisa mengekspresikan perasaannya secara terang-terangan. Ia tidak bisa bertindak sesukanya karena pasti akan ada orang yang memperhatikannya dan mengomentarinya.

Menjadi keluarga kerajaan sunguh hal yang berat. Joanne ingin sekali menyerah dengan kehidupan yang ia jalani saat ini.

Ia tidak masalah harus hidup serba berkekurangan. Ia juga tidak masalah tinggal di rumah yang kecil dan kamar yang lebih mirip seperti kandang ayam itu. Setidaknya Joanne tidak perlu mengalami siksaan batin seperti ini. Ia bisa menikmati kehidupan remajanya lebih baik di luar istana.

Namun semuanya sudah terlambat. Joanne tidak bisa memutar balik waktu. Ia terlanjur masuk terlalu jauh dalam kehidupan yang menyiksa itu.

Joanne menghapus air matanya yang membasahi pipinya itu cepat-cepat. Entah sudah keberapa kalinya ia menangis hari ini. Joanne bukan tipe wanita yang mudah menangis. Ia benar-benar heran dengan dirinya sendiri yang banyak berubah semenjak ia menginjakkan kakinya di istana. Ia merasa jadi lebih emosional dan kadang-kadang tidak bisa berpikir dengan jernih. Joanne benci dengan dirinya yang seperti itu.

Joanne terus merenungi hidupnya sepanjang malam itu hingga ia tidak tahu sejak kapan ia mulai tertidur pulas. Sebuah air mata masih menetes melalui sudut matanya. Malam itu, untuk pertama kalinya Joanne mengalami sebuah mimpi buruk. Mimpi itu begitu menyeramkan. Joanne ingin keluar dari mimpi itu secepat mungkin.

Royal 21st Century✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang