Part 11

277 53 17
                                    


“Mas Adrian….”

Tatapan mata yang tadinya penuh emosi serta merta berubah meredup. Dengan cepat Runi mengelap airmatanya dan pergi ke toilet. Arjuna hanya menatap wanita yang baru saja mempermalukannya di depan umum itu. Gara-gara tingkah Arunika yang aneh dan marah-marah padanya sambil menangis.

“Kamu kenapa lagi sih Juna? Nggak capek apa bikin masalah sama orang?”

“Kamu sendiri ngapain di sini?”

“Ada wawancara tadi soal perkembangan sekolah dengan kurikulum baru.”

Runi yang mencuci muka di wastafel depan toilet kini sadar dengan hal apa yang baru saja dia lakukan. Rasa malu memenuhi pikirannya.

“Bodoh kamu Runi,” rutuknya sembari menatap cermin dihadapannya.

Langkah perlahan Runi seakan menandakan jika dia sebenarnya ragu untuk kembali ke tempat dimana meletakkan tasnya tadi. Suara dering ponsel membuat Runi kemudian mempercepat langkah karena benda itu tergeletak di atas tasnya.

Assalamualaikum, iya Mas gimana. Iya nggak apa-apa aku nunggu hujannya agak reda. Iya, Mas juga hati-hati ya. Salam buat Lila dan Bu Alma. Wa alaikumsalam.”

“Sejak kapan kalian sedekat ini?”

Suara itu membuat Runi memutar tubuh. “Bukan urusan Bapak.”

Arjuna tersenyum sinis. “Tadi kamu sudah bikin saya malu karena tiba-tiba marah dan nangis, sekarang berani ketus?”

Runi menghela nafas. “Lalu saya harus bagaimana Pak Arjuna yang terhormat?”

“Ayo saya antar pulang. Motornya sudah saya titipkan ke pemilik kafe.”

“Apa? Kenapa? Saya bisa menunggu hujan reda Pak.”

“Saya sekalian jemput Abimanyu di rumah Bu Runi kan?”

Sebuah pesan muncul dari ponselnya, Adrian menyuruh Runi menerima ajakan Arjuna jika pria itu menawarkan untuk mengantar Runi pulang. Runi melirik pria yang menatapnya itu.

“Kenapa? Adrian nyuruh kamu nurut kan?”

Runi mengangguk, akhirnya dia pasrah. Seorang pelayan membantu Runi menyebrang menuju mobil Arjuna. Di atas seat ada seplastik obat dari urmah sakit yang sama dengan Jun dirawat.

“Taruh belakang aja.”

Runi menuruti perintah orang yang mulai mengendarai mobil di sampingnya.

“Pak Arjuna sakit?”

“Insomnia,” jawabnya singkat.

“Tapi kenapa masih sering minum kopi?”

“Di jam kerja aku sering mengantuk tapi malam hari nggak pernah bisa tidur.”

“Minum teh Camomille Pak, kurangi kopi. Biasanya kecenderungannya orang insomnia juga jarang makan sehat, bisa menurunkan stamina dan kinerja bapak juga loh.”

Lirikan Arjuna membuat Runi terdiam dan sadar jika dia terlalu banyak bicara. Jalanan sore itu cukup macet karena badan jalan dipenuhi genangan air yang membuat pengendara motor berjalan lebih lambat.

“Itu teman Airlangga kan? Yang di sana.”

Pak Arjuna menunjuk ke arah halte bis di depan mereka.

“Jun? Iya dia teman Narendra. Pak bisa berhenti sebentar? Dia kayaknya nggak sehat deh Pak.”

Anak itu terlihat sedang memegangi dadanya dan seorang ibu disampingnya terlihat panik menanyai kondisi anak SMA itu. Arjuna menepikan mobil dan kemudian tanpa mempedulikan hujan Runi turun namun tangannya ditarik Arjuna.

CAMEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang