Part 26

209 35 14
                                    

Sebotol champagne yang biasa disembunyikan di atas lemari dapur kini akhirnya dibuka. Jemari wanita berkulit putih itu membuka botol dengan sangat lihai. Bunyi letupan terdengar sebelum air berwarna ungu kemerahan itu tertuang di gelas berkaki. Dua gelas tersaji, sang wanita menyodorkan satu pada pria yang terlihat sibuk dengan ponsel yang duduk di depannya.

“Kenapa? Dia nggak bales pesan kamu?”

Adrian menyugar rambutnya. “Nggak biasanya dia kayak gini,” kata Adrian gelisah.

Wanita yang selesai meneguk habis minumannya itu terkekeh.

“Kamu beneran cinta sama dia? Aku cemburu.”

Adrian hanya tersenyum tipis tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel hingga tubuh kurus semampai dengan balutan dress press body  berwarna hitam merebut ponselnya dan melempar tubuh ke pangkuan sang pria. Bibir mereka berpagut, sang wanita mulai menuntut. Ketukan pintu menghentikan kegiatan meeka, sang wanita mengerang kesal karena gangguan itu. Dengan langkah cepat si empunya rumah melangkah ke ruang depan.

Sosok gadis bertudung pink fanta terlihat membawa beberapa plastik dan tersenyum.

“Runi?”
Seulas senyuman terkembang di bibir sang pria. Tangan kokoh itu merengkuh tubuh sang gadis.

“Mas, kenapa?”

“Aku kangen,” bisiknya sembari mengecup puncak kepala sang gadis.

Runi merasa kikuk namun tubuhnya tidak menolak. Dia sangat mencintai pria di depannya itu. Tak terbayang apa yang terjadi jika sang pria tahu rencana gila Arjuna yang ingin menikahinya.

“Kenapa dari semalam nggak kasih kabar? Aku nungguin chat kamu.”

“Jangan berlebihan deh, kayak anak muda aja.”

Adrian merengut. “Aku emang udah tua?” tanyanya seperti anak kecil yang sedang merajuk.

Runi terkekeh. “Nggak malu sama Lila? Anak gadismu udah tujuh belas tahun loh.”

“Jangan bawa-bawa Alila.”

“Aku nggak disuruh masuk nih?” tanya Runi.

Otak Adrian seketika bekerja keras mencari alasan, di dalam sana ada Cassie yang sedang menikmati minumannya.

“Lila ada di rumah Alma,” kata Adrian.

Runi terkekeh, “Aku bercanda kok. Cuma mampir juga tadi niatnya. Habis dari rumah sakit, nganter anaknya Kak Cassie, Cia sakit. Sedang Cio ada di rumah sama Aluna. Ini sekalian beli makan, jadi aku mampir ke sini.”

“Cia sakit?” tanya Adrian. Dari dalam terdengar suara sesuatu pecah.

“Apa itu Mas?”

“Ah, kucing pasti. Ya, ya udah kamu mau pulang?” tanya Adrian.

“Iya, kasihan Cio di rumah belum makan pasti soalnya kak Cassie kerja.”

“Ya udah, nanti aku nyusul ya. Aku beresin kerjaan dulu. Hati-hati sayang,” katanya sembari membelai pipi Runi.

Runi mengangguk dan setelah berpamitan dia segera pergi membawa sisa kantong plastik yang sama dengan yang dia serahkan pada Adrian. Sang pria segera masuk ke dalam dan mendapati Cassie menangis tertahan.

“Cass ....”

“Cia sakit? Aku ... aku benar-benar nggak berguna, Ad. Aku ibu yang nggak berguna.”

Isakan Cassie terdengar semakin jelas dan Adrian merengkuhnya. “Tenangkan dirimu dulu, tenang Cass. Jangan nyalahin dirimu sendiri. Martin yang salah. Dia udah nipu kamu.”

CAMEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang