Part 30

249 40 3
                                    

Temu kangen hari itu membuat kebahagiaan tersendiri di hati Runi dan Luna. Mereka senang bisa berkumpul dengan keluarga dan utamanya dengan sang nenek.

“Terima kasih, sudah nganter kami ke sini.”

Runi mendekati Arjuna yang sedang melihat ke arah pematang sawah milik pakde Adi.

“Hmm ....”

Tak ada jawaban berarti, semilir angin menerpa, sedikit menyejukkan di hari yang panas itu.

“Mas, aku mau ngomong sebentar.”

Juna menunduk menatap wanita itu.

“Aku nggak bisa meneruskan rencana pernikahan ini Mas. Aku mohon, batalin semua, ya?” pinta Runi.

“Kenapa?”

“Aku punya pasangan Mas, bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang sama sekali nggak aku cinta.”

“Aku bisa bikin kamu jatuh cinta.”

Runi tersenyum. “Satu-satunya orang yang aku cintai saat ini adalah Mas Adrian.”

Arjuna menyugar rambutnya yang setengah basah pasca terkena air wudhu sembahyang sunah.

“Aku sudah bilang kan, aku akan membuatmu menderita.”

Pria itu berjalan menjauh dan Runi menarik tangannya.

“Mas Juna! Aku mohon, aku mohon, batalin semua ini. Aku tahu mas benci sama aku, tapi tolong jangan nyiksa aku dengan hal seperti ini.”

Arjuna menyentak tangan Runi membut tubuh wanita itu mendekat ke arahnya tanpa celah.

“Aku tidak akan membiarkanmu bersama dengan Adrian. Tidak akan pernah. Ingat itu.”

Air mata lolos dari kedua pelupuk Runi. “Mas, aku akan lakuin apapun. Aku mohon.”

“Kalau kamu terus merengek, aku justru akan mempercepat semuanya dan aku akan membuatmu tidak bisa lagi bertemu dengan Adrian. Selamanya.”

Arunika berusaha mendorong tubuh kekar itu tapi sia-sia baginya. Tak pernah dia pikir jika Arjuna masih memendam kebencian padanya sebesar itu akibat masalah Narendra dulu. Dari sudut matanya Arjuna melihat dua sosok mendekat ke arah mereka sedang Runi masih terisak karena kesal. Jemarinya menaikkan dagu sang gadis mengusap air mata yang tersisa dengan ibu jarinya dan mengecup bibir berpoles lip tint nude itu. Tangis Runi terhenti seketika, bibir Juna memagut lembut miliknya. Deheman seseorang membuat mereka tersadar, Juna hampir saja terlena dengan lembutnya bibir gadis polos itu.

“Kalian ini, lupa kalau ini tempat umum?”

Kakak sepupu Runi dan sang pakde terkekeh. Arjuna berlagak malu, walau sejak awal dia tahu dua pria itu berjalan ke arah mereka.

“Pakde, kalau acaranya minggu depan bagaimana?”

“Hah, udah nggak sabar ya?” goda kakak sepupu Runi.

Juna melingkarkan tangannya di bahu Runi.

“Boleh, semua syaratnya sudah lengkap kan? Lebih cepat lebih baik,” kata pria paruh baya itu sembari tersenyum.

Arunika tak bisa berbuat apapun, Arjuna tak pernah main-main dengan kata-katanya. Apa yang harus dia katakan pada Adrian nanti?

Sepanjang perjalanan pulang ketiga anak SMA itu tertidur pulas di jok belakang karena terlalu lelah. Sedangkan Runi hanya diam menatap nanar ke arah jalan.

“Kalau kamu nggak bisa ngomong ke Adrian, biar aku yang bicara.”

“Mas ... aku mohon ... batalin semuanya.”

CAMEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang