Part 29

212 35 1
                                    


“Bunda.”

Narendra, tak canggung untuk memeluk wanita yang akan menjadi ibu sambungnya itu. Sang adik juga sama, setelah mencium tangan Runi, dia segera bergelayut manja pada kakak sahabatnya yang sebentar lagi resmi menjadi ibunya.

“Nana kangen Bunda.”

Arjuna masih tak bersuara, bahkan ketika mengajak mereka lekas berangkat pun tetap hanya terdengar seperti gumaman belaka. Di sepanjang jalan Luna, Abim dan Narendra saling berbagi cerita seru. Berbeda dengan dua orang yang duduk di kursi depan, mereka hanya saling diam. Runi terlihat sedikit cemas dan lesu.

Telepon berdering dan membuat Runi ragu-ragu mengangkatnya. Arjuna melirik nama yang tertera di layar ponsel calon istrinya.

“Apa perlu aku yang angkat?” tanya Arjuna kemudian.

Runi menggeleng cepat dan mengangkat teleponnya. Suara manja Adrian terdengar di ujung telepon menanyakan keberadaan Runi. Sang gadis tentu tak jujur mengatakan jika sedang ke Solo bersama Arjuna. Dia mengatakan jika sepupunya datang menjemput. Juna mencuri dengar sembari tetap berusaha fokus dengan jalanan di depan mereka.

“Kamu belum bilang sama Adrian kalau kita mau nikah?”

Runi menyimpan ponsel di sling bag milik hitamnya.

“Kita bicarakan nanti Mas.” Runi memberi kode karena anak-anak ada di belakang dan mungkin bisa saja mendengar percakpaan mereka.

Sudut bibir Arjuna sedikit tertarik, panggilan itu entah kenapa membuatnya merasa berbeda.

Jangan sampai aku jatuh hati dengan gadis ini. Arjuna, jernihkan pikiranmu. Kau melakukan ini demi romo,” batin sang pria.

***

“Ayah ngapain ke sini?”

Pertanyaan ketus Alila membuat hati Adrian sedikit sakit tapi dia tetap tersenyum.

“Ada titipan dari Bundamu. Hari ini dia ke Solo, jadi nggak bisa ikut ke sini.”

Buku yang kemarin dibeli diserahkannya pada sang putri. Alila menatap ayahnya.

“Ayah masih sama Bunda?” tanya Alila.

Tangan Adrian merengkuh tubuh putrinya dan memeluk dengan penuh kasih sayang.

“Ayah sadar Nak, ayah salah. Tapi sekarang, ayah benar-benar ingin memulai hidup baru dengan bundamu.”

“Maafin Lila, Yah. Lila cuma nggak mau ayah nyakitin bunda kayak ayah nyakitin mama dulu.”

Adrian tahu, putrinya trauma dengan kejadian masa lalu yang membuat rumah tangganya bersama Alma karam di tahun ketiga pernikahan mereka.

Flashback

“Kamu dari mana?” tanya Alma sembari menggendong Alila yang baru berumur dua tahun.

“Kuliah.”

“Kamu bau alkohol lagi. Kamu pergi sama wanita itu lagi?”

Airmata Alma tak terbendung. “Nggak usah nangis. Kita menikah karena suruhan orang tua. Dari awal kamu tahu kan kalau aku cuma cinta sama Cassie?”

“Adrian! Aku ini istrimu!”

“Cassie lagi butuh aku.”

“Dia punya suami Ad! Ngapain kamu urusin dia?”

“Dia baru saja melahirkan dan suaminya bahkan tidak peduli!”

“Apa? Kamu khawatir sama dia? Dan selama aku hamil kamu nggak pernah mau sekedar tanya gimana kondisi anak kita? Bahkan ketika aku berjuang melahirkan anakmu, kamu justru menemani wanita lain yang bestatus istri orang!”

CAMEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang