Suasana rapat guru dadakan hari ini berlangsung menegangkan. Semua berita yang menghebohkan itu membuat dewan sekolah kebakaran jenggot. Adrian pun ikut bicara di sana, karena masalah itu termasuk salah satu tanggung jawabnya tugasnya untuk menyelesaikan.
"Nadine Anindita berkencan dengan salah satu guru untuk menaikkan nilai?"
Adrian membaca tulisan yang ada di foto dalam poster yang sudah diambili oleh pihak sekolah dari mading dan papan pengumuman.
"Siapa oknum gurunya?" tanya Adrian.
Semua terdiam, tidak ada yang menjawab. "Haruskah saya menyelidikinya sendiri?"
"Dari semua guru laki-laki di sini tidak ada yang melakukan itu Pak, saya sudah mengintrogasi mereka semua," kata bu Sari.
"Lalu kenapa bisa muncul rumor seperti ini?"
"Semua berita yang dimunculkan hanya hoax Pak. Termasuk dengan pengkatrolan nilai dan rumor tentang bu Runi."
Runi menelan ludah, kali ini ternyata dia ikut terseret dalam peristiwa chaos jelang ujian.
"Pak Hendrawan, apa rencana Bapak selanjutnya?"
"Ini bukan kali pertama kita diserang dengan berita bohong seperti ini Pak, walau jujur saja kami sangat terbebani, namun sebisa mungkin kami akan tetap fokus dengan pembelajaran anak-anak utamanya kelas dua belas dalam menghadapi ujian kelulusan."
"Tunggu Pak, masih ada dua guru lagi yang belum diintergasi mengenai hal ini. Pak Rezki dan Bu Indira. Kemungkinan untuk kasus Nadine, bisa jadi ada hubungannya dengan pak Rezki Aditama."
Salah seorang tim dari Adrian menyela, wajah semua guru yang awalnya mulai tenang kini menegang lagi.
"Dan tentang Bu Arunika, apa pembelaan ibu tentang rumor ini? Semua murid membenarkan kedekatan ibu dengan siswa yang disebutkan di poster ini?"
Runi menghela nafas, baru saja dia mau membuka mulut, bu Sari sudah membelanya.
"Kedekatan seperti itu memang kami semua lakukan Pak. Kebetulan saja, Bu Runi masih muda, jadi rumor seperti itu bisa berkembang. Tapi bukan berarti mereka memiliki hubungan khusus."
Tangan bu Sari menepuk-nepuk tangan juniornya yang terlihat tegang itu.
"Kalau masalah Bu Runi, memang beliau bertanggung jawab untuk itu terlebih siswa tersebut berasal dari kelas XII A2, dan bu Runi adalah wali kelasnya."
"Benarkah bu Runi tidak memiliki ketertarikan lebih pada Airlangga Narendra?"
"Pak Ahmad, saya sepertinya tidak harus mengatakan ini di forum seformal ini tapi saya rasa saya harus melakukannya karena menyangkut Arunika. Jadi, Arunika adalah pacar saya."
Kalimat itu membuat semua yang ada di ruangan terkejut. Runi hanya bisa menggigit bibir dan menunduk menahan malu. Sedang Adrian mengatakannya dengan sangat santai.
"Dia memang sangat dekat dengan semua muridnya. Terlebih pada Narendra, yang memiliki kebutuhan khusus karena disleksia yang dideritanya. Dan selama ini Runi yang membantu Narendra melewati masa-masa sulitnya. Tolong jangan membuat berita aneh lagi tentang dia, seprofesional apapun saya, pasti akan terpancing juga jika pasangan saya dirumorkan tidak baik."
Suara tawa membahana setelahnya, mereka justru membahas bagaimana bisa seorang Adrian Zulham dan guru bahasa Indonesia itu menyembunyikan kedekatan mereka selama ini.
"Sepertinya Pak Zulham dan Bu Runi harus segera menikah, biar tidak ada lagi rumor aneh tentang bu Runi dan siswa-siswanya," celetuk kepala sekolah.
"Saya berencana seperti itu, tapi bagaimana bisa kami memikirkan tentang pernikahan kalau pekerjaan kami sangat menyita waktu."
Runi melirik pria yang sudah membuatnya malu itu, bagaimana bisa orang itu mengatakan hal pribadi di dalam forum seformal ini. Rapat sore itu selesai dengan satu catatan yaitu keterangan dari guru kimia, pak Rezki yang kebetulan sedang berhalangan hadir karena harus mengajar di tempat lain.
"Mas, bisa-bisanya ngomong kayak tadi. Ya terima kasih sudah bantuin aku, tapi, nggak gitu juga dong."
Adrian terkekeh. "Cie, baper ya? Yang penting kan nama kamu bersih."
Runi menatap orang yang sedang duduk sembari menyetir di sampingnya.
"Jadi cuma buat bersihin nama aja kan?" tanya Runi.
"Hm? Kenapa? Kecewa?"
"Ngapain kecewa. Enggak lah, aku bersyukur banget. Sekali lagi terima kasih ya. Aku harus bales pake apa nih?" tanya Runi.
Adrian tak segera menjawab, dia melajukan mobilnya dan berhenti di salah satu kafe.
"Makan dulu ya, aku laper."
Suasana senja ini membuat kesan manis semakin terasa terlebih tempat yang dipilih Adrian sore itu adalah kafe dengan rooftop berview gunung yang indah dengan langit kemerahan khas matahari terbenam.
"Kamu serius mau bales kebaikanku tadi?" tanya Adrian.
Runi yang baru menikmati es krimnya menghentikan kegiatannya dan mengangguk. Tangan pria itu terulur dan menggenggam sbeelah tangan Runi yang berada di atas meja.
"Aku tahu aku bukan anak muda lagi, tapi apa boleh aku mengulang masa muda sama kamu? Aku masih belum bisa bilang kalau ini cinta tapi ketertarikanku, kenyamanan yang kamu suguhkan, perhatian dan kedekatanmu dengan Alila, memaksa aku buat egois dan takut kehilangan kamu Run."
Manik mata itu saling bertaut, suasana senja membangkitkan romantisme yang tak tergambar rasa. Logika ingin bertahta, namun sanggupkah untuk melawan gelombang arus yang membuncah gairah asmara yang lama tak bertuan?
"Aku harus jawab apa?" tanya Runi dengan wajah polosnya.
Adrian tertawa, ada rasa hangat dari sesuatu yang berdesir di dadanya. Wajah ayu yang tak pernah berpoles topeng untuk menyempurnakannya itu sangat meneduhkan. Keluguan yang membuatnya berbeda dari kebanyakan kaum hawa jaman sekarang membuat netra sang pria enggan beralih tatap.
"Aku harus jawab apa?" Ulangnya.
"Iya, Jawab iya."
Arunika tertawa. "Kita sudah terlalu tua untuk saling menyatakan hal seperti itu."
"Cinta tidak mengenal usia."
"Aku harus tanya Alila dulu untuk ini," kata Runi.
"Tanya saja, dan aku sudah tahu jawabannya. Karena Alila yang pertama memintaku mengambil hati guru cantiknya."
Runi mengernyitkan dahi, Adrian terkekeh. Romantisme senja semoga tak sama sekejap saja hadirnya. Adrian berhasil mendobrak pintu yang telah lama tertutup gembok hampa. Kembali bergantung hati sang hawa pada adam yang menawar lukanya.
"Clark maafkan aku, bolehkan aku melaju dan menitipkan rasaku pada yang baru?" batin Runi.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Terima kasih sudah mampir
Gimana kesannya?
Gass ngeng nggak? .
Vote dan komen dong kakak
😁
🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMEO (END)
RomanceArunika, seorang guru Bahasa Indonesia di salah satu SMA. Hari-harinya dipenuhi dengan kisah murid-murid yang beraneka ragam. Dia selalu mengambil peran di dalam setiap cerita muridnya, namun tidak pernah benar-benar menjadi pemeran utama. Cameo, is...