Dua bulan lebih Runi tak menapakkan kakinya di pelataran rumah berlantai dua itu. Dari dalam terdengar suara anak-anak bergurau. Wanita bergamis itu mengetuk pintu dan menguluk salam agar si empunya rumah tahu kedatangannya. Di kanan kiri tangannya beberapa kantong plastik dijinjing.
“Tante?! Mami ada tante Runi!”
Cia dan Cio memeluk tetangga kesayangannya itu. Wajah sumringah mereka semakin terlihat kala hadiah dan oleh-oleh mereka dapatkan. Seorang wanita berjilbab dengan daster memakai tudung islami senada muncul.
“Runi?”
Arunika tersenyum dan memeluk wanita itu. “Kakak kangen kamu Dek,” ucapnya sambil tersedu.
“Aku juga kangen kakak. Kakak sehat?” tanya Runi.
Wanita itu terlihat pucat, walau tubuhnya lebih gemuk sekarang. Tudung islami menambah kecantikannya.
“Masuk yuk, ada yang mau kakak omongin. Ini soal, Clark.”
Runi menghela nafas. “Kak, aku ke sini kangen sama kakak dan anak-anak. Bukannya kakak bilang kalau Clark sudah tenang sekarang?”
Mata wanita itu berkaca-kaca, mereka duduk berdampingan.
“Maafin aku ya, aku jahat sama kamu.”
Arunika menggeleng. “Kakak adalah kakak terbaik buat Runi dan Clark. Sudah, jangan dipikirin lagi. Mas Adrian gimana?”
“Kamu mau ketemu dia? Dia nyariin kamu, mungkin sebaiknya kalian baikan.”
Runi menggeleng, dia melihat wajah pucat wanita itu semakin kuyu.
“Kak, aku dan mas Adrian sudah berakhir. Saat ini, aku nganggep dia kakakku, sama kayak kak Cassie.”
“Adrian cinta sama kamu. Aku janji aku nggak akan ganggu kalian. Aku akan mengurus anak-anakku. Martin juga sudah bahagia dengan keluarganya, kami masih berhubungan baik. Aku akan menjaga mereka.”
Tatapan nanar Cassie tertuju pada dua anak yang sedang asik memainkan hadiah dari Runi. Cassie tiba-tiba mengernyit. Dia memegangi perutnya dan sepertinya sedang kesakitan.
“Kak, kenapa?”
“Nggak apa-apa, biasa kok kayak gini.”
Cassie tersenyum walau Runi tahu dia sedang kesakitan. Wanita itu mencoba mengatur nafasnya. Suara mobil terdengar berhenti di depan rumah. Sosok yang lama tak dilihat Runi kini muncul.
“Ini, cepet dimakan. Jangan manja,” kata orang itu ketus.
Netra itu bertatapan dengan tamu tak terduga.
“Ad, Runi datang. Kalian ngobrol dulu ya.”
Cassie menerima plastik Adrian dan berjalan ke dalam rumah.
“Runi ....”
“Mas, apa kabar?”
Senyum Runi membuat kecanggungan itu sedikit mencair. Adrian tidak tahu harus berkata apa pada gadis yang tiba-tiba menghilang dua bulan lebih yang lalu.
“Mami! Mami! Papa Adrian! Mami Pah!” teriak Cia.
Runi dan Adrian segera masuk ke ruang tengah. Cassie terduduk dilantai dengan darah bercecer di sela kakinya.
“AstagfirullahI. Kak!” pekik Runi.
Adrian segera membopong wanita itu dan menyuruh Runi membawa anak-anak untuk segera pergi ke rumah sakit. Cassie sesekali merintih.
“Kakak hamil?” tanya Runi.
Anggukan Cassie membuat Adrian terusik. “Maafin aku Ad, aku bohong dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMEO (END)
RomanceArunika, seorang guru Bahasa Indonesia di salah satu SMA. Hari-harinya dipenuhi dengan kisah murid-murid yang beraneka ragam. Dia selalu mengambil peran di dalam setiap cerita muridnya, namun tidak pernah benar-benar menjadi pemeran utama. Cameo, is...