Semangat membaca😊
Dua minggu ini Deva disibukkan dengan belajar untuk persiapan mengikuti olimpiade sains yang diadakan oleh Universitas yang cukup terkenal, yang tentunya banyak diincar oleh banyak calon mahasiswa. Dan sejak dua minggu ini juga Deva dan Bara menjadi semakin dekat.
Dua minggu ini Bara sangat sering menemani Deva untuk belajar, mengingatkan waktu makan, bahkan mengantar Deva kemanapun Deva akan pergi. Deva sangat bekerja keras untuk olimpiade ini sampai kadang lupa untuk makan karena terlalu fokus belajar. Olimpiade sains ini banyak diikuti oleh berbagai sekolah tingkat SMA sederajat karena dengan memenangkan olimpiade tersebut dapat mempermudah calon mahasiswa untuk diterima di Universitas itu tanpa adanya jalur rapot atau tes masuk Universitas, itulah target Deva.
Olimpiade ini diadakan setiap tahun. Tahun kemarin ada beberapa siswa dari sekolah Andaru yang mengikuti. Renda dan Deva menjadi diantara siswa tersebut, tapi tak ada yang bisa memenangkan olimpiade ini di SMA Andaru, hanya sebatas Rendra yang masuk sepuluh besar nilai tertinggi. sedangkan Deva pada saat itu terpaksa tidak dapat mengikuti lomba tersebut karena sakit.
Kali ini Deva berencana akan belajar di perpustakaan dengan ditemani Bara tentunya. Deva tak pernah meminta untuk ditemani, tapi Bara selalu ada untuk menemani Deva untuk persiapan lomba ini.
Deva dan Bara berjalan menuju perpustakaan tapi saat ditengah perjalanan Bara mengatakan ketoilet, jadilah Deva berjalan terlebih dahulu ke perpustakaan. Tapi saat akan menuju gedung dimana perpustakaan berada, Deva melihat digerbang ada Shelin memegang sebuah buku sedang berbincang dengan pria paruh baya, yang sangat Deva kenali.
Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas Deva melihat mereka berbincang dengan serunya. Deva memandang dengan penuh kegetiran, rasanya masih tetap sama, rindu dan... pedih. Jarak dari tempat Deva berdiri dengan Shelin dan papanya memang lumayan jauh tapi Deva tahu pria itu sadar akan sosok Deva yang melihat interaksi mereka. Pria paruh baya itu memeluk Shelin dengan penuh kelembutan, Deva bersitatap dengan pria paruh baya itu, seakan menyampaikan luka yang terdapat dirongga dada.
Deva tersadar bahwa terlalu terbawa perasaan kali ini. Ia pun memutuskan cepat-cepat pergi dari sana melanjutkan niat awal untuk belajar diperpustakaan. Deva terduduk dikursi perpustakaan yang terdapat dibagian pojok. Deva terduduk dengan termenung tanpa melakukan kegiatan apapun sampai sebuah tangan hinggap dibahu sebelah kanannya. Bara lah pelakunya.
"Dev, kok melamun?" Tanya Bara heran.
"Eh... iya." Deva yang kaget pun menoleh kearah Bara.
"Lo nangis lagi, Dev? Lo gak usah nangisin hal-hal yang gak penting kayak mereka. Mereka gak pantes lo tangisin." Ujar Bara seakan tahu apa yang menjadi penyebab kesedihan Deva.
Deva menghapus air matanya, sungguh Deva bahkan tidak sadar kalau dia menangis.
"Lo tahu?" Deva bertanya
"Iya, tadi gue juga liat mereka."
"Hmm." Deva hanya bergumam pelan, kemudian mulai membuka beberapa buku yang akan ia pelajari.
●●●
"Lo gak usah nemenin gue, Bar. Gue bisa berangkat sama pulang sendiri nanti" tukas Deva pada Bara.
Rencananya sepulang sekolah Deva akan bertemu dengan Rendra, Tiyas, dan Endi untuk belajar bersama dan diskusi soal yang diperkirakan sering muncul saat olimpiade nanti. Rendra yang sudah dua tahun berturut-turut mengikuti olimpiads tersebut sangat diperlukan kehadirannya, apalagi dengan pencapaian Rendra yang masuk dalam sepuluh nilai tertinggi saat olimpiade tahun kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Devara
Teen FictionTentang Devara... Selama lima tahun hidupnya, dia mendapatkan semua kebahagiaan yang orang-orang inginkan. Orang tua yang lengkap, keluarga bahagia, dan dikelilingi oleh orang-orang yang tulus menyayanginya. Definisi kebahagian Tapi, dia sadar kalau...