6. Rumah pohon

260 89 27
                                    

Semangat membaca😊

Setelah kejadian kemarin, Deva mencoba untuk bersikap biasa. Karena sedikit saja perubahan pada dirinya bundanya pasti akan tahu, kalau kata para ibu 'ikatan batin antara anak dan ibu itu sangat kuat'.

Bahkan Deva sangat ingat, saat sekolahnya mengadakan camping, Deva sakit dan bundanya telepon bertanya apakah Deva baik-baik saja, karena kata bundanya dia merasa tidak tenang memikirkan Deva. Padahal Deva sudah memberi tahu Aura dan teman-temannya yang lain untuk tidak memberitahukan bundanya bahwa dia sakit.

"Loh udah siap, kok belum panggil bunda malah melamun." bundanya datang tanpa di panggil berarti sudah dapat di pastikan kalau sarapan sudah siap.

"Iya ini juga mau manggil bunda." bohong, Deva berbohong. Padahal dia tahu kalau dari tadi dirinya melamun, tapi kembali lagi seperti rencana semula dia akan berusaha bersikap biasa saja.

Dania, bunda Deva hanya bisa geleng kepala tidak ingin memperpanjang, dia hanya berfikir mungkin anak gadisnya ini ada masalah dengan sekolah atau temannya.

"Yaudah sini bunda kepangin rambutnya." kata Dania sambil menyisir rambut putri kesayangannya.

●●●

Bahkan di mobil Deva tidak mempedulikan Aura yang sedang bercerita tentang rumah Shelin yang besar nan mewah, berapa banyak pembantu di rumah Shelin, seberapa indahnya kamar Shelin. Sampai akhirnya Aura bercerita tentang rumah pohon di belakang rumah Shelin.

"Tapi Dev yang paling gue suka dari rumah Shelin itu rumah pohonnya." kata Aura dengan antusias seolah mengingat bagaimana indahnya rumah pohon itu.

"Rumah pohon?" kata Deva pelan. Pertanyaan itu hanya untuk dirinya sendiri, tapi Aura mendengarnya dan mengartikan itu sebagai sebuah rasa penasaran Deva kepada rumah pohon yang ada di rumah Shelin.

"Iya Dev lo tahu rumah pohon itu katanya di buat papanya Shelin khusus buat Shelin." setelah Aura mengatakan hal itu, Deva bingung dia sangat ingat asal usul rumah pohon itu. Lalu kenapa Shelin berbohong pada Aura.

"Bi parmi semuanya udah siap?" Tanya nyonya rumah itu saat sudah memasuki dapur.

"Sudah, ini tinggal di masukin keranjang."  jawabnya.

"Nanti kalau udah semua di masukin ke bagasi ya bi."

"Iya nyonya." jawab bi Parmi tersenyum.

Setiap tahun, di hari ulang tahun Ara. Akan selalu terjadi hal serupa yaitu piknik keluarga. Ara dan orang tuanya.

Setelah menanyakan tentang persiapan piknik, Bunda Ara menuju sebuah kamar yang ada di lantai dua.

"Ara sudah siap?" Katanya saat sudah melihat putrinya telah rapi.

"Iya udah siap, ayah udah dateng belum, bunda?" Tanyanya mengerjapkan mata lucu.

"iya udah, itu lagi nunggu di luar." katanya sambil mencubit pipi Ara pelan.

Siapa yang tidak gemas jika melihat anak se lucu Ara. Mungkin Ara sudah berumur lima tahun tapi, wajah Ara sangat mirip dengan wajah bundanya yang memiliki wajah indonesia asli, dengan bentuk wajah bulat, hidung kecil yang tidak terlalu mancung, bibir kecil, dan tinggi badan yang tidak terlalu tinggi seperti orang indonesia pada umumnya. Bedanya Ara memiliki mata dan rambut berwarna kecoklatan seperti ayahnya, sangat sempurna.

Mereka pun keluar kamar sambil bergandeng tangan, menghampiri Ayah Ara yang sedang menunggu di luar.

"Mas."  panggilnya lembut.

"Sudah siap semua, berangkat sekarang?" Dewa hanya ingin berbasa-basi siapa tahu ada yang tertinggal.

" iya, ayo yah. Ara udah gak sabar main di sana." katanya antusias.

Di perjalanan menuju tempat piknik di isi dengan cerita tentang hari Ara di sekolah, entah itu tentang temannya, tentang gurunya, ataupun tentang pelajaran di sekolahnya.

Dalam 20 menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai pada tujuan. Sebuah danau dan ada rumah pohon di dekatnya bahkan ada bumga liat yang tumbuh di sekitar tempat itu. Tidak ada orang selain mereka karena memang dasarnya tanah itu milik Dewangga. Tempat yang menjadi sejarah perjalanan cinta Dewangga dan istrinya.

"Yah Ara mau tanya, bisa gak rumah pohonnya di pindah ke rumah kita aja biar klo Ara pengen main ke rumah pohon gak usah ke sini." ujar Ara panjang lebar.

" eem gimana ya? Nanti ayah pikirin lagi ya!"

Kemudian setelah hampir satu minggu tidak di rumah karena liburan bersama ayah dan bundanya, Ara di kejutkan dengan adanya rumah pohon di belakang rumahnya.

"Jadi rumah pohonnya di pindahin ya yah?" Katanya dengan binar kebahagiaan.

"Bukan di pindah tapi ini buat baru, jadi sesuai keinginan princessnya ayah, rumah pohon di rumah." jelasnya sambil mencium pipi kanan Ara.

"DEV."  kata Aura geram sambil mencubit pipi Deva.

"Aduh sakit, apaan sih main cubit aja."  di dalam lamunannya ia di cium tapi di dunia nyata pipinya malah jadi korban cubitan Aura. Sambil mengelus pipinya yang memerah Deva memandang Aura tajam.

"Gue gak bakal nyubit kalo lo gak ngelamun, dari tadi gue misah misuh gak ada gunanya..." Deva memutar bola matanya, merasa jengah dengan Aura yang suka sekali berkata panjang lebar tanpa manfaat.

Deva sadar satu hal mobil yang dia tumpangi ternyata sudah sampai di sekolah. Dengan cepat dia keluar mobil tanpa menunggu Aura.

"Heh Dev lo tuh ya gak tahu diri banget udah numpang, gue jemput. Dan sekarang lo ninggalin gue." inilah yang harus di maklumi berteman dengan seorang Aura yang memiliki kecerewetan tingkat tinggi harus sabar jika yang keluar kata-kata pedas.

"Pokoknya gue gak mau tau istirahat nanti lo harus traktir gue bakso! titik." Deva sudah hafal ini dari masuk sekolah dasar bersama Aura.

Aura adalah orang yang sangat suka makan pentol dan bakso dari masih umur tiga tahun. Jadi saat Deva melakukan kesalahan Aura selalu bisa memanfaatkan itu untuk makan gratis. karena kata Aura 'beli bakso sama pentol itu enak tapi lebih enak yang gratisan'  sejak sekolah dasar sampai sekarang pun Aura tetap suka memeras Deva dengan cara apapun.

"Terserah."  mendengar jawaban Deva Aura memekik kecil karena itu aŕtinya dia bisa makan gratis di jam istirahat nanti, kemudian menggandeng tangan Deva memasuki sekolah.

Maaf ya part ini agak gak jelas tapi nanti part selanjutnya bakal ada kejutan tentang masalalu Ara dan bundanya.

Semoga kalian suka

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang