10. Undangan

224 70 30
                                    

Semangat membaca😊

"Sumpah, dari pelajaran jam pertama sampek mau istirahat, gue gak fokus juga gak ngerti sama sekali sama apa yang udah guru jelasin." Aura bersuara.

"Lo kan emang gak pernah ngerti sama yang namanya pelajaran." balas Deva menyindir Aura.

"Bener tuh kata Deva, lo kan gak pernah fokus sama pelajaran yang guru kasih, makanya lo gak ngerti. Gue aja yang ngedengerin dan usaha buat fokus aja keseringan gak ngerti apalagi lo Ra?" jawab Sarah menimpali.

"Tapi kali ini tuh beda alasannya." ujar Aura kesal.

"Alasan apalagi sih?" Tanya Shelin.

"Alasannya itu karena gue grogi, kan ada cogan di belakang gue. Rasa-rasanya punggung gue panas dingin, apa mungkin dia ngeliatin gue?" Ucap Aura sambil tersenyum.

"Yang liatin lo itu bukan si Bara." kata Sarah dengan nada malas.

Aura yang awalnya tersenyum tidak jelas akhirnya memandang Sarah heran.

"Kalo bukan Bara, terus siapa dong?" Aura kembali bertanya.

"Tuh si Nathan, mantan terindah lo." kali ini bukan Sarah yang menjawab tetapi Shelin.

Karena bangku Sarah dan Shelin ada tepat di depan bangku Aura dan Deva membuat Sarah dan Shelin sering kali melihat kebelakang untuk mengobrol dengan Deva dan Aura saat guru tidak mengawasi muridnya.

"Apaan sih kalian, boong banget." Aura menyangkal.

"Siapa yang bohong bener kok kata Shelin, malah yang gue sama Shelin liat Bara itu ngeliatin Deva, ya kan Lin?" Kata Sarah menjelaskan yang di jawab anggukan kepala oleh Shelin.

Deva memilih diam, dia juga tidak terkejut mendengar perkataan Sarah, karena dari awal dia sadar bahwa dirinya di lihat secara intens oleh murid baru bernama Bara itu.

Aura sudah akan berbicara tapi terpotong saat seseorang datang ke meja mereka sambil membawa sesuatu.

"Nih, pesanannya neng." kata Mpok Atun sambil menaruh empat mangkok bakso dan empat minuman di meja tempat Deva dan teman-temanya duduk.

Melihat makanan favoritnya ada di depan mata, dan yang lebih istimewa dari bakso tersebut adalah traktiran dari Shelin, alias gratisan. Membuat Aura lupa dengan apa yang akan ingin ia katakan. Dengan semangat Aura mengambil sambal tiga sendok tanpa memberikan saus ataupun kecap. Inilah favorit Aura bakso pedas.

Shelin mentraktir bakso bukan cuma untuk Aura saja tapi juga untuk Deva dan Sarah. Kemarin adalah hari ulang tahun Shelin, dan Aura adalah orang yang tidak tahu malunya meminta di traktir bakso. Karena kemarin Shelin membawa uang pas jadilah dia mentraktir temannya hari ini.

Mereka makan tanpa suara itu, bagaimana ada suara jika yang suka bersuara sedang fokus makan makanan kesukaannya, siapa lagi kalau bukan Aura. Tadi setelah bel istirahat berbunyi ada sebuah pengumuman, kalau satu jam setelah bel masuk berbunyi akan ada rapat guru. Jadilah mereka akan menghabiskan waktu mereka dikantin sampai rapat guru selesai.

"Nih undangan buat kalian." dengan senyum mengembang, Shelin menyodorkan undangan berwarna biru muda.

"Loh kok baru sekarang undangannya di kasih?" Tanya Sarah setelah melihat undangan yang di berikan oleh Shelin.

"Iya, kan ultah lo kemaren Lin?" kata Aura menimpali.

"Iya sih, tapi emang buat ultah gue yang ke tujuh belas ini papa udah janji mau ngerayain ultah gue kali ini dengan....meriah, soal kenapa pestanya gak sesuai sama tanggal lahir gue itu karena kemaren papa gue harus ke luar kota karena ada kerjain yang gak bisa di tunda dan gue juga gak mau pesta ulang tahun gue yang ke tujuh belas ini tanpa orang yang paling aku sayang yaitu papa." jelas Shelin panjang lebar.

Di saat Aura dan Sarah terkagum-kagum dengan cerita Shelin tentang keluarganya, Deva malah merasa miris. Miris dengan takdir yang membuatnya ada di posisi ini. Jika mata selemah hati, sudah bisa di pastikan air mata tidak akan berhenti menetes dari pelupuk matanya.

Untuk mengalihkan sakit hatinya dia membuka undangan pesta ulang tahun Shelin, tapi lagi-lagi keadaan seakan belum puas dengan luka gores kecil  yang baru saja di dapat, kini Deva harus melihat hal yang lebih menyakitkan dari sebelumnya.

Deva melihat tempat dimana pesta ulang tahun Shelin dirayakan, Rora hotel. Tempat dimana sekeping kenangan terukir di tempat itu.

"Bun kita mau kemana?" Ara bertanya.

"Ke suatu tempat dimana tempat itu akan jadi bagian dari masa depan dari princess Aurora."  bukan mendapat jawaban dari sang Bunda tapi malah Ayahnya lah yang menjawab.

"Masa depan itu dimana yah?" Tanyanya lagi.

"Masa depan itu bukan tempat sayang." kata Bundanya lembut.

"Terus masa depan itu apa Bunda?" inilah salah satu sifat Ara kecil yang kadang membuat orang-orang di sekitarnya gemas. Cerewet dan juga selalu ingin tahu.

"Nah sekarang kita sampai, Ayo turun!" kadang kala Ayah dan Bunda Ara harus mengalihkan pembicaan agar Ara berhenti dengan keingin tahuannya.

Mereka memasuki sebuah bangunan yang biasa di sebut dengan hotel, tempat  penginapan orang-orang yang tidak terlalu lama. Di dalam hotel tersebut rupanya sudah ada lumayan banyak orang. Mungkin sepuluh atau lima belas menit lagi acara akan di mulai sambil menunggu beberapa tamu undangan yang belum datang.

Ara kecil melihat sekeliling, lalu pandangannya jatuh pada sebuah tulisan besar yang ada di bagian resepsionis. Dengan mengeja Ara kecil mencoba membaca tulisan itu.

"Ro... ra... ho..tel, Rora hotel."  cobanya mengeja bacaan itu dengan benar.

"Rora? Seperti Aurora ya bunda?" Ucap Ara kecil meminta persetujuan.

"Nama hotel ini adalah Rora yaitu berasal dari kata Aurora, princess ayah. Suatu hari, di tanggal yang sama seperti hari ini, di hari ulang tahun princess Aurora yang ke tujuh belas. Ayah berjanji akan mengadakan pesta ulang tahun yang sangat meriah bagi Princess ayah yang satu ini." kata sang Ayah dengan lembut.

Saat itu Ara kecil tidak mengerti apa maksud ayahnya, yang dia mengerti hanyalah hari ulang tahunnya lalu tidak ada yang dia mengerti selain itu.

Ternyata hotel itu di bangun untuk Ara seorang, bahkan peresmiannya tepat di hari ulang tahun Ara yang kelima tahun. Tapi sebuah bangunan tidak akan menjamin sebuah bualan dari pemiliknya.















Gimana menurut kalian tentang part ini? Jujur aja ya sebenernya aku udah nulis hampir sepertiga loh tapi aku hapus lagi karena kurang, ya walaupun part awalnya kurang menarik menurut aku, itu tuh buat part awal sumpah bingung banget. Nah pas part akhir itu ngalir gitu aja

Oh ya semoga kalian suka😁

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang