1. Bunda Deva

558 124 53
                                    

Semangat membaca😊

"Deva bangun sayang, ini hari pertama kamu sekolah loh." membangunkan Deva, putri semata wayangnya adalah salah satu rutinitas atau kebiasaan Dania di pagi hari. Hal ini terjadi sejak kepindahan mereka kerumah ini beberapa tahun lalu, dan alasan Dania melakukan itu yaitu agar Deva putrinya tidak kekurangan kasih sayang walaupun hanya memiliki satu orang tua.

"Sayang, ayo bangun nak." sambil mengelus rambut putrinya dia terus berusaha membangunkan putrinya dan sepertinya usahanya membuahkan hasil karena Deva mulai merubah posisi tubuhnya sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Sebenarnya Deva tergolong orang yang peka terhadap sentuhan, tapi saat bundanya yang membangunkan dia selalu mengulur waktu hanya untuk mendapatkan waktu lebih banyak bermanja-manja pada bundanya.

"Pagi Bunda" ucapnya, sambil memeluk dan mencium pipi Bundanya dan ini adalah salah satu contoh usaha Deva untuk bermanja-manja pada sang bunda

"Udah besar juga masih aja harus di bangunin." Dania berucap sambil geleng kepala, merasa putrinya yang hampir berumur tujuh belas tahun masih seperti anak kecil. Tapi Dania tak pernah mempermasalahkan hal itu, Dania malah senang putrinya bersikap manja padanya setidaknya dengan itu membuat Deva terbuka padanya.

"Ya gak papa dong, kan aku manjanya ke Bunda sendiri bukan Bundanya orang." Dania selalu senang saat Deva sangat membutuhkannya. Dengan itu dia tahu seberapa penting perannya dalam kehidupan Deva.

"Iya iya. Sekarang cepet mandi sama siap-siap, nanti kalo udah bunda kepangin rambutnya. Sekarang bunda mau nyiapin sarapan."

"Ok siap Bunda bos." setelah mengatakan itu Deva turun dari kasurnya menuju kamar mandi.

Sikap manja Deva hanya di tampilkan di depan bundanya saja bahkan Aura yang merupakan sahabat Deva jarang atau bahkan tidak pernah melihat sikap Deva yang satu ini. Karena Aura itu cerewet dan jika Aura tahu Deva sangat manja pada bundanya Aura pasti tidak akan berhenti untuk menggodanya.

●●●

Setelah siap dengan seragam sekolahnya dan memastikan rambutnya sudah kering, Deva memanggil bundanya untuk mengepangkan rambutnya.

"Bunda Deva udah siap" Deva sengaja meninggikan nada suaranya agar bundanya mendengar panggilannya.

Dania yang saat itu sedang menyiapkan sarapan menjawab panggilan putrinya
"Iya sayang, tunggu sebentar ya."

Tak lama kemudian Dania sudah ada di kamar Deva, lalu menghampiri Deva yang ada di meja rias.

"Rambut kamu bagus seperti princess Aurora tapi malah suka di kepang jadinya kayak princess Belle, ubah nama aja ya? jadi Devara Belle jangan Devara Aurora." candanya sambil menyisir rambut Deva yang berwarna kecoklatan.

"Bunda kan tahu alasan aku kayak gini." katanya dengan nada pelan.

Dania menghela nafas dia tahu alasannya, tapi dia ingin melihat putrinya menggerai rambutnya seperti dulu, dia sangat suka saat melihat surai kecoklatan itu tergerai seperti saat itu, saat dimana raut bahagia tak pernah luntur diwajah putrinya. Tpi setiap kali pembahasan ini muncul, yang terlihat adalah raut sedih putrinya.

Sedangkan Deva selalu teringat sesuatu yang tidak ingin dia ingat saat menggerai rambutnya.

~~~

"Aurora princessnya ayah." pria itu duduk sambil mengelus rambut kecoklatan putrinya.

"Ya ayah, kenapa." suara khas anak kecil menjadi jawaban panggilan dari pria tersebut.

"Ayah suka banget sama rambut Aurora, apalagi digerai kayak gini. Dari semua yang ada di Aurora ayah paling suka sama rambut dan mata Aurora, Aurora tahu kenapa?"

"Enggak tahu, emang kenapa ayah?" Tanya gadis itu sambil memandang ayahnya dengan sorot mata yang penasaran.

"Karena saat ayah melihat rambut dan mata kamu yang berwarna kecoklatan, Ayah bisa melihat kemiripan diantara kita, kamu kan tahu orang-orang sering bilang kamu mirip banget sama Bunda kamu, nah dengan mata dan rambut berwarna kecoklatan Ayah bisa bilang ke orang-orang kamu juga mirip Ayah." ucapnya panjang lebar.

"Oh gitu ya yah." ujarnya sambil menganggukkan kepala.

"Iya dong, kamu kan anak Ayah yang paling ayah sayang, princess Auroranya Ayah. Oiya satu lagi jangan kepang rambut kamu ya."

"Kenapa yah kan kalo di kepang bagus, lucu lagi kayak princess Belle."

"Karna kamu princess Aurora bukan princess Belle." setelah mengatakan itu, pria itupun mengklitiki perut putrinya hingga putrinya tertawa dan minta ampun.

~~~

Setiap mengingat hal itu Deva selalu berpikir, pria itu yang ia panggil ayah dulunya selalu mengatakan padanya atau orang-orang yang mengatakan dirinya mirip dengan ibunya bahwa dia memiliki kemiripan dengan pria itu dan dengan bangga mengatakan 'dia princess Auroraku, putriku, jelas dia mirip denganku walaupun hanya mata dan rambutnya'.

Mungkin karena terlalu sering mengucapkn kalimat itu pria itu merasa bosan, hingga suatu hari pria itu mengatakan Deva adalah 'anak selingkuhan' dan 'anak haram' bagaimana mengkin seorang ayah dengan mudah mengatakan kalimat seperti itu setelah merawatnya dari bayi hingga berusia lima tahun.

"Selesai." suara itu membuyarkan lamunan Deva.

"Ayo bawa tasnya terus kita sarapan, Bunda udah siapin roti panggang selai melon plus susu coklat kesukaan kamu."

"Iya Deva mau ambil tas, Bunda duluan aja nanti Deva nyusul kebawah."

"Cepetan, nanti keburu Aura dateng."

"Iya bunda."

Setelah mengambil barang yang di perlukan Deva segera turun ke bawah untuk sarapan.

"Bu..." belum juga sempat memanggil sang bunda sudah ada orang yang lebih dulu bersuara.

"Bundanya Aura, Aura dateng numpang sarapan" Aura yang merupakan teman dekat Deva sejak kecil datang menghebohkan rumah Deva.

Hal ini memang sudah sering terjadi saat sekolah dasar karena rumah Aura memang dekat dengan rumah Deva hanya berbeda blok saja jadi tak heran Aura selalu menjemput Deva, entah itu hanya menjemput ataupun numpang makan di rumah Deva sekaligus membuat Deva sebal.

"Apaan sih, pakek teriak-teriak di rumah orang" ucap Deva sedikit kesal.
Inilah salah satu hal yang tidak di sukaì oleh Deva, Aura sering kali mengubah suasana rumahnya yang biasanya damai menjadi ramai.

"Yeee biasa aja kali" Aura memang suka memanggil Bundanya Deva dengan Bundanya Aura, menurut Aura membuat Deva kesal itu menyenangkan karna Deva jarang menampilkan ekspresi kesal di hadapan banyak orang.

"Lo yang bi..." baru saja Deva ingin membalas tapi bundanya memotongnya.

"Udah ayo sarapan nanti kalian telat ke sekolah" perdebatan itu terhenti saat Dania melerai.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang