7. Minggu

228 80 24
                                    

Semangat membaca😊

"Ara sayang turun ke bawah dulu, ada yang mau bunda kenalin." Ara yang awalnya bermain boneka di tempat tidurnya seketika mendengar suara lembut bundanya.

"Siapa bun?" Katanya masih dengan posisi yang sama.

"Ayo, nanti Ara juga tahu."

Mereka pun turun menuju ke ruang tamu, dari tempat mereka melangkah Ara hanya bisa melihat dua orang perempuan yang duduk membelakanginya.

"Mereka siapa bun?" tanya Ara kecil sambil terus berjalan dengan menggandeng tangan bundanya.

"Nanti kamu juga tahu."

Saat sudah berhadapan dengan dua orang yang tidak di kenal, Ara kembali memandang bundanya dengan pandangan penasaran seakan bertanya-tanya siapa dua orang yang ada di rumahnya ini.

"Rek, kenalin ini anakku namanya Ara. Ara sayang ini tante Reka sama anaknya Elin." kata bunda Ara memperkenalkan.

Ara yang sudah di perkenalkan dengan sopan mencium tangan Reka sambil berkata.

"Hai tante, kenalin aku Ara. Anaknya ayah sama bunda." kata Ara polos. Seperti sudah menjadi kebiasaan Ara memperkenalkan diri mengikutsertakan ayah dan bundanya tanpa menyebut nama orang tuanya.

"Ara masih kecil udah sopan banget apalagi kalau sudah besar nanti." kata Reka lembut

"Ara tante Reka ini temen bunda waktu sekolah. Dan rencananya mereka bakal nginep di sini beberapa hari jadi nanti kamu bakal punya temen main." bunda Ara berkata dengan pelan-pelan agar Ara mengerti yang di ucapkan.

"Wah asyik dong, jadi Ara bisa ajak Elin main boneka dong bun." kata Ara mulai antusias yang di jawab anggukan kepala  oleh bundanya.


Dan mulai hari itu Ara mempunyai teman di rumah untuk bermain. Bahkan pada saat biasanya Ara pergi berdua dengan ayahnya Elin pun ikut atas permintaan dari sang ayah.

Kadang kala Ara kecil merasa cemburu karena ayahnya seperti lebih menyayangi Elin dari pada dirinya, tapi bundanya selalu memberikan pengertian pada Ara agar tak merasa iri karena kata bundanya Elin tidak di sayang oleh ayahnya seperti Ara di sayang ayahnya.

Ara kecil juga berpikir bahwa Elin hanya di rumahnya sementara atau beberapa hari saja, jadi tidak apa-apa. Tapi setelah kepergian Elin dan mamanya, ayahnya malah jarang di rumah entah apa yang dilakukan, Ara kecil juga sadar ada perubahan di rumahnya. Bundanya, ayahnya, semuanya berubah. Tapi Ara tetaplah gadis kecil yang tak mengerti apapun.

Hingga suatu malam, Ara melihat sendiri pertengkaran antara ayah dan bundanya, bertengkar di hadapannya yang akhirnya berujung pengusirannya dan bundanya.

"ANAK HARAM."

"ANAK SELINGKUHAN."

"ANAK HARAM"

"ANAK SELINGKUHAN."

Deva terbangun dari tidur dengan keringat di kening dan nafas yang memburu. Lalu Deva melihat ke arah jam weker yang ada pada nakas dekat tempat tidurnya. Jam dua dini hari.

Deva kemudian mengingat mimpinya, Deva jadi ingat orang-orang di mimpinya, tante Reka dan Elin, mereka adalah alasan perubahan yang ia rasakan dulu. Ayahnya menikah dengan tante Reka, lalu dimana tante Reka dan Elin. Bagaimana bisa ayahnya memiliki anak bernama Shelin, apakah ayahnya sudah bercerai dengan tante Reka dan kemudian menikah lagi?

Deva bingung, sudah seminggu dia memikirkan ini. Siapa Shelin?. Kemudian hari ini, dia mendapatkan sedikit petunjuk dari mimpinya membuatnya mengingat kepingan ingatan di masa lalu. Sebelumnya Deva hanya mengingat nama Reka teman bundanya lalu lewat mimpinya dia jadi ingat dengan wajah tante Reka.

Tak ingin larut dalam masa lalu, Deva pun memutuskan untuk tidur kembali. Walaupun besok adalah hari minggu tetap saja dia harus bangun lebih pagi agar bisa menjalankan hari minggu seperti sebelum-sebelumnya.

●●●

Hari minggu yang cerah, jika kebanyakan remaja seumuran Deva menghabiskan hari minggu dengan bermalas-malasan maka berbeda dengan Deva, dia lebih senang menggunakan hari minggunya dengan hal yang bermanfaat.

Seperti saat ini, Deva sudah siap dengan pakaian olahraganya, berniat untuk lari pagi bersama Aura. Entah apa terjadi sampai seorang Aura ingin berolahraga, biasanya walau di ajak pun dia memilih tidur, dari pada lari pagi di hari minggu.

Rencananya mereka akan lari pagi di taman kota, itulah kata Aura. Deva hanya mengiyakan saja. Saat di perjalanan pun Aura tidak banyak bicara, dan Deva tahu alasannya, yaitu Aura masih mengantuk.

"Tumben ngajak lari pagi?" Deva membuka percakapan.

"Kata Desi, kalo minggu pagi banyak cogan lari pagi di taman kota." jelas Aura singkat.

Deva hanya menghembuskan nafas sambil geleng kepala, pantas saja seorang Aura mau bangun pagi-pagi di hari minggu, ternyata cogan alasannya. Tiga hal yang di sukai Aura makan gratis, gosip, dan cogan.

"Udah sampek, ayo turun." kata Deva sambil menepuk bahu Aura pelan.

"Udah sampek? cepet banget." katanya membuka pintu mobil sambil menguap, lalu Aura melihat ke luar mobil.

Deva langsung keluar dari mobil, tanpa menjawab ucapan Aura. Aura pun menyusul dengan langkah riang, matanya seolah segar setelah melihat beberapa cogan yang sedang berolahraga di sekitarnya. Aura berjalan menghampiri Deva.

"Yok lari Dev." ajaknya sambil menarik tangan Deva.

"Pemanasan dulu!" ucap Deva.

"Oiya ya." kata Aura malu sambil menggaruk kepalanya.

Setelah mereka melakukan pemanasan, mereka pun mulai berlari mengelilingi taman kota. Tapi baru dua putaran Aura sudah tertinggal di belakang Deva dengan jarak yang cukup jauh, membuat Deva menoleh kebelakang, ke arah Aura yang jauh di belakangnya sambil terus berlari kecil. Deva terlalu sibuk mengajak Aura agar segera menyusul, hungga tanpa Deva tahu ada orang didepannya.

Bruk

"Aww." Deva meringis pelan, merasakan sakit pada pantat yang menyentuh aspal dengan sempurna. Kemudian melihat ke arah orang yang baru saja dia tabrak.

"Dev lo gak papa?" Ujar Aura khawatir yang di jawab gelengan pelan oleh Deva.

"Maaf, gue gak sengaja." ucap Deva merasa bersalah. Karena kecerobohannya dia menabrak cowok ini membuat smarphone cowok itu jatuh. Bahkan Deva melihat layar smarphone cowok itu pecah-pecah.

Deva bingung bagaiman cara mengganti smarphone cowok itu, Deva sadar smarphone cowok itu smarphone mahal, bagaimana bisa di mengganti. Sedangkan dua orang di sekitarnya hanya terdiam. Aura sibuk melihat orang yang di tabrak Deva dengan tatapan memuja, sedangkan orang yang Deva tabrak menatap Deva dengan intens.











Sampek sini dulu ya!
Dan semoga kalian suka😇

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang