33. Cinta

129 13 9
                                    

Semangat membaca😊

Dalam waktu delapan hari nyatanya Bara masih belum kembali, jangankan kembali Bara bahkan tidak memberikan kabar sama sekali. Entah apa kesibukan Bara disana hingga tak pernah menjawab telpon dan membalas chat dari Deva.

Sempat terlintas banyak perkiraan dalam benak Deva, ditambah perkataan Shelin beberapa hari lalu terus terngiang, tentang rahasia Bara. Ditambah lagi beban pikiran tentang siapa penyebar berita masalah Sarah, Shelin, dan Zaki. Yang ikut melibatkan dirinya.

Hari-hari Deva menjadi lebih berat ditengah kebingungan dan kesendirian. Berangkat dan pulang sekolah dengan tas ransel dipunggu serta sebuah buku novel yang ada disalah satu genggaman tangannya. Mulai dari kejadian dihari itu, membuat Deva tak punya teman untuk mendengarkan cerita, tak ada tangan Bara yang bisa ia genggam. Hidupnya kian sepi semakin hari.

Tanpa rasa semangat Deva memasuki rumah. Kali ini berbeda, ia disambut dengan suka cita oleh kedua adiknya. Meminta bantuan untuk mengerjakan tugas sekolah. Deva terharu dengan hal-hal seperti ini, terasa sangat diharapkan dan dibutuhkan.

Dulu seorang Deva hanya hidup sebagai anak tunggal, sekarang ia memiliki adik kembar yang sangat menyayanginya juga calon adik bayi yang akan segera hadir. Walaupun disekolah dia merasa tercekal setidaknya dirumah ia bisa amat sangat bahagia.

Terlalu larut akan lamunannya Deva sampai tidak sadar kalau sedari tadi ia dipanggil oleh kedua adiknya itu sampai Anggi menyentuh salah satu lutuh Deva, baru ia tersadar.

"Kenapa? Udah selesai PRnya?"

"Udah kak, nih." Tunjuk Anggi pada Deva.

"Benar semua." Deva tersenyum melihat hasil pengerjaan tugas yang dikerjakan oleh kedua adiknya.

"Kak Deva." Angga memanggil.

"Iya."

"Beli bakso yuk!." Ajak Angga antusias.

"Dimana?"  Tanya Deva.

"Itu dideket rumah kakak yang dulu."

"warung ijo?" Keduanya mengangguk antusias.

"Kita udah ijin bunda dan papa kok." Ujar Angga.

"Yaudah, kakak cari pak Iman dulu."

"Buat apa kak?" Tanya si gadis kecil.

"Buat nganter kita."

"Gak usah kak. Kak Deva bawa sepeda motor aja. Motornya udah dipanasin sama pak Iman kok." Anggi menjelaskan.

"Boleh sama bunda?"

"Boleh kok."

"Ya sudah ayo!"

Mereka berangkat. Dua bocah kembar itu sangat bersemangat, saking semangatnya mereka sampai memakai helm kecil dikepala mereka bahkan Deva pun dipaksa untuk menggunakan helm padahal tempat yang mereka tuju terbilang cukup dekat. Deva hanya menurut tanpa perlawanan.

Saat sesampainya mereka diwarung ijo Deva pergi kearah penjual bakso untuk memesan makanan dan minuman sedangkan kedua bocah kembar itu sudah pergi duluan mencari tempat duduk kosong.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang