17. Ruang Tamu

188 38 37
                                    

Semangat membaca😊

Deva, Angga, dan Anggi sekarang ada diruang tamu rumah Deva. Tadi bundanya telpon bahwa bundanya tidak bisa pulang cepat karena ada banyak pesanan ditoko kuenya, jadilah Deva yang menemani Angga dan Anggi dirumah.

Deva yang sudah merasa lebih baik pun mengiyakan permintaan Angga dan Anggi untuk bermain diruang tamu. Awalnya Deva heran kenapa harus keruang tamu, tapi saat sudah ada diruang tamu dia mendapatkan jawaban. Ternyata disudut ruang tamu sudah ada keranjang yang berisi macam-macam mainan Angga dan Anggi.

Bolehkan Deva merasa iri pada Angga dan Anggi karena bisa memiliki seorang ayah yang begitu menyayangi mereka, yang begitu peduli sampai hal-hal terkecil yang anaknya butuhkan.

Deva larut dalam lamunan, tidak sadar kalau sedari tadi pintu rumahnya diketuk menandakan ada seseorang yang ingin bertamu kerumahnya. Bahkan sedari tadi Angga yang memanggilnya tidak mendapat respon apapun dari Deva.

Angga dan Anggi pun memutuskan untuk membuka pintu, melihat siapa yang datang. Bahkan saat Angga dan Anggi kembali keruang tamu dengan orang lain Deva masih belum sadar juga.

Deva tersadar dari lamunannya saat Anggi meletakkan tangannya dikening Deva.

"Kenapa ngi?"

"Kak Deva masih sakit ya?"

"Enggak kok." Deva tersenyum tipis, saat itulah Deva sadar bahwa ada orang lain selain dia dan si kembar.

"Kak Rendra." Deva memandang Renda heran, tapi belum juga dia bertanya pada Rendra, pintu terbuka menampilkan beberapa orang memasuki rumah, melangkah menuju ruang tamu.

Ternyata bundanya datang bersama teman-teman Deva yang masih menggunakan seragam sekolah. Mengingat teman-temannya, Deva menjadi resah ditempatnya. Deva hanya takut jika Shelin ingat akan sosok bundanya, walaupun itu sudah lama tapi Deva hanya takut dia kembali mendapatkan masalah baru dari orang-orqng masa lalunya.

Aura yang seakan sadar dengan Deva yang sedang mencari seseorang pun berkata.

"Shelin gak ada Dev, lagi ada acara keluarga katanya. Lo cari Shelin kan?" Aura menebak-nebak.

"Iya." jawab Deva singkat.

Deva bernafas lega walaupun tak ada yang menyadarinya. Deva tersenyum tipis menyambut teman-temannya.

●●●

Mereka berkumpul diruang tamu, rumah yang biasanya sunyi menjadi ramai karena sekumpulan anak remaja dirumah itu.

"Sayang banget si Shelin gak bisa ikut padahal dia belum pernah kesini sebelumnya, kapan lagi gue sama Shelin bisa kerumah Deva, Deva kan tidak terima tamu." sindir Sarah dengan bercanda.

Deva mengerti sifat Sarah karena itu ia tak sakit hati dengan yang dikatakan Sarah. Menurut Deva Sarah dan Aura itu memiliki sifat yang hampir sama, mungkin sifat Sarah ada karena ketularan sifat Aura.

Sedangkan Bara, Nathan, dan Rendra berbicara tentang kegemaran mereka dibidang olah raga.

"Kalian kok pulang cepet." tanya Deva, hampir saja dia lupa bertanya hal itu.

"Jadi gini Dev, rencananya minggu depan kita bakal ada kegiatan tengah semester, terus guru rapat buat itu, pokoknya gitu lah. Kalo kurang jelas tanya aja ke kak Rendra tuh, kan dia ketua osisnya pasti dia lebih tahu." Aura yang dari tadi diam karena memakan kue kering dengan si kembar akhirnya bersuara.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang