31. Hancur

174 15 14
                                    

Semangat membaca😊

Mobil berwarna hitam itu berhenti didekat gerbang sebuah sekolah menengah atas. Gio melihat kearah Deva, tampak gadis itu tengah melamun hingga tak sadar telah sampai ditempat yang ditujunya.

"Deva, ada masalah nak?" Gio mengusap lembut kepala gadis itu.

Deva tersentak kaget lalu melihat kearah papa sambungnya itu.

"Pah."

"Kenapa? Kamu ada masalah sama temen kamu?" Deva hanya menggelengkan kepala, tanpa mau bersuara.

"Terus kenapa?" Gio kembali bertanya.

"Jangan larang bunda buat jaga kandungannya ya, pa..." pinta Deva dengan memohon lemah.

"Kamu tahu?" Deva menganguk-anggukkan kepalanya.

"Papah bingung. Papah cuma khawatir, akan ada sesuatu yang..."

"Bunda kuat. Bunda pasti bisa." Deva berkata yakin.

Gio terdiam beberapa saat. Kemudian berujar.

"Papah pikirin dulu ya." Deva tersenyum tulus mendengan ucapan Gio.

"Sana masuk. Belajar yang giat biar bisa jadi dokter hebat. Nanti pulangnya dijemput supir ya."

"Iya. Papa hati-hati dijalan." Deva mencium tangan Gio kemudian keluar dari mobil.

Perasaan Deva sudah agak tenang, setidaknya satu masalah sudah ia coba selesaikan, tinggal satu masalah yang berhungan dengan Sarah dan Shelin.

Langkah Deva menuju kearah kelasnya tapi ada yang berbeda dengan hari ini, disetiap langkah entah kenapa Deva selalu melihat sekumpulan dua orang atau lebih berbicara dengan wajah serius yang kadang kali melihat kearah smartphone yang mereka genggam.

Saat tiba dikelas Deva bertambah bingung, melihat Sarah yang dikelilingi oleh teman sekelasnya. Bisa Deva denger teman-teman sekelasnya kadang kala mengatakan kata sabar. Deva tak ambil pusing, Deva berjalan kearah Sarah yang ada ditengah kerumunan.

"Sar, bisa ngomong berdua?" Deva bersuara.

"Dev, jangan sekarang!" Ucap Aura. Deva mengerutkan dahi tak mengerti.

Tatapan mata Sarah terlihat tak seperti biasanya tampak datar dan bingung lalu Sarah melihat sekitar yang terdapat teman sekelasnya.

"Ayo, Dev. Dimana?" Suara Sarah mengalihkan atensi Deva dari Aura.

"Gue ikut." Aura berbicara tanpa diminta.

Deva baru saja akan berujar, tapi sarah sudah berbicara duluan.
"Ayo."

Deva pasrah, merasa tidak akan ada bedanya walau Aira ikut didalam pembicaraannya dengan Sarah. Mereka berjalan kegudang yang bersebelahan dengan ruang peralatan olah raga, tempat yang sepi.

Deva membuka tasnya mengambil sebuah amplop putih dan sebuah flash disk OTG lalu menyerahkan pada Sarah. Aura masih mengamati dalam diam.

"Ini apa?" Tanya Sarah.

"Buka Sar!" Sarah membuka amplop putih dari Deva dilanjut dengan melihat isi flash disk OTG, seketika raut wajah Sarah menjadi datar tak hanya itu wajah Aura tampak sangat terkejut.

"Sejak kapan lo tahu?" Sarah bersuara datar dengan mata menatap tajam pada kearah Deva.

Deva menunduk merasa bersalah.
"Setahun. Maaf..."

"Lo ambil foto sama video ini sendiri?"

"Iya."

"Dan lo gak bilang sama gue?"

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang