35. Dua rasa

129 7 4
                                    

Semangat membaca😊

Mati-matian Deva menahan tangis selama perjalanan pulang. Tangannya saling bertaut memikirkan segala kemungkinan yang ada. Sesekali menghela nafas dan sering memejamkan mata karena sangat inginnya ia meluapkan bendungan air mata.

Setelah sampai dirumah ia langsung duduk di ruang tamu yang sepi, seakan tak ada waktu untuk melangkahkan kaki kekamarnya sendiri. Deva menghubungi Bara berulang kali dan berkali-kali tak mendapat jawaban.

Deva makin resah saat ingat pesan Bara tiap kali berkunjung keluar kota mengunjungi neneknya, yaitu Bara terlalu sibuk hingga tak sempat memberikan Deva kabar terlalu sering.

Deva tanpa sadar mulai menangis tanpa suara. Jika apa yang dikatakan Nathan benar tentang Bara, betapa Deva merasa kecewa pada Bara dan yang paling Deva pikirkan adalah perasaan perempuan bernama Liana, pasti perempuan itu sangat terluka sama seperti yang Sarah dan bundanya rasakan.

Deva sudah sering di kecewakan dan Deva sudah sering kehilangan. Namun Deva masih belum terbiasa hal hal tersebut. Ia tak memiliki banyak orang yang benar benar dekat dengannya, apalagi orang untuk berbagi cerita.

Deva masih terus mencoba menghubungi Bara dan akhirnya dijawab oleh Bara.

"Halo, Dev." Suara Bara terdengar mengawali panggilan.

"Bar, tadi Nathan..." belum selesai Deva berucap, Bara sudah menyela duluan.

"Sayang, aku lagi sibuk nanti malem aku bakal hubungin kamu lagi." Kata Bara kemudian.

"Tapi..."

"Udah dulu ya, bye." Deva memilih diam sesaat, memikirkan banyak hal dikepalanya.

Sedangkan panggilan masih terhubung dengan Bara disana, mungkin Bara lupa mematikan sambungan teleponnya. Deva terpaku, tatapan matanya kosong, mencoba mewaraskan pikiran. Dia tidak salah dengar. Deva mendengar suara perempuan.

"Kak Bara, Ayo masakan Liana udah siap."

"Pasti enak." Bara menyahuti

"Iya dong liana gitu loh. Ayok nenek udah nungguin."

●●●

Geo memasuki rumah yang tampak sepi, dia duga istri dan anaknya masih ditoko roti. Sejak kehamilan Dania memasuki bulan ketujuh, perempuan hamil itu sangat suka mencium aroma kue-kue oleh sebab itu banyak waktu yang dihabiskan untuk berada ditoko kuenya itu.

Langkah Geo terhenti saat melihat putri sambungnya itu berada disofa dalam keadaan tidur. Geo pun bertanya pada asisten rumah tangga yang hendak kembali kedapur setelah membukakan pintu untuknya.

"Bik, Deva tidur disana sudah dari tadi?"

"Saya kurang tahu tuan, tapi tadi saya liat si non nangis."

"Nangis kenapa bik?"

"Saya kurang tahu tuan, nangisnya tadi sambil pegang hp. Saya mau nanya juga gak enak." Bik ijah berlalu setelah diperbolehkan pergi oleh majikannya itu.

Gio memutuskan untuk berjalan kearah Deva, berniat akan memindahkannya kekamar. Tapi saat ia mengambil smartphone yang sedari awal dipegang oleh Deva, Deva malah terjaga dari tidurnya.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang