24. BK

118 10 16
                                    

Semangat membaca😊

"Gimana rasanya punya adek, Dev. Kembar pula, Angga sam Anggi lucu banget?" Tanya Aura.

Deva dan Aura baru sampai disekolah, mereka tadi bertemu didepan gerbang lalu berjalan menuju kelas bersama. Sudah lumayan jarang Deva dan Aura berangkat bersama karena akhir-akhir ini Deva sering berangkat dan pulang diantar Bara atau kadang Gio yang merupakan ayah sambungnya.

"Seru."

"Gue heran sama diri gue sendiri, ngapain juga gue nanya ke lo, padahal gue udah tahu jawaban lo pasti gak memuaskan rasa kepo gue." Aura berkata lesu. Aura pasrah, lalu melanjutkan ucapannya. "Yaudah gapapa deh dijawab singkat, asal harus dijawab, gak boleh enggak!" Aura memperingati Deva

"Oke."

"Om Gio baik kan ke lo, gak jahat kan? Gak pilih kasih kan?"

"Enggak."

"Om Gio perhatian gak sama lo?"

"Perhatian, Ra." Aura mengang-anggukkan kepalanya.

"Kalo keluar kota lo dibawain oleh-oleh gak?"

"Iya, pasti."

"Banyak, Dev?"

"Banget."

"Sebanyak apa?" Aura merapatkan kursinya kekursi Deva, merasa amat penasaran.

"Se truk full." Deva berkata santai.

"Wah parah lo, Dev. Sebanyak itu dan lo gak mau bagi ketemen lo yang paling baik ini? Pelit banget lo, ehh bukan jahat benget lo." Aura spesies yang sangat suka gratisan merasa sangat kecewa.

"Hmm. Tapi boong."

Aura masih belum merespon dengan perkataan Deva karena masih merasa kecewa.

"Barusan lo bilang apa, Dev?"

"Boong." Deva menjawab enteng.

"Anj__" ujar Aura terpotong.

"Gak boleh ngomong kasar." Deva memperingati.

"Allahu akbar. Lo tambah ngeselin. Temen siapa sih lo Dev? Diajarin siapa jadi ngeselin gini?"

"Lo."

"Innalillahi."

"Astaufirullah, Ra."

"Astaufirullah hal'azim, tabahkan hambamu yang baik ini ya Allah."

Lima bulan lalu bundanya Deva menikah dengan Gio, tentu saja dengan izin dari Deva sebagai satu-satunya keluarga yang bundanya miliki. Malam itu, saat Gio mengatakan ingin menikahi Dania Deva hanya mengiyakan.

Menurut Deva, sudah waktunya bundanya bahagia dan Deva bisa melihat bundanya terlihat bahagia saat bersama Gio, oleh sebab itu ia sudah tak perlu khawatir lagi. Walaupun ada bagian dari hatinya yang mengharapkan hal lain, tapi dia sadar kalau dirinya tidak boleh egois, bundanya pantas untuk bahagia.

Bel masuk sudah berbunyi sejak dua puluh lima menit lalu, tapi ibu Silvi yang merupakan guru BK juga tak memasuki kelas. Sebenarnya pelajaran BK bukanlah pelajaran yang sulit malah terbilang seru karena bu Silvi adalah guru muda yang asyik diajak berdiskusi, tapi yang namanya jam kosong tentunya tetap menjadi favorit dihati para pelajar.

"Ra, liat buku catatan BK lo dong, Ra." Sarah menghadap kebelakang, letak bangku Deva dan Ara.

"Emang buat apa sih Sar?" Kata Aura sambil menyodorkan buku catatan BKnya kepada Sarah.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang