26. Aura pecinta pentol

105 10 16
                                    

Semangat membaca😊

"Dev kepasar malem, yok?" Aura yang saat ini telentang dikamar Deva tiba tiba bersuara, padahal dari tadi hanya rebahan sambil makan gorengan diatas kasur.

"Kapan?" Deva masih tetap fokus pada buku novel yang ada ditangannya.

"Nanti malem, oke?" Aura berkata dengan antusias.

Deva mengerutkan dahinya, lalu mengalihkan pandangan pada Aura.
"Bukan malem minggu?!"

"Gak harus malem minggu kok." Deva mulai berpikir.

"Mau ya, Dev?" Aura bertanya penuh harap.

"Oke." Deva akhirnya menyetujui.

"Yes, bisa beli pentol sama bakso banyak-banyak." Aura berteriak kesenangan, tapi tak lama kemudian raut wajah Aura menjadi lesu.

Aura bangun dari posisi rebahannya, menggantinya dengan posisi duduk
"Dev." Panggil Aura.

"Hmm." Deva hanya bergumam dan masih tetap fokus pada buku novel ditangannya.

"Deva..." Aura kembali memanggil, kali ini dengan suara lebih keras dan memelas.

"Apa?"

"Gorengannya habis." Aura menunjuk piring yang sudah kosong.

"Gue gak makan."

"Iya, gue tahu Deva cantik..." Deva menggangkat sebelah alisnya, merasa heran dan bingung.

"Dasar gak peka. Bunda ada stok pentol instant gak didapur?" Aura tersenyum lebar, berharap apa yang dia inginkan ada.

Deva tediam sesaat untuk berpikir.
"Ada."

"Gue ambil gak apa, kan?" Tanyanya antusias

"Iya." Mendengar jawaban Deva, Aura beranjak dari kasur.

"Jangan ngambil coklat sama es krim." Deva memperingati.

"Iya cerewet."

Pintu kamar tertutup, Deva meletakkan novelnya. Sebenarnya Deva tidak sedang membaca novel, sama sekali tidak. Sedari tadi dia kelamun dengan tatapan matanya kearah novel ditangannya.

Jujur ia masih merasa resah, kejadian kemarin cukup membuatnya gusar. Dia merasa melihat sosok ayahnya belasan tahun silam. Kedua orang tuanya sudah bahagia dengan kehidupannya masing-masing, itulah coba Deva tekankan pada dirinya sendiri.

Aura memasuki kamar dengan wajah sumringan tak lupa dengan membawa nampan berisi air botol, dua gelas, dua garpu, dan mangkok lumayan besar berisi pentol instant yang berwarna merah karena lumuran sambal yang banyak. Matanya berbinar, kemudian mendudukkan diri disofa didekat Deva.

"Nih pentol setan bikinan Aura cantik, dijamin makan pentol ini bikin kesetanan." Ujar Aura bangga.

Aura menyodorkan salah satu garpu pada Deva. Deva sempat ragu untuk mencoba pentol setan buatan Aura karena jika dilihat dari warnanya saja sudah terlihat sangat pedas, tapi ia akan mencobanya walau hanya satu karena pentol setan ini terlihat sangat enak.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang