32. Buruk atau baik?

140 14 12
                                    

Semangat membaca😊

Deva kembali setelah menenangkan diri dengan kesendiriannya ditempat yang sunyi. Bel masuk kelas sudah berbunyi sekitar lima belas menit lalu dan kemungkinan guru pengajar dikelas Deva juga sudah masuk kelas untuk mengajar.

"Assalamualaikum." Deva mengucap salam dan mengetuk pintu kelasnya.

"Waalaikumsalam." Sahut guru dan teman kelas Deva.

"Permisi ibu. Maaf saya terlambat masuk kelas."

"Tumben kamu telat Deva?" Heran bu Rubi.

"Tadi saat sampai tiba-tiba perut saya sakit jadi tadi sayang langsung ketoilet ibu." Katanya beralasan.

"Oh gitu. Ya sudah kamu duduk sana. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai."

"Terima kasih ibu."

Deva menuju ketempat duduknya. Ada yang berbeda disana. Tempat yang harusnya diduduki oleh Aura sekarang terlihat kosong begitu pula dengan tempat duduk Sarah. Dan dapat ia lihat bahwa dua orang itu duduk disatu bangku yang sama, tepat berada dibelakang bangku Bara dan Nathan.

Tatapan mata Deva terlihat berbeda, sendu. Deva melempar senyum tipis yang jarang ia perlihatkan kearah dua orang yang sedari tadi melihat pergerakannya, tapi ia kembali merasa ngilu diulu hati karena melihat dua orang itu tidak membalas senyumnya tapi malah asyik berbincang tanpa acuh akan dirinya.

Deva duduk dan meletakkan tasnya dimeja, mencari buku dan alat tulis yang dibutuhkan. Ia mencoba acuh dengan berbagai tatapan kebingungan yang ditunjukkan oleh sebagian besar teman sekelasnya.

Suara dari guru pengajar membuat fokus murid dikelas Deva menjadi terarah kedepan, tapi tidak dengan orang yang duduk didepan Deva. Shelin dia bersandar pada sandaran kursi yang diduduki dengan menyondongkan kepala kebelakang tapi tatapan matanya terarah kepapan tulis.

"Dua orang itu, sahabat lo, udah mulai menjauh dari lo. Lo bahkan cuma berniat baik tapi tindakan lo seakan lagi lindungin gue. Lo cuma pinter dikelas sedangkan diluar kelas lo itu nol besar." Shelin berucap dengan berbisik.

Deva tak membalas ucapan Shelin. Dia memilih diam.

"Gue suka wajah sedih lo karena lo yang jadi alesan bikin gue dibenci dan digosipin banyak orang sekolah. Harusnya lo gak lakuin hal itu. Dasar bodoh, lemah." Shelin menegakkan tubuhnya dan melipat tangan didepan dada.

●●●

Waktu terasa berjalan lambat bagi Deva. Dirinya mengira dia hanya akan bermasalah dengan para sahabatnya, ternyata tidak. Tak hanya sahabatnya yang kecewa padanya, bahkan hampir semua murid disekolah ikut menyalahkannya dan tak segan mengata-ngatai dengan perkataan yang tak enak didengar.

Hal itu terjadi saat sebuah postingan dimedia sosial sekolah mengunggah sesuatu yang terdapat kabar bahwa ia turut menyembunyikan hubungan Shelin dan Zaki, seisi sekolah kembali ramai dengan berbagai spekulasi. Deva semakin dirundung rasa bersalah karena selalu diingatkan akan hal yang berkaitan dengan Sarah itu.

Bel pertanda waktu pulang sekolah berbunyi. Rasa enggan untuk segera pulang disaat koridor masih ramai seperti sekarang ini. Tapi apa boleh buat ia sudah dikabari oleh bundanya untuk cepat-cepat pulang, bahkan supir sudah menunggu didepan pagar.

Dengan berat hati, Deva memutuskan untuk pulang. Ia melangkah dengan pelan. Setiap ia melewati seseorang maka orang itu akan menatapnya sinis, tak hanya itu dia juga harus menebalkan kuping saat diantara mereka berkata dengan pedasnya.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang