Semangat membaca😊
"Maaf..." terdengar suara dari smartphone Deva.
"Maaf kenapa?" Tanya Deva heran.
"Aku lupa ngabarin kamu, kalo aku bakal ke luar kota selama seminggu."
Deva terdiam dalam sesaat.
"Luar kota?""Ya, kota yang aku tinggali sebelumnya." Jelas Bara.
"Kenapa tiba-tiba?" Deva yang sedang duduk disalah satu kursi meja makan hanya memandang gelas yang tertata rapi ditengah meja makan
"Em... aku... kangen nenek aku." Entah kenapa Deva mendengar keraguan dari suara Bara, tapi Deva memilih abai.
"Oh."
"Gak marah kan?"
"Enggak."
"Makasih sayang." Deva hanya tersenyum tipis, tanpa mau menyahuti, tak lama Bara kembali bersuara.
"Oh iya satu lagi.""Apa?"
"Mungkin nanti aku bakal jarang hubungin kamu... gak papa kan?" Bara bersuara agak kecil diakhir katanya.
"Iya." Jawab Deva singkat
"Kamu jangan sedih selama gak ada aku disamping kamu." Bara memperingati
"Hm."
"Yaudah aku tutup ya. Aku mau packing barang-barang aku. Malam sayang."
"Iya, kamu juga."
Deva beranjak dari posisi duduknya kemudian mengambil botol yang sudah ia isi dengan air. Langkah kakinya mengarah pasti kearah kamarnya yang ada dilantai dua. Saat melewati kamar kedua orang tuanya, Deva terhenti saat mendapati hal janggal disana.
Deva mendengar suara ribut dan sedikit disertai isak tangis. Benaknya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? apa yang sedang mereka ributkan? Mungkin ini pertengkaran pertama yang Deva ketahui.
Kedua orang tuanya mungkin mengira orang-orang dirumah ini sudah tidur semua, mengingat sudah jam sepuluh malam. Pintu kamar yang tak tertutup membuat Deva bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas, padahal Deva tahu kamar orang tuanya ini kedap suara.
Bukan bermaksud lancang, hanya saja Deva tak ingin menjadi orang bodoh yang menjadi orang yang tahu paling belakang, saat semuanya sudah akan berakhir. Deva sudah dewasa dan dia berhak tahu.
"Aku mohon mas, izinkan dia ada. Aku... sudah pernah kehilangan dua kali. Jangan lagi kumohon." Terdengar suara Dania yang diiringi isak tangis
"Itu sangat beresiko Dania. Aku juga pernah kehilangan, dan itu tidak untuk kedua kalinya." Gio berkata lembut sekaligus khawatir
"Ku mohon izinkan dia hidup. Ku mohon..." Dania memohon, tangisnya pun semakin menjadi
"Cobalah mengerti Dania..."
"Ku mohon..."
"Sebaiknya kita istirahat, ini sudah malam." Mendengar perkataan suaminya, Dania mencoba untuk meredakan tangisnya.
"Aku ambil air putih dulu didapur." Dania kembali bersuara.
Deva yang mendengar bundanya akan keluar kamar, buru-buru dia bersembunyi disamping meja yang ada didekatnya. Saat sudah merasa aman, ia pun keluar dari tempat persembunyiannya. Deva memutuskan kembali pergi kedapur menghampiri bundanya.
"Bunda jangan sedih ada Deva disini. Deva sudah besar, Deva bisa diajak bicara, bagi beban bunda sama Deva. Deva sayang bunda." Deva memeluk Dania dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Devara
Teen FictionTentang Devara... Selama lima tahun hidupnya, dia mendapatkan semua kebahagiaan yang orang-orang inginkan. Orang tua yang lengkap, keluarga bahagia, dan dikelilingi oleh orang-orang yang tulus menyayanginya. Definisi kebahagian Tapi, dia sadar kalau...