27. Anniversarry

128 15 14
                                    

Semangat membaca😊

Aura menunggu Deva diruang tamu sambil menikmati pentol ikan yang sudah dihangatkan dengan ditemani dua anak kembar yang merupakan adik Deva, Angga dan Anggi. Tak hanya Aura, ternyata dua anak kembar itu juga sangat menyukai pentol ikan itu bedanya bumbu petis mereka tidak pedas.

"Kak Ura lipstik kakak habis tuh." Anggi memberitahu. Aura memang dipanggil kakak Ura oleh dua anak kembar itu, katanya lebih mudah.

"Iya kak. Lipstik kak Ura habis, mending kak Ura berhenti makan. Nanti pentol biar aku yang makan, gak papa kok." Angga pun memberi usulan.

"Enak aja, ini itu punyanya kakak, masak mau kamu makan juga. Kamu doyan ya? Sana beli, minta ke papa kamu biar dibeliin semobil truk sekalian."

"Emang boleh kak?" Anggi bertanya dengan tampang polosnya.

"Mana kakak tahu." Sahut Aura cuek sembari memakan pentol yang sudah hampir habis.

"Iih kakak gak jelas." Seru Angga

"Dasar bocah."

Pentol Aura sudah habis termakan, Aura mengambil lipstik yang ada di tas miliknya, kemudian memoleskannya sambil bercermin untuk melihat pantulan dirinya. Sedangkan sikembar Angga dan Anggi masih memakan pentol ikan mereka, tepat didepan Aura. Aura masih terus bercermin kecermin kecil yang ia pegang.

Anggi yang ada didepan Aura berujar.
"Wah kakak cantik banget bang?" Gadis kecil itu masih fokus memandang kedepan.

"Iya, kayak putri raja." Kata Angga menyetujui.

"Ya ampun, kalian masih kecil tapi tau aja modelan orang cantik." Aura masih terus bercermin dengan senyum malu menghiasi wajahnya.

"Rambut kakak kita gak pernah digituin ya? Sekarang digituin cantik ya bang, kayak bidadari." Angga mengangguk menyetujui perkataan Anggi.

"Kakak Ura tahu kok kakak itu cantik. Tapi kalian jangan muji berlebihan, nanti kakak terbang. Lagian rambut kakak juga sering diginiin kok." Ujar Aura dengan senyum malu-malunya.

"Ihh kak Ura berisik. Siapa yang bilang kak Ura cantik? Yang cantik itu kakak kita, kak Deva." Anggi kembali angkat bicara

"Iya, bawel banget." Angga ikut bicara.

Aura terdiam, masih mencoba berpikir. Tak berapa lama kemudian Aura melihat kearah belakang. Aura melihat Deva yang memang dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya, Aura merasa malu pada dua anak kembar itu. Buru-buru Aura keluar dari rumah itu, mending dia nunggu didepan dari pada tambah malu pada bocah kembar itu.

Aura berajalan cepat, tanpa menghiraukan panggilan dari Dania. Saat sudah keluar dari rumah itu Aura melihat Bara dan Gio- papa sikembar sedang bermain catur, sedangkan Nathan hanya menjadi penonton.

"Nathan." Aura memanggil.

Yang dipanggil memang hanya Nathan, tapi dua orang lainnya juga ikut menoleh kearah asal suara.
"Deva udah selesai, Ra?" Tanya Nathan.

Belum sempat Aura menjawab, Deva sudah lebih dulu ada disana, tiga laki-laki terdiam melihat penampilan Deva. Dengan dress berwarna silver selutut dan rambut kecoklatan yang biasanya dikepang itu malam ini di curly dibagian bawahnya tak lupa juga wedges simpel berwarna putih.

"Cantiknya putri papah ini, jangan sampai ada yang nyulik, karena saking cantiknya." Gio berjalan kearah Deva kemudian merangkul bahunya.

"Cantik banget." Celetukan keras diucapkan oleh dua bocah kembar yang ada diantara mereka.

"Bara." Gio bersuara. Bara menoleh.

"Jaga anak gadis saya, jangan sampai hilang." Lanjutnya.

"Baik om."

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang