Semangat membaca😊
Malam semakin larut. Pesta ulang tahun Shelin mungkin akan selesai sebentar lagi, tapi Deva masih belum terlihat sejak pemotongan kue. Aura mengira Deva hanya pergi sebentar karena bosan berada dikeramaian tapi sampai saat ini Aura masih belum terlihat juga.
Aura berkeliling mencari Deva. Dia sudah kesal karena tidak menemukan Deva dan rasa kesalnya semakin bertambah saat harus bertabrakan dengan sang mantan, Nathan.
"Mata lo dimana sih, apa tempat ini terlalu sempit sampek harus nabrak gue segala?" Orang disekitar mereka pun tahu kalau Aura yang bersalah, tapi memang dasarnya Auranya saja yang tidak mau disalahkan.
"Enak aja lo, yang salah tuh lo, masa orang segede gue gak keliatan. Kan udah jelas lo yang salah, lo yang nabrak gue dari belakang."
"Lo..."
"Atau jangan-jangan lo sengaja nabrak gue? Biar kita kayak dulu lagi, terus balikan?" Kata Nathan menerka-nerka.
"Mantan sialan. Gue lagi nyari temen gue, si Deva. Kegeeran banget sih lo, palingan juga lo yang pengen balikan sama gue." kata Aura kesal.
Saat Nathan akan menjawab Aura, Aura dengan cepat pergi. Rasanya hawa disekitarnya menjadi panas saat harus berdekatan dengan sang mantan.
"Ngapain lo?" Ketus Aura saat melihat Nathan berjalan dibelakangnya.
"Jalanlah." dengan santai Nathan menjawab.
"Orang buta juga tahu lo lagi jalan. Lo ngapain ngikutin gue?"
"Lagi pengen jagain mantan gue." Nathan berbicara tanpa beban.
Sedangkan Aura sudah melototkan matanya, tidak menyangka Nathan akan menjawab demikian. Tak ingin terlalu lama bersama Nathan, akhirnya Aura memilih melarikan diri dari tempatnya berdiri sekaligus menghindari Nathan.
Aura terus berlari dengan sekuat tenaganya, walaupun tenaganya sudah tak seberapa karena dipakai untuk eskul Volly tadi sore dan juga untuk berkeliling mencari Deva. Aura sadar betul, dirinya berlari sedangkan Nathan berjalan dengan cepat memang dasarnya enak jadi orang tinggi yang punya kaki panjang, satu langkah saja sudah lebar. Sedangkan Aura yang kecil ini harus berjuang untuk menghindari Nathan.
Tanpa Aura sadari dirinya sudah ada ditaman hotel. Aura bergidik melihat sekitarnya yang sepi, tapi untuk kembali kedalam rasanya malas harus berpapasan dengan Nathan. Akhirnya Aura memilih melanjutkan langkahnya, tapi dalam beberapa langkah Aura berhenti. Dia seperti melihat seseorang duduk dibangku taman.
Aura semakin heran melihat salah satu dari orang tersebut memekai baju seperti Deva, Aura menepis pikiran anehnya, mana mungkin Deva mau dipeluk cowok, diajak bicara saja jarang jawab apalagi dipeluk. Kemudian terlintas dipikiran Aura bahwa itu mahluk halus yang menyerupai Deva, Aura dibuat merinding memikirkannya.
Pada saat Aura memikirkan hal-hal menakutkan, tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan tepukan dibahunya. Pikirannya semakin jadi memikirkan hal-hal senakutkan. Rasanya sangat susah untuk menelan ludahnya sendiri.
'Ya Allah tolong, aku gak mau liat hantu serem ya Aĺlah. Mendingan liat Nathan deh gak papa ya Allah.'
"Dicariin juga, ternyata ada disini." dan sepertinya doa Aura terkabul, dengan perlahan dia memutar tubuhnya melihat apa benar dia Nathan.
"Lo beneran Nathan kan?" Dengan ragu, Aura bertanya. Mungkin karena terlalu sering membaca cerita horor akhir-akhir ini membuat Aura menjadi parno.
"Bukan, gue setan. Nathan lah emangnya gue punya kembaran?" Aura yang awalnya takut dibuat kesal mendengar akhir kata Nathan tapi Aura juga merasa lega.
'Lo emang gak punya kembaran, tapi lo mirip setan.' batin Aura.
"Lo kenapa? Kayak baru liat setan aja." ujar Nathan enteng.
"Nah itu Than, gue liat setan." tunjuknya pada dua orang yang sedang duduk dibangku taman tak jauh dari mereka.
"Lah, kayak Deva tuh." celetuk Nathan ragu.
"Nah gue awalnya mikir gitu, kalo diliat-liat badannya emang mirip kayak Deva bajunya juga, tapi Than masa iya itu Deva, ya kali Deva mau dipeluk cowok diajak ngomong sama cowok aja dia mingkem mulu." ucap Aura tanpa henti dengan satu kali tarikan nafas.
"Nafas Ra, Nafas. Kalo lo pingsan gue yang repot harus kasih nafas buatan."
"Habis itu, gue suruh papi sunat lo sampek habis." Nathan jadi takut sendiri mendengar perkataan Aura, apalagi menurutnya papa Aura sangat garang bagi orang yang berprofesi dokter.
"Ehh tapi kayaknya gue kenal deh sama cowoknya, gimana kalau kita samperin?" Ucap Nathan mengalihkan pembicaraan.
"Gak gak, gimana kalo mereka beneran setan?"
"Gak mungkin lah, kan juga ada gue."
"Emm iya deh, lo kan satu keluarga sama setan. Kalo emang itu setan bisalah lo ajak diskusi, biar gak nakutin gue." Nathan hanya bisa mengelus dada mencoba sadar untuk mendengar rentetan perkataan Aura.
'Untung sayang, kalo enggak udah gue jadiin sate di restoran Mami nih anak.' batin Nathan bersuara.
Dengan perlahan Nathan dan Aura melangkah menuju dua orang yang duduk membelakangi mereka. Aura yang masih merasa takut pun berjalan dibelakang Nathan dengan memeluk lengan kanan Nathan.
'Kalo ada kesempatan kenapa harus disia-siain, kalo disia-siain itu namanya mubazir.' batin Nathan sambil cengengesan, yang jelas tidak akan diketahui oleh Aura yang ada dibelakangnya.
Sedangkan Nathan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, Nathan pun meletakkan tangan kirinya pada tangan Aura yang ada pada lengan kanannya, juga tak lupa berjalan lebih lambat agar lebih lama bisa berdekatan dengan Mantan tersayang. Dasar Nathan.
Langkah Nathan dan Aura terhenti saat ada tepat beberapa langkah dari letak bangku taman yang mereka tuju. Mereka saling pandang seolah saling bertanya siapa yang harus bersuara memanggil setan atau orang yang duduk dibangku taman yang mereka maksud. Mereka berdebat dengan suara yang sangat kecil.
"Cepet panggil keluarga lo." Aura berucap dengan suara kecil.
"Keluarga yang mana?" Nathan heran keluarganya yang mana yang harus ia panggil, bukannya mereka ingin tahu siapa orang yang duduk dibangku taman, lalu keluarga yang mana yang Aura maksud.
"Itu setan, keluarga lo." tunjuk Aura dengan dagunya.
Nathan akhirnya mengerti setelah berpikir keras. Nathan berpikir bagaimana mungkin orang setampan dirinya dibilang keluarga setan. Nathan mengalah, dengan tenang ia pun memanggil.
"Deva." tapi bukannya Deva yang menoleh malah cowok yang disebelahnya yang menoleh.
Nathan dan Aura pun dibuat membelalak melihat cowok tersebut. Dengan cepat Aura berjalan melihat orang yang mirip dengan temannya tersebut. Dan lagi-lagi Aura membelalakkan matanya untuk yang kedua kalinya.
"Deva? Bara? Kalian?"
Semoga kalian suka😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Devara
Fiksi RemajaTentang Devara... Selama lima tahun hidupnya, dia mendapatkan semua kebahagiaan yang orang-orang inginkan. Orang tua yang lengkap, keluarga bahagia, dan dikelilingi oleh orang-orang yang tulus menyayanginya. Definisi kebahagian Tapi, dia sadar kalau...