29. Bersama Bara

119 13 12
                                    

Semangat membaca😊

Sedikit penjelasan

Shooting dan lay-up adalah upaya mencetak skor.

Blok yaitu tindakan untuk mecegah lawan menadapat skor.

Dribble adalah gerakan memantul-mantulkan bola basket.












Masih dengan posisi berdiri memandang taman belakang rumah Bara, Deva bertanya.
"Ngapain disini?"

"Hampir aja kelupaan. Aku masuk dulu, kamu disini aja. Cuma bentar kok." Deva mengangguk paham.

Bara kembali memasuki rumahnya, pertama-tama dia pergi kedapur untuk menemui bi Emi, asisten rumah tangganya yang sudah bekerja sejak orang tuanya pindah kerumah ini.

"Bi." Panggil Bara.

"Iya den, kenapa?" Bi Emi bergegas mencuci tangannya yang penuh busa sabun cuci piring setelah selesai mencuci peralatan dapur yang tak seberapa.

"Bik tolong bawain minuman sama makanan ringan kebelakang ya bik." Pinta Bara pada bi Emi.

"Minumannya dingin, den?"

"Biasa aja bi." Bara pergi dari dapur, masuk kegudang yang dekat dengan pintu belakang.

Deva masih menunggu Bara, dengan duduk lesehan. Hingga sebuah suara mengalihkan pandangan Deva.
"Ini non, makanan sama minumannya." Bi Emi berujar.

"Makasih bi." Deva tersenyum tulus.

"Sama-sama. Non ini pacarnya den Bara ya?"

"Iya bi. Saya Deva." Ucap Deva sembari menyalami tangan Bi Emi. Bi Emi terkejut dengan sopan santun yang Deva miliki, apalagi kedudukannya yang hanya seorang pembantu. Akhirnya bi Emi tersenyum semakin lebar.

"Ya sudah, bi Emi kedapur dulu non, kalo non Deva perlu sesuatu nanti bisa panggil bibi." Ujar Bi Emi lembut.

"Makasih bi."

Bi Emi bekerja sejak dua puluh tahun lalu, tepatnya saat orang tua Bara baru menikah dan membeli rumah yang sekarang ditempati keluarga Bara. Bi Emi tahu semua cerita tentang kehidupan Bara kecil. Tapi beberapa tahun keluarga Bara pindah keluar kota, hingga bi Emi tak tahu jalan hidup Bara selama beberapa tahun saat ada diluar kota.

Saat berjalan menuju dapur ternyata bi Emi bertemu dengan Bara.

"Den." Bi Emi memanggil Bara dengan mata berbinar.

"Iya bi?"

"Si aden Bara pinter cari pacar, non Deva cantik, sopan, dan baik orangnya." Kata bi Emi antusias.

"Dia itu Ara bi. Temen kecil Bara. Tapi sekarang dia emang lebih suka dipanggil Deva. Bibi inget?" Bara tersenyum merasa bangga karena bisa memiliki gadis pujaannya.

"Ara yang itu den? Beneran?" Tanya bi Emi. Ternyata bi Emi masih ingat dengan cerita Bara saat masih kecil waktu itu.

"Iya bi, bener." Bara membenarkan.

"Wah, jodoh emang gak kemana ya den? Dijaga pacarnya, takut diambil orang." Ucap bi Emi ikut bahagia.

"Siap bi. Bara ke sana dulu bi."

"Iya den."

Pembicaraan mereka pun usai. Bara kembali melangkah ketujuan awal yaitu kearah belakang rumahnya. Dengan membawa bola basket berwarna hitam ditangannya. Dari tempatnya berdiri Bara melihat Deva sedang mengamati bunga dan tumbuhan hias yang ada disekitar lapangan basket.

"Dev." Bara memanggil.

"Lama." Deva tak mengalihkan tatapannya dari bunga hias yang ada dihadapannya

"Iya aku tahu, maaf ya."

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang