ATTHALARIQ; 31

40.5K 6.4K 11.9K
                                    

welcome,
hope u guys masih ingat cerita
ini, wkwkwk.

remember kalau chapter kemarin di akhiri dengan Gisel & Bianca yang marahan di bawah hujan.

kayaknya cerita Alariq bakal aku
kasih target juga kayak di cerita Andromeda biar aku ngerasa punya janji. So, buat kalian yang baca
cerita sebelah sistem kayak gini udah bukan hal baru.

4,2k vote + 10k komen for next chapter yaps.

Jangan lupa share cerita ini ke teman kalian & komen setiap paragrafnya✨🤙

Selamat membaca!


•••




ALARIQ kecil yang baru saja menyelesaikan lomba cerdas cermatnya tersenyum melihat hadiah-hadiah yang didapatkannya.

Kelas 1 SD masih lah sangat belia namun, anak itu benar-benar membuktikan bahwa ia tidak kalah hebatnya dari seorang Attharel, kakaknya.

Alariq yang saat itu berusia sekitar 7 tahun duduk di tangga menunggu Ayahnya yang tengah berjalan kecil guna membeli minuman. Sedangkan Ibunya sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah.

Alariq tidak sabar memperlihatkan apa yang ia capai hari ini. Perasaannya itu benar-benar membuncah sampai senyum anak laki-laki itu tidak pernah luntur sama sekali.

Beberapa hari ditinggal keluar kota akhirnya Ibunya pulang dan Alariq akan memberikan hadiah ini pada wanita itu.

Akibat mengikuti lomba, ia tidak bisa menjemput Ibunya di bandara yang alhasil hanya Attharel dan Bianca saja yang ke sana bersama sopir pribadi keluarganya.

"Wahhh, hebat banget kamu."

Seorang gadis kecil berkuncir dengan kaos pink itu mengambil tempat di sampingnya.

Benar-benar terkesima dengan apa yang didapatkan Alariq iya kemudian mengingat sesuatu bahwa Ayahnya sudah banyak menunggak janji perkara membelikan tas baru padanya.

Iya, salah satu di hadiah itu ada tas dan Gisel baru menyadari bahwa ia meminta hadiah tersebut pada Ayahnya namun, tak kunjung dikabulkan.

Gisel kecil memang berteman dengan Alariq sejak kecil. Cukup dekat hingga di umur itu ia benar-benar mengagumi cowok itu. Ya, seorang Alariq yang tampan dan cerdas.

Menarik ponsel yang didapatinya dari Ibu Alariq, Gisel menelpon Ayahnya.

"H-halo Ayah."

"Ayah lagi kerja."

Sambungan itu diputuskan sepihak. Namun, tidak membuat Gisel memasrahkan diri. Kembali ia telpon pria itu di sebrang sana.

Rasa capeknya akan janji buta sudah di ujung tanduk, Gisel sudah cukup iri dan capek melihat teman-temannya memakai tas cantik di semester baru ini.

"Gak usah ditelpon lagi, Ayah kamu itu lagi kerja," kata Alariq kecil kala itu.

"Gak!"

"HALO AY-"

"Gak usah ditelepon! Dia lagi fokus!"

ATTHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang