ATTHALARIQ; 32

51.1K 6.3K 9.9K
                                    

happy reading!


•••

KETIKA Gisel selalu ingin mulai menyadari kebodohannya mengapa Alariq selalu tiba-tiba mendobrak kembali pintu yang akan ia tutup?

Gisel senang, teramat senang, sampai lupa bahwa Bianca sempat marah besar padanya waktu itu.

Gisel tidak bisa menahan euforia dalam hatinya yang menggebu-gebu ketika Alariq menggenggam tangannya, walau terkesan tidak ikhlas namun, hal langkah yang dilakukan cowok itu terhadap dirinya tetap saja membuatnya runtuh.

Tangan besar yang menenangkannya itu cukup membekas hingga detik ini, hingga tiada cela untuk berhenti tersenyum setiap kali mengingat hal tersebut.

Gila, Gisel gila.

Baru saja ditolong seperti itu, ia sudah mengira kalau Alariq akan berubah, Alariq akan menjadi lebih baik nan ramah ketika bersamanya. Namun, nyatanya tidak, dan mungkin tidak akan pernah terjadi.

Bukan hanya sebuah goresan kecil yang dirangkai oleh Gisel di relung hati seorang Alariq namun, luka yang menganga lebar yang tidak akan pernah sembuh.

Alariq memang menolongnya akan tetapi, bukan berarti cowok itu memaafkannya, catat.

Di kelas yang hampir tak berpenghuni itu, Gisel masih duduk sembari mengecek ponsel sebentar.

Di luar sana hujan, kaca jendela yang berada tepat di sampingnya sampai ikut basah.

Suara guntur juga kilat yang mengagetkannya tanpa henti membuat Gisel memilih cepat-cepat beranjak dari sana.

Citraprasada juga sudah sepi, Gisel dibuat takut ketika lampu kelas di sampingnya tiba-tiba padam belum lagi suara guntur yang membuatnya terkejut.

"Astaga!" Cewek itu tiba-tiba saja berteriak ketika suara guntur yang keras tiba-tiba mengangetkannya.

Gisel hendak terjatuh namun, sosoknya ditahan oleh seseorang.

Kaget sembari memejam, Gisel mengurut pelan dadanya karena syukurnya tidak harus merasakan pedihnya lantai sekolah.

"Fyuh," katanya lega. Namun, ketika tak sengaja melihat siapa gerangan yang menolongnya, sontak cewek itu dibuat kaget bukan main kemudian cepat-cepat menjauh dari cowok yang menolongnya itu.

"Heh lo! Modus ya lo?"

Cowok tinggi berisi dengan badan tegap sempurna itu menatap datar ke arah Gisel. Bisa-bisanya dirinya yang tidak tahu apa-apa di sini dituduh modus.

Ini cowok yang kemarin, cowok yang Gisel tidak sengaja ketemu di apartemen.

Gisel tidak pernah melihat cowok ini sebelumnya di Citraprasada. Namun mengapa bisa tiba-tiba ada di sini? Anak baru?

"Lupa ingatan lo?"

"E-eh ya, nggak-"

"Ya terus?"

Gisel dibuat kikuk, sialan, ia yang salah.

Cowok dengan seragam sekolah yang dipadu jaket kulit hitam itu hendak melangkah menjauh namun, diurungkan. "Gak ada terima kasih lo?"

ATTHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang