Hai! Aku kembali!
Apa kabar semua? Semoga
baik-baik aja ya!Kepo dong, lagu yang sedang mewakili isi
hati kamu apa, nih?Oke, selamat membaca ya!
---
ALARIQ kembali ke rumah pada pukul tiga pagi. Rumahnya sudah sangat sepi, tanpa ada aktivitas lain.
Sejujurnya, sedari kecil, Alariq sudah biasa melihat rumahnya ramai dengan para ART, satpam, tukang kebun, bodyguard keluarganya, juga para antek-antek lain yang tidak ingin Alariq sebutkan lagi satu persatu.
Kenzo sudah kembali ke rumah dengan Alariq juga dua sahabatnya yang mengantar cowok itu dengan selamat sentosa. Ibu Kenzo kelihatan sangat panik ketika melihat anak lelakinya terkulai dengan kondisi seperti tadi.
Nata juga sudah diantar ke rumahnya, dengan Juan yang harus pindah ke duduk ke belakang hingga Nata menggeser kedudukan Juan yang berada di samping kemudi.
Sejujurnya, Alariq hanya melakukan kebaikan yang sebagaimana mestinya tadi. Tidak ada embel-embel lain, seperti modus atau apa pun itu, karena ia tidak pernah menaruh rasa pada seorang Nata. Pacaran dengan cewek itu pun Alariq tidak tahu karena alasan apa waktu itu.
Alariq tipe orang yang tidak sembarangan untuk jatuh cinta pada seseorang. Kalau A ya A. B ya B. Tidak bisa diganggu gugat.
Cowok berkaki jenjang dengan balutan celana jeans hitam itu sudah siap melangkahkan kaki untuk mencapai setiap anak tangga. Namun, ia berpapasan dengan seorang Bianca yang terlihat hendak turun menuju dapur.
"Kenapa?" tanya Alariq.
"Gak usah nanya-nanya."
Alariq memejamkan kedua matanya menahan emosi. Ia sudah berbaik hati menanyakan perihal kenapa tiba-tiba cewek itu terbangun dan berjalan menuju dapur. Padahal, ia bisa saja tetap melanjutkan perjalanan tanpa mau repot-repot menanyakan keadaan cewek tersebut.
"Teleponin Papa, kasih tahu pulang cepet!"
"Telepon aja sendiri," jawab Alariq kesal seraya berjalan mendaki setiap undakan tangga.
"Gue sakit! Males!"
"Dih, siapa lo nyuruh-nyuruh?"
"Nyonya."
Ini sudah pukul tiga pagi, hampir menyentuh pukul empat. Alariq tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berdebat dengan cewek berkaos pink di beberapa anak tangga di bawahnya itu.
"Alariq!"
Alariq tetap berjalan, tanpa mau mempedulikan lagi.
Bianca memang tidak pernah memanggilnya dengan embel-embel kakak, sejak cewek itu menginjakkan kaki di bangku SMP. Kecuali, di depan orang tua mereka.
"Alariq lo bu-"
"Bacot." Itu jawaban Alariq yang mampu membuat Bianca menarik sendal rumahannya kemudian melayang bebaskan benda itu ke arah Alariq.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTHALARIQ
Teen Fiction[BEBERAPA CHAPTER DIPRIVAT, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Walau tidak ditelaah lebih dalam seorang Brigita Griselda akan mendapatkan predikat manusia paling bodoh di alam semesta ini. Fisiknya diciptakan dengan apik oleh Tuhan namun sayang matanya dibuta...