ATTHALARIQ; 25

46.2K 7.1K 6.6K
                                    

Apa kabar, semua?!

Aku kembali dengan chapter 25!

Spam emot fav kamu di sini!

Komen kalau kamu nemui typo yaa~~

Happy reading~~~




- - -


Gisel kira tidur itu menyenangkan.

Gisel kira tidur dapat menghalau bebannya walau hanya sekilas.

Gisel kira tidur dapat membuatnya hilang ingatan sebentar dari kepenatan dunia.

Nyatanya? Tidak sama sekali.

Beberapa jam yang lalu ketika adegan ditarik paksa oleh Alariq yang berakhir membuatnya jatuh dan tertidur di UKS telah berlalu. Kini, yang ada adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Di mana Gisel yang tadi tertidur memimpikan tantenya yang tengah tersenyum manis padanya seraya mengusap surainya lembut hilang perlahan bersama angin bagai kepingan berlian yang pecah.

Kaki Gisel lemah. Ia selalu berusaha menahan air matanya, yang mana menurutnya menjadi tanda bahwa ia orang yang lemah. Namun, sekarang? Cewek itu menangis sesak.

Kabar yang ia dapat tadi membawa Gisel ke negeri orang, Singapura, secepat mungkin. Gisel tidak sanggup, lidahnya kelu, ketika satu-satunya orang yang begitu perhatian padanya kini sudah pergi untuk selamanya meninggalkan orang-orang terkasih.

Bagaimana bisa wanita yang pagi tadi masih ia dengar suaranya lewat telepon. Juga, lewat di mimpinya kini, sudah tidak lagi bernyawa.

Gisel tahu di dunia ini tidak ada yang kekal. Namun, haruskah secepat ini orang yang ia sayangi meninggalkannya?

Bagaimana dengan siklus kehidupannya selanjutnya?

Apakah ia masih harus bertahan?

Dengan apa?

Alasan apa?

Beberapa orang sudah mulai meninggalkan makam. Meninggalkan keluarga dari suaminya yang masih tersedu dan terpukul akan kejadian yang terjadi secara tiba-tiba ini.

Gisel menangis. Benar-benar menangis. Satu persatu orang mulai meninggalkannya.

Lelaki paruh baya yang diketahui adalah suami dari tantenya menyodorkan sebuah surat yang katanya dari tantenya.

Bukannya semakin membaik, Gisel malah semakin tersedu yang mana membuat cewek itu dibujuk oleh sanak saudara omnya untuk segera kembali ke kediaman tantenya.

"Gak! Gak! Plisss!"

"Gisel ayo, nak, tantemu memang berpesan supaya kamu gak berlama-lama tangisin dia di pemakamannya," tutur seorang wanita yang Gisel yakini saudara pamannya. Untungnya wanita itu fasih berbahasa Indonesia.

Gisel dibawa pergi. Cewek itu memasuki mobil dengan lemas.

Mengapa tantenya pergi tanpa memintanya untuk ikut?

Gisel sudah terlalu capek menanggung semuanya sendiri!

Bagaimana bisa ia menjalani hari-harinya kemudian tanpa orang-orang yang support dirinya?

ATTHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang