ATTHALARIQ; 5

53K 8.3K 5.1K
                                    

Gak ada jadwal up untuk cerita ini yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak ada jadwal up untuk cerita ini yah. Up sesuai mood dan ide.

Maaf kalau TBS gak kunjung UP. Bukan, bukannya gak ada ide tapi, lagi gak ada mood nulis itu. Jadi, mohon dimengerti.

Nyalakan capslock Anda dan komen sebanyak mungkin di cerita ini karena saya suka bacain komen walau maaf gak saya balas satu persatu.

So, yeah, happy reading.

---

"A-aku gak ss-suka sayur i-ini, Yah."

Sebuah piring berisikan nasi dan sayur itu didorong pelan oleh seorang gadis berambut hitam legam yang panjangnya mencapai panggul.

Ia menunduk takut,  dengan kedua telapak tangan saling bertaut apalagi kini seorang pria di hadapannya yang tengah meneguk air mineral spontan menoleh dengan tatapan kejam.

"MAKAN!"

"Sa-sayurnya u-udah b-basi, Yah." Sebuah hantaman keras pada meja bundar kecil yang berada di hadapan gadis kecil itu membuatnya kaget. Namun, ia masih tetap memilih menunduk seraya mengeratkan tautan kedua tangannya.

"MAKAN! KAMU GAK TAU SUSAHNYA CARI MAKAN, HA?!"

Memilih tetap bergeming, gadis tersebut berhasil menyulut emosi hingga sebuah pukulan pada meja kembali mengagetkannya.

Tarikan keras pada salah satu tangannya benar-benar menjadi hal yang membuat tangisnya pecah.

"KELUAR KAMU! UDAH GAK NGEHARGAIN MAKANAN, GAK NGEHARGAIN USAHA AYAH JUGA!"

Bukan, bukannya ia tidak menghargai semua usaha dan apa yang ada di hadapannya. Namun, sayur basi seakan-akan sudah sangat langgeng bagi Ayahnya saking ia yang tidak pernah mengelak kecuali tadi.

Lidah dan perutnya sudah tidak sanggup menahan semua itu hingga akhirnya ia memilih untuk jujur akan hal tersebut.

"NGGAK, YAH."

"KELUAR! BIAR KAMU RASAIN PENDERITAAN ANAK-ANAK DI LUAR SANA YANG GAK MAKAN DAN PUNYA RUMAH," ujar pria tersebut kemudian menghempas putrinya keluar rumah di malam berderai hujan itu.

"AYAH! AYAH! TOLONG BUKA PINTUNYA!" Gadis kecil itu memukul-mukul keras pintu rumahnya seiring dengan tangisan kerasnya.

Angin malam juga suara genteng yang beradu dengan derasnya hujan benar-benar menakutkan hingga suara guntur juga rentetan kilat mampu membuatnya tersentak akan ketakutan yang paling tak tertahankan.

ATTHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang