#15 Nostalgia

176 24 20
                                    

"ada apa ini?" tanya Norman lesu.

"b-bukan apa apa kok hehe" jawabmu.

 Norman berjalan menuju kasur ayahmu, dan tidur disana. kamu menghela nafas lega. (Y/N) kembali membersihkan kamar dan menaruh kardus berisi pulpen diatas lemari putih kembali. kamu mengelap piano putih milik ayahmu. dan teringat masa lalu.

***

beberapa tahun yang lalu saat kamu berumur 10 tahun

"AYAH JANGAN PERGI" aku ditahan oleh seseorang dari belakang. ayah ditutup mulutnya oleh laki laki busuk.

 orang orang asing itu memasuki rumah ayah tanpa izin! aku harus menghentikannya. aku memukul bagian intim laki laki aneh yang hendak menculik ayah di ruangtamu dengan sekuat tenaga, dia terjatuh, ayah terlepas.

"ayah kita cari tempat persembunyian yang aman yah. ayo"

"tidak usah nak"

 ayah menjawab dengan lemas. banyak darah ayahku berceceran disana. aku kebingungan harus melakukan apa. ibu juga sudah pingsan gara gara dipukul kepalanya oleh laki laki jahat satu ini. aku menutupi luka ayah dengan kain putih dekat dengan sofa. aku harus menghabisi lelaki itu.

 lelaki itu bangun dan mengincarku. aku mengambil sebilah pisau kecil untuk jaga jaga. aku dikejar olehnya hingga diujung jalan buntu. aku kebingungan mencari jalan kemana. laki laki itu menodongkan pistol dengan lambang keluarga Ratri. aku terkejut melihat logo itu. kenapa mereka ingin menculik ayah? apa tangan kecilku sanggup membunuh seorang yang menggunakan pistol? aku teringat perkataan ayah saat aku dilatih bela diri olehnya. 'jika ada yang menghalangi jalanmu, lawanlah. tapi saat dia memberontak. nyawanya ada ditanganmu' saat itu aku belum mengerti perkataan ayah.

 aku berjalan kearahnya. lelaki itu menembakkan sekitar 2 peluru untuk menghentikan langkahku kearahnya. aku sudah muak dengan semua perlakuan laki laki bodoh ini. aku menusukkan pisau kecil yang aku pegang menuju kaki bagian atas laki laki ini. dia terjatuh dan berusaha menembakkan peluru kearahku, aku melempar tangannya hingga pistol itu terlempar dan aku menusuk telapak tangannya hingga dia berceceran darah. untuk sedikit tambahan aku menusuk bahu sebelah kiri dan sedikit menyayat pergelangan tangannya. darah laki laki ini mengenai bajuku, menjijikan. 

 dia terkapar  ditanah lemas. aku menginjak kakinya yang terluka dengan sangat kuat hingga dia merintih kesakitan. aku mengambil pistolnya menyimpannya didalam saku laki laki ini. aku aku memberikan pisau kecil untuk kenang kenangan laki laki ini di tangan bekas tusukan pisauku.

 aku mencari pertolongan di malam hari. untunglah masih ada yang bangun pada malam itu. karena aku masih kecil disana, orang orang menganggapku sebagai anak kecil polos diserang hingga meninggalkan bekas luka dan bersimbah darah yang meminta pertolongan

"dimana orangnya dik?" tanya salah satu warga yang menghampiriku.

"di-disana" jawabku sambil menunjukkan laki laki tadi dengan gemetaran dan berlagak ketakutan. ya memang benar sih aku ketakutan setengah mati saat itu.

 warga warga disana langsung mengeroyok laki laki itu. entahlah, mungkin dia sudah mati. ibu ibu disana membantuku pulang kerumahku. tapi, ayah menghilang entah kemana meninggalkan darah dikarpet ruang tamu. ibu juga sepertinya dipukuli habis habisan padahal sebelumnya tidak. ibu ibu yang mengantarku juga terkejut melihat rumah seberantakan ini. mungkin dipikirannya,'apa yang terjadi disini?!'

Ratri Family. Norman x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang