#41 Alamat

98 2 3
                                    

Kalian sampai di rumahmu. ibumu sudah pulang. waktu berada di jam setengah 5 sore. Norman memberi salam kepada ibumu. ibumu senang Norman berkunjung.

"Ibu, kami akan memakai kamar ayah sebentar." Ucapmu santai.

"Buat apa, (Y/N)?" Tanya ibumu.

"Untuk berdiskusi sebentar dengan Norman. apakah boleh, ibu?" Tanyamu sekali lagi.

"Bayarannya Norman akan memainkan piano dan aku memainkan biola." Ucapmu membujuk ibu.

"Kalau begitu, boleh. asal jangan mengacak-acak kamar ayah, ya." Ucap ibumu.

matamu berbinar-binar, senang. kamu memeluk ibumu.

"Terimakasih, Ibu! aku akan berusaha mencari ay-.. tidak. terimakasih, bu." ucapmu melangkah menaiki tangga.

kamu membuka pintu kamar. kamar berdinding putih bersih, piano putih mengkilap, karpet hitam, seprai hitam, rak buku berwarna putih di penuhi buku-buku tebal, dan juga kursi besar berwarna putih. monokrom hitam putih memenuhi kamar ini. 

kamu menutup pintu kamar setelah Norman masuk ke kamar ayahmu. rasa sesak di dadamu muncul, air mata yang hendak keluar, sekarang kamu tahan. kamu menarik napas lalu mengeluarkannya.

Kalian duduk di atas kasur ayahmu. kamu mengambil pulpen dan menatapnya dengan sangat lama. Norman menatapmu.

"(Y/N)?" Tanya Norman kebingungan. kamu menoleh ke arah Norman.

"Ya ampun, (Y/N)! kenapa kau menangis?" Tanya Norman sekali lagi khawatir. Norman panik.

"Aku... menangis?" Tanyamu. 

tangisanmu semakin menjadi-jadi. kamu berbalik membelakangi Norman. kamu mengelap semua air matamu. lalu mengatur napasmu.

"Semua akan baik-baik saja. tenang saja, (Y/N)." gumanmu. Norman memelukmu. 

"Keluarkan semua tangisanmu." Ucap Norman mengelus kepalamu.

 air mata mulai membasahi matamu. kamu memeluk kembali Norman dengan erat. Norman menepuk-nepuk punggungmu. hanya berselang 5 menit, kamu melepaskan pelukan Norman.

"Apa sudah cukup?" Tanya Norman menatapmu. kamu mengangguk sambil mengelap air mata.

"Terimakasih, Norman. pelukanmu sangat hangat. membuatku nyaman." ucapmu tersenyum. Norman merentangkan tangannya kembali.

"Sudah cukup, Norman." Ucapmu tertawa.

Kamu mulai menceritakan semuanya tentang ayahmu. mulai dari menjadi kepala keluarga Ratri hingga dia menghilang. Wajah Norman berubah. Norman memegang tanganmu.

"Apakah kamu benar-benar baik-baik saja?" Norman khawatir.

"Aku baik-baik saja, Norman. aku sudah bilang berkali-kali kepadamu 'kan?" Ucapmu tersenyum. Norman memelukmu lagi.

"Kamu berbohong, (Y/N)." Ucap Norman. Matamu terbelalak. Menunduk.

"Kamu tidak baik-baik saja. aku akan membantumu... memperbaiki semuanya." Ucap Norman terhenti. Kamu bingung.

"Norman, apa kau menangis?" Tanyamu.

"Iya, aku menangis." Ucap Norman dengan nada tersenyum yang masih memelukmu.

'Pelukan yang hangat.' ucapmu dalam hati.

"Ayo kita ke inti pembicaraan. Aku akan memberimu pulpen yang sama seperti ini. tapi sebelum itu, aku penasaran dengan isi tutup pulpen ini." ucapmu melepaskan pelukan Norman.

kamu mulai membuka pulpen lalu muncul layar hologram. kali ini berbeda. layar hologram yang muncul pertama kali adalah sebuah kalimat. "Siapa kamu?". kamu mengisi kolom di bawahnya. "(Y/N) Ratri.". layar hologram bertukar. "Aku masih tidak mempercayaimu. tapi bisakah kamu menuliskan lagu kesukaan yang sering kumainkan?" kalimat itu muncul.

"jika ini ayah, pasti liebesleid." Gumanmu. 

layar hologram bertukar lagi. sekarang muncul alamat baru di layar hologram itu. matamu bersinar-sinar. kamu mengingat alamat itu. dengan cepat kamu mengingatnya. kamu beranjak dari kasur.

"Ayo, Norman! kita cari alamat ini!" Ucapmu bersemangat.

"Kita bisa mencarinya besok, (Y/N). apa kau tidak mengecek group chat kelas? sekolah meliburkan kita selama dua hari, entah ada alasan apa." ucap Norman.

"Sekarang, kita akan memainkan pianonya. apa kamu ingin memainkan violinnya?" Tanya Norman.

"Tentu." ucapmu tersenyum.

Kamu menarik tangan Norman menuju keluar kamar. kamu dan Norman turun tangga. lalu membuka selimut yang membungkus suatu benda besar sebelah televisi. itu adalah upright piano berwarna hitam. 

kamu menyuruh Norman menunggu di piano itu. kamu berlari ke atas lagi untuk ke kamarmu. mengambil violin. lalu berlari kembali ke bawah, menghampiri Norman.

"Aku bahkan tidak sadar ada piano disini." Guman Norman.

"Tentu saja, warna selimutnya mirip dengan warna temboknya." Ucapmu. kamu memanggil ibumu untuk duduk di sofa dan memperhatikan kalian bermain musik.

"3.. 2.. 1.." ucapmu memberikan aba-aba

(Ya, anggep aja itu :D. sy ga nemu.)

Permainan musik dimulai. kamu memainkan biolanya dengan lihai, begitu juga dengan Norman. Jari-jari Norman menari di atas tuts piano dengan indah. ibu terkesima melihat penampilan kalian.

lagu pun usai. tanpa sadar, air mata ibumu jatuh begitu saja. tentu kamu dan Norman terkejut. lantas berlari ke arah ibumu.

"Apa ibu tidak apa-apa?" ucapmu memeluk ibu.

"Ibu tidak apa-apa." ucap ibumu mengelap air mata. 'ibu pasti teringat ayah.' ucapmu dalam hati.

"Aku mengerti, bu. sekarang, ibu istirahat saja ya. untuk makan malam, aku dan Norman yang membuatnya." ucapmu perlahan melepas pelukan. Norman hanya meng-iyakan ucapanmu.

Kamu mengantar ibumu ke kamar. setelah itu mulai memasak untuk makan malam. menu makan malam yang sederhana saja. karena, hanya itu yang kamu inginkan. Norman mengikutimu.

Akhirnya makan malam siap, ibu sudah keluar dari kamarnya dengan wajah gembira. 'ini baru ibuku' ucapmu dalam hati. kamu menata makanan di atas meja makan. tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

"Siapa itu?" gerakanmu terhenti.

"Biar ibu saja yang buka." Ibu berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"SELAMAT MALAM BESTIE!" Ucap seseorang mengkagetkan ibu. Itu adalag ibunya Norman.

Norman refleks berlari ke arah ibunya. Lalu mencium tangan ibunya. Kamu juga mengikuti Norman, lalu berdiri di sebelah ibumu.

"Wah, ternyata kalian hendak makan malam." Ucapnya mengintip meja makan.

"Norman, mengapa kamu tidam bilang ke ibu untuk makan malam disini? Ibu jadi iri deh sama bestienya ibu." Tambah ibu Norman sambil tersenyum jahil.

"Memang kenapa?" Tambah ibumu.

"Karena bisa melihat kemesraan mereka berdua. Ngomong-ngomong, mereka berdua yang membuat makanan kah?" Tanya ibu Norman.

"Ohoh~ tentu saja." Ucap ibumu langsung berdiri di sebelah ibu Norman.

"Wah-wah~ apa kamu memotretnya?" Tanya ibu Norman sengaja menutup mulut.
"Tentu saja hoho~" Ucap ibumu ikut menutup mulut.

"Ibu, sudah cukup!" Ucap kalian berdua tersipu malu.


To Be Continued

Hloh semuanya, maaf baru aplod sekarang karena baru dapet inspirasi yagesya.
Maaf juga jadi jarang aplod :'D
Sy bakal mikir gimana ff ini cepet tamat, karena emang bener bener masih panjang :'D
Oke selamat menunggu lagiii

(Minggu, 10 Juli 2022)





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ratri Family. Norman x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang