#27 Permainan

115 15 4
                                    


"sebelum permainannya dimulai, aku harus mengikatmu dikursi dulu." ucapmu sambil mengambil kursi dan mendorong meja kosong kedepan si perampok. kamu mengambil taplak meja diatasnya lalu menggulungnya menjadi sebuah tali.

"duduk." ucapmu. dia menurutimu. kamu mengikatnya dengan kencang.

"nah, peraturannya sangat mudah. kebetulan pistol ini adalah jenis revolver. aku akan memasukkan peluru yang tersedia disini sesuai angka kesukaanmu. peluru yang tersisa hanya. satu... dua....tiga.... empat! sisa empat peluru. aku memasukkan satu peluru, memutar ruangan peluru lalu menembaknya kearah tubuhmu lalu tubuhku. ini hanya masalah keberuntungan saja mengerti?" ucapmu. dia mengangguk.

"k-kenapa aku tidak kebagian menembakmu hah!?" ucapnya. kamu memegang telapak tangan yang tertembak lalu menekannya. 

"agar kamu merasakan perasaan orang orang yang ada disini." ucapmu. perampok itu menelan ludah.

"aku mulai ya." ucapmu sambil tersenyum. kamu memutar ruang peluru. tentu saja dengan hati hati dan perhitungan yang tepat. kamu mengarahkan pistol ke dadanya. dia terkejut sekaligus bingung.

"h-hei seharusnya kamu duluan!" ucapnya.

"aku?" ucapmu.

"ya kamu!" ucapnya dengan suara tinggi.

"apa kau tidak sadar selama ini? kamu melawan orang yang salah." ucapmu sambil sedikit terkekeh. kamu menembaknya tapi tidak keluar peluru. kamu mencobanya dengan mengarahkannya ke kepala. dia melotot ketakutan. kamu menarik pelatuk. lalu memutarnya lagi. 

"tunggu tunggu, kamu sengaja agar peluru ini tidak mengenaimu kan?" tanyanya. kamu menarik peatuk dan dia terkejut lalu menghela nafas.

"siapa bilang." ucapmu. kamu mengarahkan keatas. lalu menembakkannya. dan itu benar benar tertembak. semua orang kaget.

"jadi mari kita lanjut?" ucapmu.

'oh aku lupa. pelurunya sudah habis.' ucapmu dalam hati. kamu berjalan mendekati pistol yang terjatuh dilantai. dan mengambil pelurunya.

'kenapa tiba tiba pusing.' ucapmu sambil memegang kepalamu dan berjalan kembali. kamu memasukkan pelurunya dan memutarnya. lalu menghentikannya. kamu melihat kearah ruang pelurunya.

'aku salah perhitungan. untung aku bisa menahan wajahku agar tidak kaget.' ucapmu dalam hati.

"baik mari kita mulai." ucapmu sambil menakut nakuti perampok itu. perampok itu brkerikat sangat banyak. kamu menembakkan kearah kepala perampok. dan itu tidak mengeluarkan peluru. 

'siapapun tolong pukul kepala perampok ini.' ucapmu dalam hati. kamu mengarahkan ke kepalamu, dan hendak menembaknya tapi perampok itu dipukul oleh seseorang dibelakangnya menggunakan kursi. perampok itu pingsan seketika.

"Norman?" nama itu keluar secara refleks. dia tersenyum tulus. kamu terduduk dilantai dan menutup mulutmu gemetaran.

'hampir saja... hampir saja aku mati konyol disini.' ucapmu dalam hati. Norman mendekat perlahan. tapi, langkahnya terhenti karena Ray muncul lalu berlari kearahmu lalu memegang kedua pundakmu.

"(Y'N) kamu tidak apa apa? wajahmu pucat loh." ucapnya. kamu mengangguk. tepat pada waktunya sirine polisi datang. kamu, Ray, dan Norman turun kebawah untuk mengecek. banyak pengunjung yang terluka dibawah sini sampai sampai kamu terkejut dan memperhatikan Ray dan Norman secara berulang ulang. lalu menghela nafas.

'mereka tidak terluka sama sekali.' ucapmu dalam hati. banyak juga perampok yang diamankan oleh polisi. polisi menghampirimu dan berkata.

"apa kalian baik baik saja?" ucapnya. kamu menganggukkan kepala.

Ratri Family. Norman x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang