Pembunuhan yang diakibatkan karena masalah dendam mungkin sudah sering terjadi. Namun, apa jadinya jika suatu kasus pembunuhan dilakukan hanya karena ingin menjadikannya sebuah ajang permainan oleh si pelaku?!
Target peserta dalam ajang permainan in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bisa aku mulai sekarang?" Tanya Jaemin pada ketiga temannya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh mereka.
"Aku hanya menemukan sedikit bukti. Itupun bukan bukti yang mengarah pada si pelaku."
"Kalalu bukan mengarah pada si pelaku, apa itu bisa disebut bukti?" Tanya Haechan.
"Dengarkan dulu, baru bertanya." Ucap Jaemin.
"Sorry." Ucap Haechan sambil mengahalangi mulutnya dengan ujung jemari tangannya.
"Bukti yang aku dapatkan memang bukan mengarah pada si pelaku. Tapi mengarah pada kebenaran bahwa insiden yang terjadi tadi malam adalah memang kasus pembunuhan berencana."
Mimik wajah Jeno, Haechan dan Renjun memperlihatkan ekspresi terkejut.
"Pagi ini aku bertemu dengan Chenle. Aku mengecek panel listrik yang ada di rumahnya dan aku menemukan ini."
Jaemin memperlihatkan sebuah benda kecil berdiameter seukuran koin yang terlihat sudah rusak dan dibungkus dengan plastik ziplock.
"Apa itu?" Tanya Renjun.
"Haechan, bisa tebak ini benda apa?" Tanya Jaemin sambil mengangkat plastik ziplock yang di dalamnya terdapat benda kecil tersebut.
Haechan memperhatikan benda kecil itu dengan teliti sebelum akhirnya mulai berbicara.
"Itu rheostat trimmer. Benda yang dapat mengontrol daya arus listrik secara manual. Benar kan?" Ucap Haechan.
"Ya. Tapi benda ini sudah dimodifikasi sehingga bisa dikontrol dari jarak jauh." Ucap Jaemin. Ia meletakkan benda itu di atas meja.
"Kenapa Detektif Kim tidak menemukan benda itu saat memeriksa panel listrik?" Tanya Jeno.
"Karena yang memeriksanya langsung bukan Detektif Kim, tapi polisi lain. Benda ini juga dipasang di tempat yang sulit untuk dilihat jika tidak teliti saat mencarinya." Ucap Jaemin.
"Jadi pelakunya memang benar ada diantara kita. Maksudku para tamu undangan. Pertama, si pelaku membaur pada kita. Kedua, memadamkan listrik dari jarak jauh. Ketiga, membunuh Wonjin dan terakhir kembali membaur bersama kita tanpa ketahuan oleh siapapun." Ucap Renjun.
"Tapi semua tamu undangan sudah diperiksa dan tidak ada satu pun dari mereka yang membawa benda tajam." Ucap Jeno.
"Bisa saja pelakunya menyembunyikan atau membuangnya disuatu tempat. Iya, kan?" Ucap Haechan.