✔️ THE DEAD INSIDE US 4 - BAGIAN 2 (BLACKPINKXBTSXGIDLEXIKONXLOONA)

106 | Maze

aku baru update 2 jam lalu ya? mwehehehe

kencengin vote dan komentarnya ya biar aku juga bisa cepet update loh, mumpung weekend

ayo bantu aku :( jangan jadi silent readers, ini udah season 4

//

Maze; 106

The Dead Inside Us

- Sacred Valley -

//

"H-Hanbin..."

Melihat bagaimana sekelilingnya membuat lidah Lisa kelu, terlebih karena gadis itu tahu pasti akan apa yang terjadi selama ia berada di tempat ini. Bicara dengan aturan, mengenakan pakaian serba putih, melakukan penyucian dan semacamnya. Bertindak seolah mereka beragama, memiliki Tuhan sendiri, memiliki siapapun yang mereka percayai. Bahkan menganggap bahwa manusia lain yang tak sejalan dengan mereka wajib dimusnahkan demi keselamatan di dunia; adalah dengan cara memakannya.

Tapi bagaimana bisa, yang tertera jelas di hadapannya sekarang adalah bagian dari teknologi.

Melihat mereka memiliki senapan pun sudah membuat Lisa memikirkan bahwa setidaknya mereka tidak setradisional itu. Tapi dengan sebuah layar di hadapannya, bermacam-macam alat komunikasi dan juga beberapa lainnya, membuat Lisa menatap tak percaya.

Bahkan Lisa membeku di posisinya ketika Hanbin mendekat, menyentuh beberapa benda tersebut sambil menahan napasnya sejenak.

"Telepon satelit."

Berusaha untuk sadar bahwa waktu mereka tipis, Lisa mendekat ke arah Hanbin untuk mencari apapun yang dapat menjadi petunjuk. Karena jika seperti ini, mungkinkah bersangkutan dengan apa yang Azura katakan sebelumnya? Bahwa Ayah, Ibu juga saudara lelakinya pergi, juga bersama White Assassins yang entah ada berapa orang itu.

"Mereka tidak murni berasal dari tempat ini."

Seketika saja, Lisa teringat akan sesuatu, yang membuatnya segera berseru. "Kota Aman!"

"Kota Aman." Hanbin mengulangnya, lalu mengambil satu-satunya telepon satelit yang tak terikat kabel, diletakkan di wadah kosong dari tiga. Sementara yang lainnya, terhubung pada layar mati tersebut. Lalu ia memberikannya pada Lisa agar menaruhnya di dalam sakunya. "Tempat itu benar-benar ada..."

"Lalu apa hubungannya?"

Cicitan Lisa diimbuhi dengan suara ledakkan yang terdengar dari bagian luar. Sebelum kemudian asap-asap mulai mengepul masuk ke tempat mereka.

"Sial, tempat ini berada di lantai tiga. Kita bisa terjebak."

Hanbin mengetahui atas fakta itu. Dan dengan terpaksa menarik tangan Lisa, lalu membawanya keluar dari pintu untuk melarikan diri. Sayangnya jalan mereka masuk sudah tertutup, membuat mereka harus mencari cara lain dengan berlari sampai ujung kanan lalu menemukan beberapa jendela besar di sana.

"Kita pecahkan ini."

"Lalu melompat?!" tanya Lisa panik. "Terlalu tinggi!"

Tetapi Hanbin tak menjawab, melainkan segera menembak lalu memukulkan badan senapan ke arah kaca tersebut hingga pecah. Lalu membersihkan bagian bawah dari bingkai, walau tak bisa sebersih itu. 

"Kau turun terlebih dahulu. Aku akan memegangmu." perintah Hanbin sembari mengalungkan kembali senapannya.

Tak mampu berdebat, walau ia tak tahu caranya, Lisa tetap melakukannya. Mengandalkan bagaimana ia sering memanjat pohon dan melompat turun, walau jaraknya tak setinggi ini. Tapi Hanbin menyuruhnya menepi di lantai dua dan memecahkan kaca untuk menjadi pijakannya.