✔️ THE DEAD INSIDE US 4 - BAGIAN 2 (BLACKPINKXBTSXGIDLEXIKONXLOONA)

54 | A Look of Despair and Regret

[sebelum baca chapter ini, wajib baca TDIU MINI SERIES dulu karena kalau engga, gakan nyambung! apalagi di bagian yang THE FIRST TRIANGLE dan THE PERFECT COUPLE, okay? serius, gakan nyambung kalau ga baca itu dulu gengs]

//

A Look of Despair and Regret; 54

The Dead Inside Us

- Sacred Valley -

//

Sebuah selang yang dipasang di halaman belakang sekolah, dekat kebun kecil berpetak yang sengaja ditanam—terlihat ada kentang, wortel dan sejenisnya, bahkan rumah kaca. Selang tersebut sudah terhubung, dengan keran yang berada diantara rerumputan pendek tersebut.

Yeonjun menggunakannya untuk mencuci rambutnya dengan susah payah, namun setidaknya mampu menghilangkan cat ungu yang mengeras di rambutnya. Sebisa mungkin Yeonjun membersihkannya hingga rambut bahkan tengkuk dan pakaian teratasnya basah, namun berhasil setidaknya. Walau memang masih ada beberapa sisa di beberapa bagian, secara samar. Karena memang warna kuning rambut terangnya menyerap warna tersebut dengan baik.

Menghela napasnya perlahan, Yeonjun mencoba mengeringkannya, karena berniat untuk menutup rambutnya menggunakan kupluk hitam milik Soobin. Sembari menunggu, Yeonjun berbalik dan menatap pinggiran hutan di hadapannya.

Jika menatap ke langit, terlihat bahwa di kejauhan sana tepatnya di dalam hutan terdapat Kabut Hitam.

Well, apakah orang-orang di tempat ini tahu beberapa keuntungan dari Kabut Hitam, sehingga tak pergi dari tempat yang terlalu dekat ini dengan rumah dari bahaya?

Karena penasaran, Yeonjun pun memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan berjalan perlahan untuk memasuki hutan tersebut. Hanya saja, sekitar lima belas langkah masuk, ia terhenti. Terhenti ketika mendengar ada langkah kaki seseorang di balik tubuhnya, yang kemudian terhenti juga.

Yeonjun pun menoleh perlahan, tanpa melepaskan tangannya dari saku.

Dan ditemukannya sosok Heejin, berdiri menatapnya dengan mata yang sembab, bahkan masih basah berlinang airmata. Di mana Heejin kini berjarak sekitar tiga langkah darinya, menatapnya begitu lekat, seolah ingin mengutarakan sesuatu.

Heejin baru kehilangan temannya, bukan?

Sepertinya mereka semua telah memakamkannya, entah di mana, karena Yeonjun tak ikut.

Heejin yang saat itu hanya diam walau tersedu, perlahan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sesuatu yang ia tunjukkan, ia arahkan kepada Yeonjun, dengan keadaan terbuka.

Pisau lipat yang sempat melukai Yeonjun saat di tempat tinggalnya lalu... ketika awal pertemuan mereka kembali.

Arah mata pisau itu tertuju pada Yeonjun, namun...