Aku tak pernah meminta siapapun untuk datang dalam hidupku. Mereka sendiri yang menawarkan untuk menetap, dan ketika sudah bosan maka dengan mudahnya mereka meninggalkan—Azardian Pamungkas
•••
Untuk yang pertama kali Azar tak pernah merasa gelisah seperti ini. Ada apa dengan dirinya? Tiba-tiba saja perasaan tak tenang muncul begitu saja.
Ia mengusap kasar wajahnya berulang kali, mencoba untuk menghilangkan perasaan gelisah dalam dirinya. Namun tetap saja Azar gagal.
"Kenapa, Zar?" tanya sang bunda, Yurita.
"Gapapa, bun. Azar cuma sedikit pusing aja," Azar tersenyum tipis.
"Kalau ada apa-apa cerita sama bunda."
Bagaimana Azar bisa bercerita? Sedangkan dirinya sendiri tidak tahu apa masalahnya sampai membuatnya resah seperti ini.
Lama sekali Azar tak kunjung menjawab ucapan Yurita. Hingga wanita disebelahnya itu memutuskan untuk membuka suara.
"Azar, ayah belum pulang ya?" tanya Yurita.
Azar menghela nafasnya. Mengapa bundanya harus menanyakan hal itu lagi padanya? "Belum, bun."
"Ayah kamu kenapa ya jarang pulang?"
Bagaimana caranya membuat bundanya ini sadar jika memang Razan tak pernah pulang. Azar tahu jika bundanya itu tengah memikirkan lelaki brengsek yang sialnya adalah ayah kandungnya sendiri.
"Bun," Azar menggapai tangan Yurita. "Jangan gini terus dong. Azar gamau lihat bunda sakit lagi. Bunda gausah mikirin ayah. Ada aku sama Aurin disini yang sayang sama bunda."
Perlahan air mata Yurita keluar begitu saja. Wanita itu kembali sadar jika suaminya telah pergi meninggalkan mereka sejak satu tahun yang lalu.
"Ayah tega banget ya sama kita," ujar Yurita sambil mengusap air matanya.
"Bunda, ayo kita ke rumah sakit. Pasti kambuh lagi, bun."
Yurita menahan tangan Azar. Meyakinkan pada putranya itu jika dirinya memang baik-baik saja. "Bunda, gapapa."
"Tapi, bun—"
Seorang Azar yang terkenal sombong dan selalu bersikap kasar ternyata mempunyai sisi baik juga. Apapun itu jika sudah menyangkut keluarganya Azar tak akan pernah tinggal diam.
Bagi Azar sendiri, hal yang harus ia kedepankan adalah Yurita dan Aurin. Semenjak Razan meninggalkan rumah, Azar selalu berupaya lebih untuk menjaga sang bunda dan adik perempuannya. Apalagi Yurita yang kadang penyakitnya suka kambuh jika teringat Razan.
Azar tak mau dalam keadaan seperti ini. Sungguh hidupnya terlalu rumit untuk dijelaskan. Bundanya terkena depresi ringan dan penyebabnya sudah pasti Razan. Jika sudah kambuh maka Yurita akan menangis dan selalu menyalahkan dirinya sendiri.
Azar mengepalkan tangannya kuat. Semuanya gara-gara ayahnya, Razan. Kalau saja ayahnya tak akan pernah meninggalkan bundanya, sudah dipastikan keadaan wanita itu akan baik-baik saja seperti dulu.
"Gue benci sama lo, yah."
•••
Paginya Azar berangkat menaiki motor ninja berwarna putih kesayangannya. Tadinya Azar ingin dirumah saja untuk menemani Yurita. Tetapi wanita itu menolaknya dan menyuruhnya untuk berangkat ke sekolah.
Saat melewati koridor banyak sapaan dari para siswi yang berpapasan dengannya. Namun Azar tetaplah Azar yang acuh, sombong dan tidak terlalu peduli dengan sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA STORY
Romance⚠Beberapa part mengadung adegan kekerasan, dimohon bijak dalam menyikapinya⚠ Nasya Viorella Stefanie. Semua mengatakan bahwa cewek itu nyaris sempurna. Nasya itu baik, Nasya itu cantik, Nasya juga pintar. Namun sayangnya seluruh teman sekelasnya men...