Manusia bisa berubah kapan saja, jadi jangan terlalu berlebihan menyikapi keadaan yang membuat dirimu semakin terasingkan—Nasya Viorella Stefanie
•••
Setelah kejadian kemarin Nasya benar-benar merasa kecewa sekali kepada Azar. Bahkan malam harinya saja Azar tak meminta maaf kepadanya.
Dengan langkah gontai, Nasya berjalan ditengah ramainya koridor sekolah pagi ini. Pastinya sendiri, sebab Lala dan Selli di jam-jam seperti ini mustahil untuk berangkat, biasanya sih mendekati bel masuk.
Dan tanpa sengaja Nasya menabrak seorang gadis dari arah berlawanan.
Bruk
"Lo punya mata—"
Seperti Nasya sudah hafal dengan suara tersebut. Dan benar saja ketika gadis berambut pirang itu mendongakkan kepalanya, ia adalah Martha.
Lantas Martha tidak jadi melanjutkan ucapannya, tetapi ia malah menatap Nasya sangat tajam. Seperti mempunyai dendam yang masih belum bisa ia tuntaskan.
Martha berdeham. "Bagus deh kalau ketemu lo disini," ucapnya sambil membuang muka.
Nasya meliriknya sekilas kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Mengapa juga pagi-pagi seperti ini ia harus bertemu dengan ondel-ondel Sumatra seperti Martha ini.
Dari atas sampai bawah tampilannya tidak bisa dikatakan seperti pelajar sesungguhnya. Baju dan roknya sangat ketat. Lalu make-up yang digunakannya pun terlalu berlebihan. Rambutnya berwarna pirang dibiarkan begitu saja.
"Sorry gue nggak ada waktu buat ngeladenin orang nggak penting kayak lo, permisi." Nasya menepis lengan Martha pelan.
Martha yang merasa diabaikan akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan menyusul langkah Nasya.
"Bilang apa lo barusan?" Martha menarik rambut Nasya dari belakang.
"Aws...sakit, lepasin, Tha!" rintih Nasya.
"Nggak! Lo berani sama gue hah?"
"Kenapa gue nggak berani? Gue cuma takut sama Tuhan, bukan sama lo."
Martha merasa tersinggung dengan perkataan Nasya. Akhirnya gadis itu melepaskan tarikan pada rambut Nasya. Namun setelah itu Martha tak tinggal diam. Ia melayangkan tangannya untuk menampar Nasya. Tetapi sebelum mengenai pipi Nasya ada sebuah tangan yang menahan pergelangannya.
"Gausah pakai kekerasan. Ini sekolah, lo mau gue laporin BK?" seru seorang lelaki dengan suaranya yang terkesan marah.
"Lo lagi, lo lagi. Bisa nggak sih gausah ikut campur urusan orang? Gue muak lihat wajah lo! Setiap kali gue mau ngasih pelajaran sama dia, lo selalu ngebela." murka Martha. Ia menatap Nasya dan Leo bergantian secara sinis.
Ya, lelaki itu adalah Leo. Orang yang selalu datang tepat waktu ketika Nasya tengah mendapat masalah.
"Nggak ada alasan buat gue ngebela seseorang yang jelas-jelas ditindas. Dan gue tegasin lagi kalau ini sekolah!"
Martha tersenyum miring. "Ancaman lo nggak mempan, Yo. Lebih baik lo pergi,"
"Gue nggak ngancam lo."
"Terus?" Lantas Martha menaikkan salah alisnya.
"Ck, males ngomong sama orang bodoh kayak lo!" Biarlah Leo mengatakan gadis itu semaunya. Ia benar-benar tega sekarang dan tidak ada lagi kata kasihan terhadap orang seperti Martha. "Ayo kita pergi, Sya." lanjutnya.
"Sialan si Leo. Awas aja lain kali."
•••
Jam pelajaran tengah berlangsung saat ini. Nasya menatap kosong papan tulis yang ada di depan. Ia sama sekali tak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Dan kalaupun Nasya memperhatikan pikirannya pun tidak akan bisa fokus. Sebab raganya ada disini tetapi entah dimana letak pikirannya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA STORY
Romance⚠Beberapa part mengadung adegan kekerasan, dimohon bijak dalam menyikapinya⚠ Nasya Viorella Stefanie. Semua mengatakan bahwa cewek itu nyaris sempurna. Nasya itu baik, Nasya itu cantik, Nasya juga pintar. Namun sayangnya seluruh teman sekelasnya men...