Air mata adalah jawaban ketika aku sudah tak sanggup dengan kehidupan yang menyakitkan ini—Nasya Viorella Stefanie
•••
Leo menatap Nasya dengan tatapan berbeda. Ia merasa bahwa akhir-akhir ini gadis itu sangat berubah drastis sikapnya. Entah karena apa Leo pun tak tahu. Ingin sekali Leo menanyakan kabarnya seperti biasanya, tapi ia takut jika hal itu malah membuat Nasya tidak nyaman dengannya.
Muka pucat dan bibir yang mengering adalah wajah baru bagi seorang Nasya untuk satu bulan ini. Ia sakit, dan Leo tahu akan hal itu.
Hari minggu kadang banyak remaja yang menghabiskan waktu mereka bersama pasangannya. Tetapi tidak bagi Nasya. Kali ini ia sedang berada di salah satu cafe yang terkenal di daerah Jakarta. Minggu seperti ini keadaan cafe cukup ramai, karena tempatnya yang terbilang strategis.
Bersama Leo, Zafar, Arthur, dan juga Selli. Jangan tanyakan tentang Lala. Karena sudah pasti Lala pergi kencan bersama Adit.
"Sya, diem mulu dari tadi," pekik Zafar, membuka pembicaraan.
Nasya mengangkat kepalanya, lalu tersenyum sebagai jawaban. Bukannya ia sombong tetapi untuk kali ini tidak ingin berbicara dulu pada siapapun.
"Sel, gimana kabar lo?" tanya Arthur pada Selli. Hanya basa-basi semata.
Selli yang tadinya fokus pada ponselnya, kini kepalanya terangkat dan menatap Arthur. Ditatap seperti itu oleh Selli membuat Arthur salah tingkah sendiri.
"Ya gini aja," jawabnya cuek.
Arthur menghela nafas beratnya. Ia kira Selli akan tersenyum kepadanya seperti Nasya tadi. Tapi nyatanya tidak. Pupus sudah harapan Arthur, kasian deh.
Leo dan Zafar saling melempar pandangan. Mereka tahu jika Arthur masih berusaha mendekati Selli hingga saat ini.
Arthur diam. Ia tidak lagi berminat mengajak Selli berbicara. Percuma saja karena balasan gadis itu pasti cuek. Sadar diri ajalah, Thur.
"Sya, nanti malam ikut gue sama Lala, yuk?" ajak Selli kepada Nasya.
Nasya menoleh. "Kemana?"
"Ke Mall. Udah lama nih kita nggak jalan bareng, mau ya?"
"Iya, Sel."
Leo melirik Selli sekilas. Selalu seperti ini jika Selli ikut nongkrong dan ada dirinya. Selli memang tidak suka dengan kehadiran Leo. Karena bagi Selli, lelaki itu sungguh munafik. Ia menyimpan sesuatu dibalik kebaikannya. Namun sayangnya semua orang tak mempercayainya, tanpa terkecuali Nasya.
"Gue ke kamar mandi dulu," pamit Leo.
"Bagus deh pergi, biar mata gue nggak sakit lihat lo," balas Selli dengan tatapan tidak sukanya.
Leo tersenyum, ia tahu pasti jawaban Selli seperti itu.•••
Matanya menatap lurus mengikuti arah jam dinding di kamarnya. Sunyi, sepi, dan dingin seperti tiada kehidupan di rumah ini.
Hujan turun mengguyur ibu kota sore ini. Nasya membuka tirai jendela kamarnya. Ia bisa melihat suasana komplek perumahan yang begitu sepi.
Hembusan nafas hangat menyapu rasa dingin pada kulitnya. Disaat hujan seperti ini ia menjadi ingat sesuatu. Dimana dulu sewaktu kecil ia selalu bermain bersama Rifkal ketika hujan turun. Dan orang tua mereka selalu marah karena Nasya dan Rifkal pulang dalam keadaan basah kuyup.
Namun itu dulu. Sekarang semuanya telah berubah. Mereka semua membenci Nasya. Begitupun Rifkal, hubungannya dengan Nasya menjadi jauh. Ia jarang pulang, dan sepertinya Rifkal tak akan pulang lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/267462612-288-k621811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA STORY
Romance⚠Beberapa part mengadung adegan kekerasan, dimohon bijak dalam menyikapinya⚠ Nasya Viorella Stefanie. Semua mengatakan bahwa cewek itu nyaris sempurna. Nasya itu baik, Nasya itu cantik, Nasya juga pintar. Namun sayangnya seluruh teman sekelasnya men...