Bukan karena tak lagi cinta, namun keadaan yang membuatku semakin terbiasa hidup tanpa dirinya—Nasya Viorella Stefanie
•••
Azar membuang putung rokok terakhirnya ke dalam tempat sampah. Ia telah menghabiskan 4 batang rokok dalam satu waktu sekaligus. Adit, Syahdan, dan Daniel heran sendiri melihat perubahan sahabatnya itu.
"Yaelah, kayak orang depresi lo," pekik Adit menatapnya malas.
Azar mengacak-acak rambutnya frustasi. "Mau gimana lagi, pusing banget gue."
"Lo baru gagal dua kali, semangat dong! Kalau gagal, coba lagi!" sahut Syahdan tanpa menoleh. Lelaki itu sibuk sendiri dengan laptopnya.
Daniel meneguk kopi hitamnya hingga tandas. Lalu ikut menyambung ucapan ketiganya. "Lo baru gagal gini aja udah nyerah, Zar. Gimana Nasya, yang dulu terus-terusan berusaha dapetin lo? Meskipun dia tau, berkali-kali lo tolak."
Kompak Adit dan Syahdan menoleh. Tumben sekali Daniel bisa bijak seperti ini? Ah, jangan dipuji ya, nanti sombongnya keluar!
"Kesambet apa lo, Niel?" Adit geleng-geleng tak percaya, seraya memperhatikan gerak-gerik Daniel.
"Otak gue bisa berpikir gini malah lo bilang kesambet. Setan lo, Dit!" Daniel melemparkan bungkus rokok ke arah Adit.
"Mana ada setan sekece gue? Nggak ada, Daniel!" ujar Adit tak terima.
"Baperan, kayak cewek!"
Azar serta Syahdan jengah sendiri mendengar perdebatan keduanya itu yang tak kunjung selesai. Baru saja beberapa hari ini baikan, sekarang malah diulangi lagi. Maunya kalian apasih, batin Syahdan berkata.
"Bisa diem nggak lo berdua?" bentak Azar kepada keduanya.
"Apaan?!" balas mereka kompak.
"Ah berisik banget! Kan gue nggak bisa berpikir." keluh Azar, sambil menatap layar laptop. "Mungkin dari lo bertiga punya ide? Bantuin gue napa."
Adit mengacak rambutnya. Sepertinya lelaki itu berpikir keras. Aduh kalau Adit sih, mending juga pikirin Lala, walaupun mereka belum balikan sampai saat ini.
"Gue punya ide," ujar Syahdan, segera berbisik untuk menyampaikan apa yang terlintas di pikirannya.
Azar mengangguk mengerti. Meski dalam hatinya tersirat makna ragu, ia tak peduli. Bagaimanapun ia harus meminta maaf, sebelum semuanya terlambat.
"Ya, setuju gue."
"Heh, lo berdua bisik-bisik apaan?!" ucap Adit mulai penasaran.
"Nggak ada," balas Syahdan seadanya. Ia tak terlalu menanggapi Adit. Selain malas, Syahdan pun tak mau membuang-buang waktunya percuma.
"Alasan banget lo," sahut Daniel tak mau ketinggalan, katanya.
Pembicaraan selesai, hening kembali menyelimuti ruangan ini. Azar bersama Syahdan mengutak-atik laptop di depan mereka. Sedangkan Adit meratapi nasibnya di sudut ruangan. Berbeda dengan Daniel yang masih mencari tahu, apa yang disembunyikan Syahdan darinya.
"Dan," panggilnya.
Syahdan menoleh, lalu melirik tanpa minat. "Apa lagi?"
"Lo ngomongin apa sih, tadi? Please! Jangan buat gue penasaran kayak gini, nanti kalau gue nggak bisa tidur, gimana?" Daniel bertopang dagu, sambil menunjukkan muka kesalnya.
Menghela nafas berat, Syahdan harus sabar. Mempunyai teman seperti Adit dan Daniel cukup menguji kesabaran. Sewaktu-waktu jika ia sampai marah, mungkin keduanya sudah melewati batas.

KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA STORY
Romance⚠Beberapa part mengadung adegan kekerasan, dimohon bijak dalam menyikapinya⚠ Nasya Viorella Stefanie. Semua mengatakan bahwa cewek itu nyaris sempurna. Nasya itu baik, Nasya itu cantik, Nasya juga pintar. Namun sayangnya seluruh teman sekelasnya men...