12 - Diusir

2.1K 70 1
                                        

Lebih baik tidak dianggap ada daripada setiap kehadiranku diberi luka oleh orang yang sama yaitu keluargaku sendiri—Nasya Viorella Stefanie

•••

Bagi semua orang mungkin pelajaran matematika itu membosankan. Selain rumit, rumusnya pun kadang sangat membingungkan.

Namun tidak untuk Nasya. Kemarin ia mampu menyelesaikan 50 soal lebih dalam dua jam. Bisa dibilang kemampuan otaknya diatas standar teman-temannya. Kebanyakan cowok-cowok disekolah ini mengaguminya karena kepintarannya tersebut.

Sudah cantik, pintar, dan baik hati pula. Idaman banget sih, kalau kata Daniel.

Kembali lagi pada masalah yang sebelumnya. Setelah lari menyusuri koridor, lantas tanpa sengaja Nasya menabrak seseorang dari arah berlawanan.

Bruk

Nasya hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh. Bukan jatuh ke lantai tetapi kedalam pelukan lelaki yang ditabraknya itu.

"Lo gapapa?" tanyanya terlihat peduli.

Nasya melepaskan tangan lelaki itu. "Gue gapapa kok, maaf nggak sengaja." jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Gausah nunduk, Sya. Lo kira gue siapa?"

Nasya mendongakkan kepala karena ia merasa kenal dengan suara milik lelaki tersebut. "Leo?"

"Lo kenapa sih?"

"Gue gapapa kok, Yo."

"Pipi lo kayak bekas tamparan. Siapa yang udah berani nyakitin lo? Bilang sama gue. Biar gue cari orangnya sekarang juga, Sya."

Nasya menggeleng kuat. Kali ini jangan sampai Leo tahu dengan masalahnya. Jika benar terjadi maka Leo takkan diam begitu saja. Lelaki itu bisa bertindak diluar kendali. Apa saja akan ia lakukan untuk melindungi Nasya.

Mereka memang sahabat. Tetapi perlakuan Leo terhadap Nasya lebih dari sekedar sahabat. Melindunginya, menjaganya, dan selalu ada untuknya. Apakah salah satu diantaranya ada yang menyimpan perasaan?

"Gue gapapa, Yo. Ini tadi-kesiram air panas."

Leo mengernyit. Jawaban dari Nasya membuatnya cukup ragu. Dari tingkah lakunya saja bisa didefinisikan bahwa Nasya tak seperti biasanya. Pasti Nasya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kesiram air panas? Kok bisa?" tanya Leo penuh selidik.

"I-iya, Yo." jawab Nasya agak terbata. Hampir saja ketahuan.

"Lo bohong 'kan sama gue? Karena jawaban lo nggak masuk akal banget, Sya. Secara kalau orang kesiram air panas otomatis kulitnya melepuh juga. Tapi ini-"

"Stop! Terserah lo mau percaya apa enggak. Gue capek, Yo."

Nasya meninggalkan Leo sendiri. Agak kesal sebenarnya dengan Leo. Apakah harus semua masalah Nasya diketahui olehnya?

Selagi masih bisa menghadapi semua masalahnya, maka Nasya tak perlu bantuan siapapun, termasuk Leo.

Begitu langkah Nasya telah jauh, Leo berlari menyusulnya. Leo sadar jika dirinya terlalu berlebihan. Tapi apakah salah memberikan perhatian lebih pada Nasya?

"Sya, tunggu dulu." Leo mencekal pergelangan tangan Nasya.

"Apaan sih? Lepasin, Yo!"

Lantas Selli dan Lala menoleh ke arah mereka. Selli menatapnya tak suka. Ia tidak akan pernah menganggap Leo orang baik sampai ucapannya benar-benar terbukti.

Sedangkan Lala menggigit bibir bawahnya. Ia merasa Leo dan Nasya itu pasangan yang serasi. Jika keduanya berpacaran sekalipun, Lala akan mendukungnya. Karena menurutnya Leo itu lelaki yang baik, pintar, dan tidak suka neko-neko. Sungguh pikiran Lala sangat jauh dengan Selli yang lebih sensitif setengah mati.

NASYA STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang