14 - Derita Baru

1.7K 63 0
                                        

Jangan pernah menjadi matahari untuk seseorang yang membenci pagi—Nasya Viorella Stefanie

•••

Selli duduk diantara Nasya dan Lala. Gadis itu masih diam dengan tatapan kosong. Dua jam berlalu, Selli tak kunjung membuka suara. Setiap kali Nasya dan Lala bertanya, ia hanya diam.

"Sel, lo gapapa?" tanya Lala.

Selli mengangguk pelan sebagai jawaban. Kali ini Lala paham, sepertinya Selli sedang dalam masalah yang serius dan mungkin jika harus bercerita pada mereka, Selli perlu waktu.

"Lo tau nggak sih gimana rasanya dibentak?" ucap Selli menerawang ke depan.

Lantas Nasya dan Lala merenungkan ucapan sahabatnya itu. Nasya sendiri bukan pernah lagi, tetapi sering. Bahkan setiap bertemu dengan mereka sudah dipastikan hidup Nasya tidak akan tenang.

"Gue ngerti apa yang lagi lo rasain, Sel. Lo yang kuat ya, pasti semuanya baik-baik aja setelah ini." ujar Nasya.

Bulir-bulir bening keluar dari mata cantiknya. Selli tak dapat membendung lagi air matanya. Untuk pertama kalinya Nasya melihat Selli menangis. Biasanya gadis itu tak pernah sampai seperti ini. Mungkin Selli benar-benar terluka.

Gadis itu menutup mukanya menggunakan kedua telapak tangannya. Memang ia menangis tetapi sama sekali tidak terdengar suaranya. Banyak yang mengatakan jika menangis tanpa suara itu lebih menyakitkan dan nyatanya memang benar.

"Kita tau kalau lo itu kuat, Sel."

Selli menggeleng lemah. "Nggak, lo berdua salah! Nyatanya gue nggak sekuat apa yang kalian pikir,"

Nasya dan Lala saling pandang. Keduanya tidak tahu harus bagaimana lagi. Pasalnya Selli juga tidak mau bercerita pada mereka tentang apa yang terjadi padanya.

"Andaikan lo tau kalau masalah gue lebih parah dari lo, Sel." batin Nasya.

•••

Untuk yang kesekian kalinya Nasya melihat lelaki itu tersenyum. Tanpa sadar ia juga ikut tersenyum. Baginya senyumnya itu sangat memabukkan.

Andai Azar tahu jika perasaanya itu sangat tulus. Nasya mampu menerima semua kekurangan yang dimiliki lelaki itu. Apakah selama ini usahanya salah?

Jika dibilang salah memang tidak. Tetapi cara Nasya terlalu menunjukkan jika ia sangat ingin memiliki Azar. Nasya tahu semuanya tidak mudah. Karena Martha menjadi penghalangnya. Ditambah lagi jika Martha memiliki tujuan yang sama sepertinya.

Nasya merapikan seragam pramukanya. Lantas setelah itu ia melangkahkan kaki menuju kelas seberang untuk menemui Azar. Ia ingin menyatakan perasaannya lagi pada lelaki itu. Untuk mengejar keinginannya, ia tidak boleh lelah dan lengah.

Namun nyatanya belum begitu jauh Nasya melangkah, harapannya hancur kala mengetahui Azar bersama gadis lain yaitu, Martha.

Seperti Martha tahu jika Nasya tengah memperhatikan dirinya dari jauh. Gadis itu mengeratkan pelukannya pada lengan Azar.

"Lo harus tau, kalau cuma gue doang yang bisa milikin Azar. Sampai kapanpun gue nggak akan biarin dia jadi milik orang lain, termasuk lo, Sya." batin Martha menggeram tertahan.

Sedangkan Nasya mematung di tempatnya. Ia ingin marah namun tidak mempunyai hak. Dan mau cemburu pun Nasya sadar jika ia bukan siapa-siapa disini.

"Sebentar lagi kita lihat, siapa yang pantas memiliki Azar, entah gue ataupun elo." lanjut Martha masih membatin.

•••

Azar memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celana abu-abunya. Ia melewati koridor yang panjang ini bersama Martha. Beberapa siswa-siswi menyapanya saat berpapasan. Namun Azar tetaplah Azar, dengan segala sifat sombong yang melekat dalam dirinya, Azar tak membalas semua sapaan itu.

NASYA STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang