Meskipun aku tak pernah merasakan bagaimana disayang oleh seorang Ayah, tetapi aku selalu bersyukur karena aku memiliki Bunda—Selliani Anggia
•••
Selli menitihkan air matanya saat melihat keadaan Nasya seperti ini. Gadis itu masih setia memejamkan matanya dan sampai saat ini belum sadar juga.
"Sebenarnya lo kenapa, Sya?" gumam Selli.
Hanum datang ke kamar Selli membawa sebuah nampan yang berisi teh hangat dengan sup ayam. Hanum merasa teriris hatinya ketika melihat keadaan Nasya seperti ini. Bagi Hanum, Nasya dan Lala itu sudah dianggap seperti anak sendiri.
"Nasya belum bangun?" tanya Hanum, Bunda Selli.
"Belum, Bun. Aku khawatir sama keadaan Nasya," jawab Selli menunduk.
Hanum meletakkan nampan tersebut diatas nakas. Lalu ia duduk dipinggiran ranjang sembari menenangkan putri semata wayangnya itu.
"Nasya gapapa, Sel. Bunda tadi udah periksa keadaan dia. Dan hasilnya baik-baik aja, mungkin dia kecapean." ujar Hanum.
Perlu diketahui, Bunda Selli berprofesi sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit daerah Jakarta Selatan. Sejak Selli kecil, Hanum terpaksa harus banting tulang sendiri. Sampai saat ini, Hanum tak pernah memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini.
Hanum begitu menutup rapat sejuta rahasianya kepada Selli. Wanita itu selalu menyibukkan dirinya. Pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Hanya untuk menyembuhkan pasien, karena itu memang tugas dari seorang dokter.
"Bun," panggil Selli. "Aku boleh nanya sesuatu?"
Hanum mengangguk pelan, "nanya apa, sayang?"
"Aku—"
Ucapan Selli terhenti kala mendengar Nasya terbatuk. Lantas Selli dan Hanum segera menghampirinya.
"Sya, lo udah bangun?" tanya Selli.
Nasya mengangguk pelan. Penglihatannya masih samar. Sehingga ia hanya bisa mendengar.
"Alhamdulillah, syukur deh kalau kamu udah bangun. Tante khawatir banget sama kamu, nak." sahut Hanum, Bunda Selli.
Jika dibandingkan antara Hanum dengan Helen itu sangat berbeda jauh. Hanum adalah sosok Ibu yang baik dan sangat menyayangi putrinya. Lain dengan Helen yang selalu menganggapnya bodoh dan memperlakukannya dengan kasar.
Andai Nasya bisa memilih. Maka ia ingin mempunyai sosok Ibu seperti Hanum. Selli begitu beruntung dilahirkan oleh Hanum. Namun begitu Nasya tetap bersyukur. Jika bukan karena Adif dan Helen mungkin dirinya tidak ada di dunia ini sekarang.
"Sya, maaf ya tadi tante yang gantiin baju kamu. Kalau nggak diganti, pasti kamu masuk angin." ujar Hanum benar-benar peduli.
Nasya tersenyum, "makasih, tante. Maaf ya karena kehadiran aku jadi bikin repot."
"Sama sekali enggak, Nasya. Yasudah tante kembali ke kamar dulu ya. Sup nya jangan lupa dimakan." Hanum meninggalkan kamar Selli. Kini menyisakan mereka berdua yang saling bungkam.
"Sya, lo makan dulu, ya?"
Lantas bibir pucat miliknya menampakkan sebuah senyuman tipis. "Makasih, Sel. Gue bisa sendiri."
"Lo yakin? Nggak deh, biar gue suapin aja gimana?"
"Gue gapapa, Selli."
Selli menyerahkan mangkuk tersebut kepada Nasya. Sebenarnya Selli ingin sekali mendengar cerita dari sahabatnya itu. Namun Selli sadar, semua orang punya privasi. Dan semua masalah tidak perlu diceritakan padanya. Tetapi apakah salah jika ia ingin membantu?
![](https://img.wattpad.com/cover/267462612-288-k621811.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NASYA STORY
Romance⚠Beberapa part mengadung adegan kekerasan, dimohon bijak dalam menyikapinya⚠ Nasya Viorella Stefanie. Semua mengatakan bahwa cewek itu nyaris sempurna. Nasya itu baik, Nasya itu cantik, Nasya juga pintar. Namun sayangnya seluruh teman sekelasnya men...