Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Claire meringkuk dengan berbantal paha Rui, tangisan nya sudah mereda. Tapi tatapan Claire terlihat kosong, bahkan saat Rui mengobati luka di tangan dan kakinya, gadis itu tidak merespon sama sekali.
Rui mengerang, ia paling tidak suka melihat tatapan Claire yang sendu. "Cle, jangan lakuin ini lagi. Aku sakit lihat kamu kaya gini," ucapnya dengan tangan nya yang hati-hati mengobati luka.
Claire menatap Rui di atasnya, membuat kedua nya berkontak mata. "Sakit?" tanya Rui cemas, karena Claire hanya terdiam.
Claire menggeleng dan memejamkan mata. "Kenapa di saat aku ingin bahagia, kesedihan tiba-tiba muncul," ucapnya lirih.
Rui telah selesai mengobati luka di tangan dan kaki Claire. Kali ini tangan kanan nya mengelus pipi Claire lembut. "Aku yang selalu ada di sisi kamu. Jangan merasa sendiri, kita lewati bersama," balas nya lembut.
Claire membuka mata nya, air mata kembali menggenang di kelopak mata gadis itu. "Kenapa bunda muncul lagi..." Air mata mengalir dan itu membuat Rui kembali mengeraskan rahangnya.
Tangan Rui bergerak untuk menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Claire dengan lembut, membangunkan gadis itu agar berubah posisinya menjadi terduduk. Kemudian memeluknya. Mengelus punggung belakang Claire. "Kamu dan bunda Clarina mempunyai ikatan darah. Nggak ada salahnya seorang ibu ingin menemui putrinya, perasaan rindu pasti akan selalu muncul walaupun status kedua orang tua sudah bercerai," ucap Rui menasehati.
Claire merenggangkan pelukannya dan menatap Rui sendu, kedua mata nya terlihat sayu. "Te...terus aku harus apa?" tanya Claire serak.
Rui tersenyum tipis dan merapihkan kedua sisi rambut Claire yang berantakan. "Belajar menerima dan memaafkan, apalagi seseorang itu sangat berarti buat kamu," jawabnya.
Claire kembali memeluk tubuh Rui. Kali ini wajahnya menelusuk ke ceruk leher Rui. "Tapi aku...belum bisa terima dia, Ru."
Rui mengangguk, ia paham."Semua butuh proses, nggak bisa langsung terima begitu aja," balasnya. "Sekarang aku tanya, kamu mau temui bunda Clarina atau enggak?"
Claire menggeleng dalam pelukan Rui. "Aku belum siap, rasa sakit kembali muncul saat lihat tatapannya," jawabnya lirih.
"Ya udah, aku bilang ke bang Nio dulu. Supaya bunda Clarina nggak menunggu lama," ucap Rui dengan melepaskan pelukan mereka dan mengusap pelan wajah Claire lembut.
Claire pun menurut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.