"Assalamualaikum dek."
"Waalaikum salam bang bagaimana kabar?" Pertanyaan Edis seperti khasnya Edis yang bar-bar dan selalu ceria.
"Baik dek, dek saya diperintahkan coach Raka untuk jemput adek dan mengantarkan adek ke rumdin coach Raka." Jelas Kusya dengan sedikit senyum. Ya senyum kebahagian walau baru satu hari tak bertemu dan mengetahui kabarnya membuat Kusya memendam rindu.
"Oh mas Raka kemana ya bang, kok bukan dia yang jemput?" Tanya Edis penasaran.
"Coach sedang rapat dengan gubernur Akmil." Jelas Kusya, batin Edis bagai hujan di padang pasir ya ini adalah kebahagiaan yang terselubung andai tak ada Kusya maka Edis pasti akan teriak-teriak tak jelas.
"Oh baik."
"Dek coach menyarankan latian kamu di mulai besok sore dikarenakan hari minggu akan ada acara makrab jadi sekalian kamu dua hari di rumdin." Jelas Kusya menyampaikan pesan dari Raka.
Batin mereka saling bertanya dan merasa resah sebenarnya. Apa yang akan terjadi di makrab ini karena, makrab yang dilakukan besok adalah termasuk acara penyambutan pengajar baru di Akmil. Dan makrab sangat identik dengan Rekanita.
"Bang ayo ke rumah dinas."
"Eeeh iya ayo dek biar saya bawa tas adek." Pinta kusya yang tergagap karena sadar dari pikirannya.
"Ndak usah bang, Edis bisa sendiri kok lagian enteng. Masa calon taruni ga bisa bawa ranselnya sendiri, bisa disemprot ab, eeeh mas Raka nanti." Jawab Edis merutuki kebodohannya hampir saja keceplosan.
"Ayo saya antar. Sebentar saya bilang penjagaan." Pamit Kusya menuju pos penjagaan.
"Dek saya jemput dan bawa tunangan coach Rakana ke rumah dinas sesuai pesan beliau." Ijin Kusya pada penjagaan.
"Silahkan ati-ati bang kalo saya jadi abang pasti saya jatuh cinta bang." Ledek salah satu anggota Raka yang sedang jaga penjagaan dengan mencuri pandang pada Edis. Namun mendapatkan tatapan dingin dan tajam oleh Kusya yang membuatnya kikuk.
"Kalo berani silahkan le kalo bisa hadapi yang punya." Ledek Kusya pada anggotanya dan berlalu kembali pada Edis.
"Ayo dek."
"Ayo bang aku sudah pengen rebahan maklum dari kantor langsung kemari." Ya memang Edis masih menggunakan hem dan celana kain serta sepatu kets khas kebar-baran si Edis.
"Ijin masuk ya bang permisi." Sapa Edis pada para taruna jaga. Dan hanya dijawab senyuman tanpa kata. Karena mereka mendapat tatapan tajam dari Kusya yang berdiri di samping Edis.
"Bang kok mereka ga jawab ya apa ada yang salah dari sapaan ku tadi."
"Ga ada yang salah dek, mungkin mereka lagi sariawan." Jawab Kusya enteng dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya.
"Seharusnya kita latian di altar ya malah kamu kesini dek." Kusya mencoba mencairkan kecanggungan.
"Eeeh iya ya bang, maaf aku merepotkan ya bang. Coba kemaren aku ga mendekat ke abang, pasti abang ga akan di hukum oleh mas Raka. Maaf kan Edis ya bang." Edis melemah dan mengingat kejadian yang terjadi di lapangan wiradhika.
"Edis bukan beban untuk abang, justru abang senang Edis mau tau dan mau hidup dilingkungan asrama korps Madya. Jadi kita makin dekat, lagian pastikan besok minggu juga Edis akan temani coach di makrab jadi kan sekalian." Ada sebuah kebahagian untuk hati Kusya namun ia pun menyadari status Edis yang menjadi sedikit beban.
"Bang ini sudah sampai saya masuk dan istirahat dulu ya bang, besok pagi kita ketemu didepan Asrama abang ya jam enam." Edis mengalihkan tatapannya menuju rumah bang Raka. Dan Kusya pun menyadari kebodohannya yang telah menatap Edis dengan kagum dan Kusya pun mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA LEMBAH TIDAR ❤️
RomanceSeorang Edelweis Mahendra Wijaya gadis tomboy yang cerdas dan slengaean yang mencoba peruntungan menjadi seorang Taruni Akmil dan bertemu dengan senior tingkat dua yang membuatnya kagum untuk pertama kalinya pada seorang laki-laki. Pria beruntung da...