"Bang ini apaan?"
"Abang ga tau dek, abang aja ga tau ada konfrensi pers gini serius dek?"
Tatapan Edis tajam menusuk pada Yudha yang telah menelan ludah dengan sangat kasar. Segala hal yang dulu diluar nalar dan penolakan orang tua Yudha kini berbalik malah mendeklarasikan cinta yang telah terpendam 8 tahun yang lalu.
Begitu banyak rintangan untuk mempertahankan cinta yang ada dihatinya.
"Mari kita sambut yang ditunggu sudah hadir Lettu pnb. Manggala Yudha dan calis Lettu (K) Inf Eddelweis. Saya mohon doa dari masyarakat Indonesia semoga semua di mudahkan untuk proses mereka bersanding. Dan untuk media silahkan wawancara mereka berdua apabila tidak ada pertanyaan ke saya dan keluarga kami akan masuk ke istana untuk melanjutkan persiapan." Ujar pak presiden dan menggenggam pundak putra dan calon mantu yang sudah di deklarasikan bahkan Edis masih bingung dengan sikap keluarga Yudha yang menerima menjodohkan nya dengan Yudha yang dulu ditolak mentah-mentah.
"Lett Yudha kami dari kampasiana mau bertanya sejak kapan mengenal dan memiliki rasa dengan Lett Edis?" Pertanyaan demi pertanyaan dilayangkan para media kepada pasangan baru ini.
"Saya suka dengannya sejak 11 tahun yang lalu saat kami sama-sama SMA."
"Lett Edis bagaimana perasaanya menjadi calon menantu presiden."
"Maaf saya no comment, kalo sudah tidak ada yang di tanyakan saya permisi dulu." Edis meninggalkan ruang konpres, Yudha mengejar kepergiaan Edis ini akan membuat mereka bermasalah dengan kesalahpahaman ini. Karena Yudha dan Edis sama-sama tidak tau apa yang akan terjadi.
"Edis tunggu abang, abang bisa jelas kan semua."
"Apa lagi Yudha, ga ada yg perlu kamu jelasin ke aku karena semua sudah jelas bahkan ga perlu kamu jelas kan aku sudah paham ga akan bisa menolak."
"Edis abang ga ada maksud dan abang ga pernah minta papa buat begini."
"Iya kamu ga minta, tapi dengan begini sudah jelas bahwa aku sudah diperintah untuk mencintai mu dan menerima mu menjadi calon ku, entah aku mau atau tidak. Sudah lah Yud, aku hanya butuh waktu sendiri kembalilah ke acara didalam biarkan aku sendiri."
"Ga dek kamu harus sama abang, walau abang tau bukan abang yang kamu mau untuk hidup mu."
"Abang pergi atau abang akan kehilangan Edis yang abang kenal mulai detik ini."
"Baik abang tinggal, abang tunggu kamu didalam nanti." Yudha kembali ke acara tasyakuran yang terjadi didalam istana negara. Sedangkan Edis berada di air mancur dilingkungan istana, itu adalah tempat favorit Edis saat menangis. Karena tak akan ada orang yang mendengar isak tangis Edis yang tertutup oleh gemericik air mancur yang ada.
Dalam tangis dan lamunan Edis, ia merasakan ada seseorang yang memperhatikannya dibelakang.
"Kenapa menangis dek, apa air mata itu turun karena beban hatimu."
"Aku menangisi jalan hidup yang harus ku lewati, mencintai seorang abdinegara membuat ku mengerti apa arti tugas dan tanggungjawab. Namun dalam cinta yang ku inginkan tak semudah menentukan hati untuk ku miliki. Cinta yang ku punya tak sama dengan yang akan bersanding dengan ku untuk melengkapi hidup ku." Tumpah semua beban hati yang Edis pendam selama ini, bahkan ia belum tau siapa orang yang menanyakan perasaan hatinya.
"Cinta tak butuh pena untuk melukiskan nama dalam jiwa. Cinta tak membutuhkan tahta untuk tersemat dalam singgasana hati.
Cinta hanya membutuhkan ketulusan untuk meyakinkan takdir ilahi yang telah tertulis di lubuk hati. Jangan pernah menyerah karena perjuanagan cinta mu baru saja dimulai. Cinta bukan sebuah komando yang diperintahkan wajib dilaksanakan. Maka yakinlah cintamu akan membimbingmu pada orang yang tepat. Ini diminum ya dek, dan ini disimpan ya." Orang yang menemani Edis berlalu dan Edis sadar dari lamunanya setelah meminum air yang berada dibelakangnya saat menuju ruangan istana ia melihat sebuah gelang dengan mote mutiara putih telah terpasang di tangannya. Edis pikir tadi hanya sebuah lamunan karena ia dalam tekanan namun kini ia yakin bahwa cintanya akan hadir sesuai dengan harapannya. Kini Edis menghadapi keluarga Manggala dan Yudha yang sudah menantinya didepan media. Ia melalui semua prosesi malam ini dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA LEMBAH TIDAR ❤️
RomanceSeorang Edelweis Mahendra Wijaya gadis tomboy yang cerdas dan slengaean yang mencoba peruntungan menjadi seorang Taruni Akmil dan bertemu dengan senior tingkat dua yang membuatnya kagum untuk pertama kalinya pada seorang laki-laki. Pria beruntung da...