Setelah kongres yang terjadi tadi malam pagi ini semua keluarga sudah bersiap menuju villa mereka yang berada di pantai gunung kidul. Ney dan Syam yang berada di jakarta terbang tadi malam dan langsung di antarkan ke Villa. Ney merasa putrinya sangat ingin berbincang dengannya akhir-akhir ini namun selalu di urungkan oleh Eddis. Dia selalu mendapatkan firasat tentang Eddis 3 hari kemarin.
"Mas, apa rencana kita untuk ini semua?"
"Dek, sepertinya yang kita hadapi agak sulit selain dia punya kuasa penuh tentang negara ini dia juga pemain kotor dek."
"Lalu kita akan korbankan Eddis untuk keluarga yang bahkan tak bisa menerima kita, aku masih sangat ingat bagaimana penghinaan mereka saat Eddis Dikcatar."
"Enggak dek, justru biar masyarakat yang justice mereka. Biar mereka lihat bagaimana karakter orang no satu negeri ini yang egois, arogan dan otoriter itu. Lebih tepatnya tabiat sang istri yang tak punya akhlak."
"Jadi kita akan ikuti permainan mereka ini mas?"
"Hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan Eddis sebagai putri tanpa mencoreng namanya sebagai abdi negara."
"Bun tapi papa minta bunda coba deh nanti me time sama Eddis, Reyna dan Lia serta mama Mahen biar nanti papa urus para cowok termasuk papa Mahen untuk atur strateginya. Tapi bunda harus pastikan dulu Eddis menerima pertunangan itu, dan ending nya serahin ke papa ya."
"Iya pah nanti bunda yakinkan Eddis untuk menerima pertunangan itu." Nesya merangsek ke pelukan Syam mencari kekuatan untuk menghadapi masalah yang ada.
"Dek kamu yakin kan sama mas, mas ga akan tukarkan kebahagiaan anak kita hanya dengan harta dunia, karena kebahagiaan mereka adalah harta dunia terindah." Ney mengangguk dan tersenyum menghadap sang suami, mereka saling menguatkan untuk menghadapi masalah yang ada.
Opa, oma Mahen, Raka, Lia, Dimas, Reyna, dan Eddis sudah tiba di Villa mereka. Aji sudah tiba setengah jam sebelumnya dan saat ini di minta oleh Mahen berada di kamar tamu di samping Villa utama. Semua sudah di atur oleh Syam dan Nesya.
"Hallo anak-anak bunda pada kangen ga?" Ujar Ney dengan gaya khasnya.
"Selalu kangen Bunda." Jawab Lia dan Reyna, sedangkan Eddis hanya tersenyum simpul tak seperti biasanya dia penuh dengan keceriaan dan selalu membuat Bundanya bahagia namun cahaya itu tertutup kabut gelap yang begitu redup.
"Kenapa anak gadis bunda kok cemberut kayaknya sini nak lama kamu ga pulang temuin bunda padahal kita satu kota."
"Maaf ya bun, Eddis belum bisa pulang ke rumah😢." Ungkap Eddis dengan lesu dan sedih.
"Ehh mumpung masih pagi yuk kita me time bareng cewek-cewek aja, cucu-cucu sama kita jalan-jalan dipantai dan makan-makan gimana?" Usul Ney untuk memisahkan diri dari Villa. Semua perempuan yang ada termasuk mama Mahen dan para bocil anak Lia dan Reyna pun ikut bermain air di pantai dengan diawasi para mba pengasuhnya.
"Coba deh anak bunda sini bunda suapin sudah lama bunda ga suapin incess."
"Ga usah bun, incess bisa sendiri kok."
"Incess kok nolak permintaan bunda sih, ga pernah loooh incess bantah kata-kata bunda. Incess malu sama siapa, kan incess tetap anak bunda walaupun sekarang sudah jadi tim khusus paspampres yang galak."
"Iiih bunda apaan siih iya nih aaaaa." Setelah bujukan dan ledekan yang diberikan oleh Ney akhirnya Eddis mau mendekat dan menerima suapan dari Ney, lalu suapan kedua dari oma Mahen, yang ketiga dar Reyna dan terakhir dari Lia.
"Bunda sengaja ya biar Eddis olahraga parah besok, kalo gini caranya incess bisa disuruh lari dua kali lipat besok bun."
"Ya gapapa dari pada kayak sekarang kutilang pos ga menarik tau gak dek." Ujar Reyna mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA LEMBAH TIDAR ❤️
RomansaSeorang Edelweis Mahendra Wijaya gadis tomboy yang cerdas dan slengaean yang mencoba peruntungan menjadi seorang Taruni Akmil dan bertemu dengan senior tingkat dua yang membuatnya kagum untuk pertama kalinya pada seorang laki-laki. Pria beruntung da...